Senin, 28 November 2016

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERSARAFAN DAN NEURON BEHAVIOR



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Sistem saraf ini mengoordinasikan, mengatur, dan mengendalikan interaksi antara seorang individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur aktivitas sebagin besar sistem tubuh lainnya. Tubuh mampu berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan hubungan saraf diantara berbagai sistem (Price dan Wilson, 2005).
Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan, pencernaan, dan urinaria dikontrol oleh sistem saraf. Sistem saraf juga mengatur aliran darah, dan konsentrasi osmotik darah.
Fenomena mengenai kesadaran, daya pikir, daya ingat, bahasa, sensasi, dan gerakan semuanya berasal dari sistem ini. Oleh karena itu, kemampuan untuk memahami, belajar, dan berespon terhadap rangsangan merupakan hasil dari integrasi fungsi sistem saraf, yang memuncak dalam kepribadian dan perilaku seseorang (Price dan Wilson, 2005).
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja  semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan. Setiap rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indra kita, akan diolah diotak,. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.

1.2  Rumusan masalah
a.       Apa pengertian sistem persarafan?
b.      Apa saja penyusun sel saraf ?
c.       Apa saja fungsi sistem saraf ?
d.      Apa saja klafisikasi sistem saraf ?
e.       Bagaimana mekanisme penghantar impuls ?



1.3  Tujuan
Tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu:
1.      Tujuan umumnya yaitu :
a.       Untuk mengetahui pengertian sistem saraf 
b.      Untuk mengetahui apa saja penyusun, fungsi, dan klafisikasi sistem saraf .
c.       Untuk mengetahui mekanisme penghntar impuls.
d.      Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada sistem saraf.

2.      Tujuan khususnya yaitu :
a.       Untuk memenuhi tugas mata kuliah anatomi fisiologi tubuh manusia
b.      Untuk menambah ilmu pengetahuan anatomi fisiologi manusia tentang saraf




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  SUSUNAN SARAF SENTRAL
Prinsip kegiatan sitem saraf ditampilkan dalam bentuk kegiatan refleks. Melalui kegiatan refleks dimungkinkan terjadinya kerja yang baik dan tepat antara berbagai organ dari individu dan hubungan individu dengan sekelilingnya. Refleks merupakan reaksi organisme terhadap perubahan lingkungan baik di dalam maupun luar organisme. Tubuh manusia mempunyai berbagai jenis refleks mulai dari yang sederhana sampai dengan yang rumit. Refleks ini dapat melibatkan 1 buah sinaps atau lebih serta melibatkan neuron pada suatu bagian saraf pusat atau melibatkan neuron pada satu bagian saraf pusat atau melibatkan lebih dari satu bagian saraf pusat (monosinaps atau polisinaps).
Secara embriologis perkembangan saraf diawali oleh penebalan ektoderm pada garis middorsal. Penebalan ini disebut neural palate yang tumbuh membentuk neural groove dan neural crest. Selanjutnya menjadi neural tube. Ujung rostral neural tube membentuk tiga pembesaran berupa vesrikel yang kemudian disebut prosensefalon, mesensefalon dan rhombensefalon. Pada perbatasan telensefalon dan diensefalon terdapat sepasang evaginasi yang akan membentuk retina dan N.optikus.
Dinding lateral telensefalon tumbuh sangat cepat dan membentuk sepasang hemisfer serebri yang dibatasi oleh  fisura longitudinalis sel saraf dan serabut saraf. Pusat sel saraf (neuron) terdiri dari sebuah badan sel yang disebut perikarion berisi nukleus. Di dalam sitoplasma perikarion keluar prosesus-prosesus yang menghantarkan rangsangan perikarion yang disebut dendrit, yang jumlahnya lebih dari satu.
Prosesus yang menghantarkan rangsangan keluar dari perikarion disebut akson. Jumlah akson biasanya hanya satu. Pada permulaan akson lebih besar dari pada permulaan perifer, yang disebut bukit akson. Bagian perifer bukit akson diselubungi oleh simpai mielin. Simpai mielin yang berlekuk-lekuk disebut nodus ranvier, didalam saraf perifer.
Akson dan dendrit tergabung dalam berkas-berkas jaringan ikat yang disebut endoneurium. Berkas ini tergabung menjadi berkas yang lebih besar disebut epineurium. Apabila sebuah akson terputus malka bagian yang terputus dengan korion akan mengalami degenerasi. Akson dan simpai mielinnya akan berdegenerasi.
Diluar susunan saraf terdapat selubung kedua di luar selubung mielen yang    terdiri dari sel-sel Schwann. Sel Schwann ini akan berproliferasi membentuk kolom-kolom dari ujung sentral akson tumbuh masuk dalam kolom-kolom ini.
2.1 Otak
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh. Jaringan otak dibungkus oleh selaput otak dan tulang tengkorak yang kuat dan terletak dalam kavum kranii. Berat otak orang dewasa kira-kira 1400 gram, setengah padat dan berwarna kelabu kemerahan. Otak dibungkus oleh tiga selaput otak (meningen) dan dilindungi oleh tulang tengkorak. Otak mengapung dalam suatu cairan yang menunjang otak yang lembek dan halus. Cairan ini bekerja sebagai penyerap gocangan akibat pukulan dari luar terhadap kepala.
Selaput otak (meningen) adalah selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang untuk melindungi struktur saraf yang halus membawa pembuluh darah dan cairan sekresi serebrospinalis memperkecil benturan atau getaran pada otak dan sumsum tulang belakang.
Selaput otak (meningen) terdiri dari tiga lapisan:
1.      Durameter (lapisan terluar) adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari dua lapisan. Lapisan ini biasanya terus bersambungan tetapi terputus pada beberapa sisi spesifik. Lapisan periosteal luar pada durameter melekat di permukaan dalam kranium dan berperan sebagai periosteum dalam pada tulang tengkorak. Lapisan meningeal dalam pada durameter tertanam sampai ke dalam fisura otak dan terlipat kembali di arahnya untuk membentuk falks serebrum, falks serebelum, tentorium serebelum dan sela diafragma. Ruang subdural memisahkan durameter dari araknoid pada regia cranial dan medulla spinalis. Ruang epidural adalah ruang potensial antara perioteal luar dan lapisan meningeal dalam pada durameter di regia medulla spinalis.

2.      Akronoidea adalah selaput tipis yang membentuk sebuah balon yang berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf sentral. Otak dan medula spinallis berada dalam balon dan berisi cairan itu. Kantong araknoid ke bawah berakhir di bagian sakrum, medula spinallis berhenti setinggi lumbal I-II. Di bawah lumbal II kantong berisi cairan hanya terdapat saraf-saraf perifer yang keluar dari medula spinalis. Pada bagian ini tidak ada medula spinalis. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk pengembalian cairan otak yang disebut punsi lumbal. Ruang subakronoid pada bagian bawah serebelum merupakan ruangan yang agak besar disebut sisterna magma. Besarnya sisterma magma dapat dimasukkan jarum ke dalam melalui foramen magnum untuk mengambil cairan otak. Tindakan ini disebut pungsi suboksipitalis.
 

3.      Piameter, merupakan selaput tipis yang tersdapat pada permukaan jaringan otak, piameter berhubungan akronoid melalui struktur jaringan ikat yang tersebut trabekhel. Tapi flak serebri membentuk sinus longitudinal interior dan sinus sagitalis inferior yang mengeluarkan darah dari flak serebri tentorium memisahkan serebrum dengan serebelum.

                                                                                      

System ventrikel terdiri dari beberapa rongga dalam otak yang berhubungan satu sama lain. Ke dalam rongga itu fleksus koroid mengalirkan cairan liquor serebrospinalis. Fleksus koroid dibentuk oleh jaringan pembuluh darah kapiler otak tepi. Pada bagian piameter membelok ke dalam ventrikel dan menyalurkan cairan serebrospinalis, hasil sekresi fleksus koroid. Cairan ini bersifat alkali bening mirip plasma.
Cairan serebrospinalis disalurkan oleh fleksus koroid ke dalam ventrikel yang ada dalam otak kemudian masuk ke dalam kanalis sumsus tulang belakang, ke ruang subarachnoid melalui ventikularis. Setelah melintasi seluruh ruangan otak dan sumsum tulang belakang kembali ke sirkulasi melaluigranulasi arakhnoid pada sinus sagitalis superior.
Setelah meninggalkan ventrikel lateralis I dan II , cairan otak dan sumsum tulang belakang menuju ventrikel III melalui foramen monroi masuk ke ventrikel IV melalui aquadukus silvii. Cairan dialirkan ke bagian medial foramen magendi, selanjutnya ke sisterna magma. Cairan akan membasahi bagian-bagian dari otak dan cairan ini akan diabsorpsi oleh vili-viliyang terdapat pada arakhnoid. Jumlah cairan ini tidak tetap , berkisar antara 80-200 cc.
Komposisi cairan serebrospinalis terdiri dari air, protein, glukosa, garam, sedikit limfosit , dan karbon dioksida. Fungsi cairan serebrospinalis meliputi memberikan kelembapan otak dan medulla spinalis , melindungi alat-alat dalam medulla spinalis dan otak dari tekanan, serta melicinkan alat-alat dalam medulla spinalis dan otak.
2.2 Serebrum
Serebrum atau otak besar mempunyai dua belahan yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan yang dihubungkan oleh masa substansia alba yang disebut korpus kollosum. Tiap-tiap hemisfer melalui dari os frontalis sampai ke os oksipitalis. Di atas fross kranii anterior median dan fosa kranii posterior, hemisfer dipisahkan oleh celah yang besar disebut longitudinalis serebri. Serebrum (telensetalon) terdiri dari korteks serebri, basal ganglia (corpora striate), dan rheniensefalon.
1.      Korteks serebri
Korteks serebri adalah lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh sibstansia grisea. Korteks serebri berlipat-lipat disebut girus, dan celah di antara dua lekuk disebut sulkus (fisura). Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi spesifik. Pada tahun 1909 Brodmann (seorang neuropsikiater bangsa Jerman) membentuk korteks serebri menjadi 47 area berdasarkan struktur selular. Telah dilakukan banyak usaha untuk menjelaskan berbagai makna fungsional tertentu dari area-area tersebut. Peta Brodmann merupakan petunjuk umum yang sangat berguna bagi pembahasan korteks. Hemisfer otak dibagi dalam beberapa lobus atau daerah sesuai dengan tulang cranium. Lapisan korteks terdiri dari:
a.       Lamina molekularis: Mengandung sedikit sel berjalan secara horizontal dengan permukaan korteks terdapat percabangan akhir dendrite dari lapisan yang lebih dalam.
b.      Lamina granularis eksterna: Lapisan mengandung sel neuron berbentuk segitiga memadati lapisan ini.
c.       Lamina piramidalis: Lapisan ini mengandung sel berbentuk pyramid. Di antara sel pyramid terdapat sel-sel gramular dengan akson yang berjalan naik ke arah lapisan seperfisial.
d.      Lamina granularis interna: Terdiri dari sel neuron berbentuk bintang berukuran kecil dengan akson yang pendek mencapai lapisan superficial.
e.       Lamina ganglionaris: Sel neuron granular. Sel neuron yang naik mencapai lamina molekularis akson dari sel ini memasuki substansi alba.
f.       Lamina multiformis: sel-selnya berbentuk kumparan dengan sumbu panjang tegak lurus terhadap permukaan korteks. Akson mencapai subtansia alba sebagai serat proyeksi aferen dan asosiasi.
Bagian-bagian dari korteks menurut Brodmann:

1.      Lobus frontalis:
a.       Area 4 (area motorik primer), sebagian besar girus presentralis dan bagian anterior lobus parasentralis.
b.      Area 6 adalah bagian sirkuit traktus piramidalis (area premotorik) mengatur gerakan motorik dan premotorik.
c.       Area 8 mengatur gerakan mata dan perubahan pupil.
d.      Area 9,10,11,12 (area asosiasi frontalis).

Lobus frontalis terletak di depan serebrum, bagian belakang dibatasi oleh sulkus sentralis Rolandi. Bagian lateral lobus frontalis terbagi dalam girus frontalis superior, girus frontalis media, dan girus frontalis inferior. Bagian basal lobus frontalis terdapat girus orbitalis sebelah lateral dan girus rektus sebelah medial.
2.      Lobus parietalis:
a.       Area 3,1,2 adalah area sensorik primer (area postsentral), meliputi girus sentralis dan meluas kea rah anterior sampai mencapai dasar siklus sentralis.
b.      Area 5,7 (area asosiasi somatosensorik), meliputi sebagian permukaan medial hemisfer serebri.
Permukaan bagian atas dan lateral terdiri dari girus parietal posterior, girus parietal superior, girus supramarginalis, girus angularis, dan bagian medial lobus parasentralis.
3.      Lobus oksipitalis:
a.       Area 17 (korteks visual primer): Permukaan medial lobus oksipitalis sepanjang bibir superior dan inferior sulkus kalkanius.
b.      Area 18,19 (area asosiasi visual): Sejajar dengan area 17 meluas  sampai permukaan lateral lubus oksipitalis. Bagian lateral terdiri dari girus oksipitalis lateralis, bagian media girus lingualis, bagian basal di antara kuneus dan girus lingalis terdapat fisura kalkarina.
1.      Lobus temporalis:
a.       Area 41 (korteks audiotari primer): Meliputi girus temporalis superiormeluas sampai ke permukaan lateral girus temporalis.
b.      Area 42 (area asosiasi audiotorik): Korteks area sedikit meluas sampai pada permukaan girus temporalis superior.
c.       Area 38,40,20,21,22 (area asosiasi): Permukaan lateral dibagi menjadi girus temporalis superior, girus temporalis media, dan girus temporalis inferor. Pada bagian basal terdapat girus fusiformis.

 





2.      Area broka (area bicara motoris) terletak di atas sulkus lateralis, mengatur gerakan berbicara.
3.      Area visualis: Terdapat pada polus posterior dan aspek medial hemisfer serebri di daerah sulkus kalkaneus, merupakan daerah menerima visual. Gangguan dalam ingatan untuk peristiwa yang belum lama.
4.      Insula reili: Bagian serebrum yang membentuk dasar fisura silvii yang terdapat di antata lobus frontalis, lobus parietalis dan lobus oksipitalis. Bagian otak ini ditutupi oleh girus temporalis dan girus frontalis oksipitalis.
5.      Girus singuli: Bagian medial hemisfer terletak di atas korpus kolosum.
Berdasarkan tebal atau tipisnya berbagai lamina, komposisi sel yang menyusunnya dan variasi lapisan-lapisan korteks, Brodmann pada 1909 telah berhasil mebuat suatu peta daerah-daerah arsitektual sel-sel pada korteks serebri manusia. Ia menggunakan angka-anagka untuk menyatakan daerah pada korteks yang mempunyai arsitektural sel-sel yang berbeda dan mempunyai arti fungsional jelas dan spesifik.
Fungsi korteks serebri ;
1.      Korteks motorik primer (area 4, 6, 8).
a.       Mengontrol grerakan volunteer otot dan tulang pada sisi tubuh kontralateral. Impulsnya berjalan akson-akson dalam traktus kortikobulber dan kortikospinal, menuju nuclei saraf-saraf serebrospinal. Proyeksi motorik dari berbagai bagian tubuh terutama daerah kaki terletak di atas, sedangkan daerah wajah bilateral terletak di bawah. Daerah lain unilateral berbagai bagian tubuh sesuai dengan tingkat perbandingan keterampilan dari bagian tubuh, keterampilan yang tinggi mempunyai gambaran yang luas.
b.      Lesi area 4  akan mengakibatkan paralisis kontralateral dari kumpulan otot yang disarafi.
c.       Area 6 dan 8 pada perangsagan akan timbul gerakan mata dan kepala.
2.      Korteks sensorik primer (area 3, 4, 5).
a.       Penerima sensasi umum (area somestesia)
b.      Menerima serabut saraf: Radiasi talamikus yang membawa impuls sensoris dari kulit , otot sendi, dan tendo di sisi kontralateral. Lesi daerah ini dapat menimbulkan gangguan sensasi pada sisi tubuh kontralateral.
c.       Terdapat homunculus sensorik: Menggambarkan luas daerah proyeksi sensorik dari bagian-bagian tubuh di sisi tubuh kontralateral. Luasnya daerah sensorik suatu bagian tubuh, sebanding dengan jumlah reseptor di bagian tubuh tersebut.
3.      Korteks visual (penglihatan) area 17.
a.       Terletak di lobus oksipitalis pada fisura kalkarina.
b.      Lesi iriatif menimbulkan halusinasi visual.
c.       Lesi destruktif menimbulkan gangguan lapangan pandang.
d.      Menerima impuls dari radio-optika.
4.      Korteks auditorik (pendengaran) primer area 41.
a.       Terletak pada tranvers temporal girus di dasar visura lateralis serebri.
b.      Menerima ilmpuls dari radiasioauditorik yang berasal dari korpus genikulatum medialis.
c.       Lesi area ini hanya menimbulkan ketulian ringan kecuali bila lesinya bilateral
5.      Area penghidu (area reseptif olfaktorius).
a.       Terletak di daerah yang berdekatan dengan girus parahipotalamus lobus temporalis.
b.      Kerusakan jalur olfaktorius menimbulkan anosmia (tidak mampu menghidu).
c.       Lesi iritasi menimbulkan halusinasi olfaktorius. Pada keadaan ini penderita dapat menghidu bau yang aneh atau mengecap rasa yang aneh.
6.      Area asosiasi.
a.       Kortek yang mempunyai hubungan dengan area sensorik maupun motorik, dihubungkan oleh serabut asosiasi.
b.      Pada manusia penting untuk aktivitas mental yang tinggi, seperti berbicara, menuliskan kata-kata , dsb.
c.       Pada manusia terdapat tiga daerah asosiasi yang penting, yaitu daerah frontal (di depan korteks motorik), daerah temporal (antara girus temporalis superior dan kortejks limbic) dan daerah parieto-oksipital (antara somestetik dan korteks visual).
d.      Kerusakan daerah asosiasi akan menimbulkan gangguan dengan gejala yang sesuai dengan tempat kerusakan. Misalnya, pada area 5,7 akan menimbulkan astereognosis (tidak mengenali bentuk benda yang diletakkan di tangan dengan mata tertutup) karena area ini merupakan pusat asosiasi sensasi (indra) kulit.

1.      Basal ganglia
Basal ganglia terdiri dari beberapa kumpulan substansia grisea yang padat dan yang terbentuk dalam hubungan erat dengan dasar ventrikulus lateralis. Ganglia basalis merupakan nuclei subkortikalis yang berasal dari telensefalon. Pada otak manusia ganglia basalis terdiri dari beberapa elemen saraf sebagai berikut.
1.      Nucleus kaudatus dan putamen. Nucleus kaudatus sering disebut korpus striatum, sedangkan putamen dan globus palidus disebut nucleus lentikularis /lentifularis.
a.       Korpus striatum : suatu kumpulan substansi grisea disebelah anterior kaput nuclei kaudatus yang berhubungan dengan nucleus lentiformi.

b.      Nucleus lantiformis : lapisan substansia yang tipis diantara korteks dan permukaan lateral putamen.
2.   Globus palidus, terdiri dari dua bagian globus palidus medialis dan globus palidus lateralis, terletak disebelah lateral kapsula interna, dikenal sebagai paleostriatum.
             3. Korpus amigdaloideum, dikenal sebagai arkhistriatum terletak disebelah  dalam lobus temporalis, mempunyai hubungan olfaktorik dengan hipotalamus dengan fungsi-fungsi visceral.
a.       Hubungan aferen : langsung melalui serat traktus olfaktorius lateralis untuk mencapai bagian anterior, mencapai kelompok nuclei pars kortikomedialis.
b.      Hubungan eferen : stria terminalis berjalan melengkung sepanjang tepi medial nucleus kaudatus dan berakhir dalam nucleus hipotalamus ventromedialis dan vibrae amygdale.beberapa saat ini mencapai nucleus medialis dorsalis talami, girus paraterminalis , dan girus singuli.

Secara fungsional basal ganglia merupakan satu satuan fungsi dari :
1.      Nucleus kaudatus, putamen, dan globus palidus.
2.      Nucleus subtalmikus
3.      Substansia nigra
4.      Nucleus  rubra
Hubungan antara nucleus basal ganglia ini sangat kompleks. Nuclei basal ganglia mendapat implus dari daerah motorik dan premotorik. Fungsi yang tepat dari basal ganglia belum jelas. Perangsangan pada umumnya tidak memperhatikan hasil yang jelas. Tetapi perangsangan pada nukleus kaudatus menghambat stretch reflex. Hambatan ini mungkin terjadi dengan cara pengaktifan area inhibilis pada korteks melalui jalur umpan balik talamo kortikal.
Pada gerakan lambat dan mantap basal ganglia akan aktif, sedangkan pada gerakan cepat dan tiba tiba basal ganglia tidak aktif. Basal ganglia sudah mulai aktif sebelum gerakan di mulai, berperan dalam penataan dan perencanaan gerakan yaitu dalam proses konversi pikiran menjadi gerakan volunter. Aktivitasnya di salurkan melalui talamus menuju korteks dan jarak kortikospinalis merupakan jalur akhir menuju ke neuron motorik.
Kerusakan ganglia basalis pada manusia meninmbulkan gangguan fungsi motorik :
1.      Hiperkinetik : terjadinya gerakan gerakan abnormal yang berlebihan.
2.      Hipokinetik : berkurangnya gerakan (mis, kekakuan).
Penyakit parkinsin(paralisis agitans)terjadi pada orang tua karna adanya kerusakan pada neuron. Terjadi kesuliatan dalam awalan gerakan volunte. Pengurangan gerakan yang biasanya menyertai gerakan utama(mis, ayunan tangan waktu berjalan dan ekspresi wajah). Tremor ada waktu istirahat akan hialng bila melakukan gerakan.
3. Rinensefalo  
Sistem limbik(lobus limbik atau rinensefalor)merupakan bagian otak yang terdiri atas jaringan ali-korteks yang melingkar mengeliling hilus hilus hemisper selebri serta berbagai struktur lain yang lebih dalam yaitu amigdala, hipokampus, dan nuclei septal. Rinensefalon berperan dalam fungsi penghidu, perilaku makan, dan bersama dengan hipotalamus berfungsi dalam perilaku seksual, emosi takut, dan marah, serta motivasi.
Rangsangan sistem limbik menimbulkan efek otonom, terutama perubahan tekanan darah dan pernafasan. Diduga efek otonom ini merupakan bagian dari fenomena komlpleks seperyi respons, emosi, dan perilaku. Rangsangan nukleus amigdaloid menimbulkan gerakan mengunyah dan menjilat serta aktivitas lainnya yang berhubungan dengan makan. Lesi amigdala menimbulkan hiperfagia.
Sistem limbik di terapkan untuk bagian otak yang terdiri dari jaringan korteks(alo-korteks), sekeliling hilus hemisfer serebri bersama struktur yang letaknya lebih dalam yaitu amigdala, hipokampus, dan nuklei septal. Disebut rinensefalon karna berhubungan dengan penghidu. Fungsi sistem limbik :
1.      Perilaku makan.
2.      Bersama dengan talamus memengaruhi prilaku seksual, emosi (marah dan takut), serta motivasi.
3.      Perubahan tekanan darah dan pernapasan merupakan bagian dari fenomena kompleks, terutama respon emosi dan perilaku.
4.      Hiperfagiakan komnifagia
Pemotongan total korpus kallosum pada manusia menimbulkan :
1.      Tidak dapat, memasangkan objek pada satu tangan dengan pasangan tangan yang lain.
2.      Tidak dapat mencocokkan objek yang terlihat pleh lapang pandang salah satu mata. Objek yang sama tetap terlihat oleh lapang pandang mata.
       3.   Tidak mampu melakukan kegiatan denga ekstremitas kiri (mis, bila di perintah secaca vaerbal tidak dapat mengenali benda yang diletakkan pada tangan kiri).
            4.   Apraksi, yaitu ketidak mampuan menjalankan perintah untuk melakukan gerakan terampil bukan disebabkan oleh paralisis.
2.3 Serebelum
Serebelum (otak kecil) terletak dalam fosa cranial posterior, dibawah tentorium serebelum bagian posterior dari pons varoli dan medula oblongata.Serebelim mempunyai dua hemisfer yang dihibungkan oleh fesmis serebelum, dihubungkan dengan otak tengah oleh pedunkulus serebri superior, dengan pons parole oleh pendunkulus serebri media, dan dengan medula oblongata oleh pendukulus serebi inferior. Serebelum berfungsi dalam mengadakan tonus otot dan mengordinasikan gerakan otot pada sisi tubuh yang sama. Berat serebelum lebih kurang 150 g (8-9%)dari berat otak seluruhnya. Sesuai dengan lobuli serebelum, fermis di bagi dalam beberapa dalam beberapa bagian dari depan ke belakang sebagai berikut;
1.      Lobus quadrangulasi anterior lingua.
2.      Lobus sentralis kulmen.
3.      Quadrangulasi posterior deklive
4.      Lobus semilunaris inferior tuber.

a.       Pedunkulus serebrasi medialis (brachium pontis), merupakan bagian   terbesar, tempat berjalannya serabut dari nuclei di pons yang menuju ke neoserebelum kontralteral.
b.      Pedunkulus serebelaris medialis(restiform body):
1.      Traktus olivo sereberalis, berasal dari nukleus oliverius inferior kontralateral menuju ke kortes hemisfer dan fermis seebelum.
2.      Traktus spinoserebelaris dorsalis, mengandung serabut dari medulla spinalis yang menuju ke korteks lobus anterior dan kebagisn piramidalis paleosrebelum.
3.      Serabut arkuatus eksternal dorsalis, berasal dari nuklei funikulus grasilis dan kuneatus.
Serebelum merupakan suatu mekanisme umpan balik yang berjutuan untuk  mengendalikan pergerakan selagi pergerakan sedang berlangsung. Fungsi utama mengembalikan tonus otot di luar kesadaran, merupakan suatu mekanisme saraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian terhadap perubahan ketegangan dalam otot, untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh, terjadi kontraksi dengan lancer dan teratur pada pergerakan di bawah pengendalian kemauan dan mempunyai aspek keterampilan.
Setiap pergerakan memerlukan suatu koordinasi dalam kegiatan sejumlah otot. Otot antagonis harus mengalami relaksasi secara teratur, otot sinergis berusaha memfiksasi sendi sesuai dengan kebutuhan yang di perlukan oleh pergerakan. Lesi yang mengenai noeserebelum di tandai oleh terganggunya gerakan gerakan halus yang di timbulkan oleh pyramidal. Gangguan tersebut meliputi :
1.      Otot dalam keadaan hipotini lemah dan mudah lelah
2.      Gangguan pergerakan dalam bentuk ansinergi, misalnya dalam bentuk :
a.       Dismetri, ketidakmampuan menghentikan pergerakan.
b.      Fenomenpantulan, mengadakan fleksi di daerah siku dengan  melawan di daerah siku dengan melawan suatu tahanan.
c.       Ketidakmampuan melakukan gerakan cepat yang bersifat alternatif.
d.      Bicara terpotong potong.
e.       Gerakan asosiatif yang tidak teratur.
f.       Ataksia, kecenderungan untuk jatuh ke satu sisi.








3.      Nistagmus sereberal : mekanisme serebelum yang mengendalikan sienergi dan tonus interinsik bola mata terganggu, klien menjadi goyah dan tidak stabil, kecenderungan jatuh ke belakang, apabila otot bicara terlibat, kata-kata menjadi tidak terkendali dan tidak jelas.
2.4 Batang Otak
Pada permukaan batang otak (terunkus serebri) terlihat medula oblongata, pons varoli, mensensefalon, dan diensifalon . talamus dan epitalamus terlihat di permukaan pestorior batang otak, terletak di antara serabut kapsula interna. Di sepanjang tepidorso media talamus terdapat sekelompok serabut saraf berjalan ke posterior basis epifise.
1.      Diensefalon
Diensefalon merupakan bagian dari  batang otak yang paling atas, diantara serebelum dan mesensefalon. Pada bagian tengah diensefalon terdapat ventrikel III. Bagian kiri dan kanan ventikel III bagian dorsal terdapat talamus. Di bawah talamus di sebut hipotalamus, bagian lateral dari hipotalamus bersambung dengan mensensafalon, disebut subtalamus, daerah yang membentuk atap dari ventrikel III.
 


Bagian belakang sebelah depan lateral talamus terdapat nuklei kaudatus, merupakan salah satu ganglia basalis yang mempunyai ekor berjalan di atas talamus. Bagian lateral nukleus kaudatus dan talamus terdapat kapsula internal menghadap ke lateral. Kurs interior dan kurs kurs posterioe mengapit nukleus lentik ularis. Sebelah luar terdapat kapsula eksterna. Insula terdepan berhungan dengan lobus frontalis, kebelakang lobus tarietaris dan lobus temporalis merupakan dasar dari fisura silvi. Diensivalon merupakan suatu struktur dari ventrikel III terdiri dari talamus nekleus subtalamus, epitalamus dan hipotalamus.
2.   Talamus
Talamus merupakan masa substansi grisea yang terdapat pada tiap hemisfer, terletak di kedua sisi ventrikel III. Radisiotalamus suatu istilah yang di gunakan untuk traktus yang keluar dari permukaan lateral talamus, masuk ke kapsula interna yang berakhir pada korteks serebri. Nuklei talamus terdiri dari 5 kelompok :
1.      Anterior nuclear group, menerima serabut dari keropus mamilaris melalui traktus mamilotalamikus dan berakhir di korteks singulin.
2.      Nuklei of medline, menghubungkan talamus dan hipotalamus.
3.      Medial nuklei. Nuklei di daerah ini memberikan masukan ke korteks frontalis.
4.      Lateral nuclear mass, terdiri dari :
a.       Nukleus retrikuler.
b.      Nukleus fentralis anterior yang berhubungan dengan korpus satriatum
c.       Nukleus ventroposterolateral, memproyeksi kegirus posentral area 1, 2, 3, menerima serabut dari lemniskus medialis, traktus spino talamikus, dan traktus trigeminus
d.      Nukleus dorsolateral dan nukleus posterolateral berproyeksi ke korteks lobus parietalis.
5.      Posterior nuklei, terdiri dari :
a.       Nukleus fulfinar, berhubungan dengan korteks lobus parietal dan temporal
b.      Korpus genitulatum medialis, menerima serabut dari akustik lemnikus lateralis dan kolikus superior kemudian memproyeksi ke korteks lobus temporalis melalui radiasioakustika.
c.       Korpus genikulatum lateralis. Nukleus ini menrima implus dari traktus optikus dan memproyeksi ke korteks visual (regiokalkarina) area 17, melalui radia siogenekulokakarina (radiasio-optika).
3.      Epitalamus
Di sebelah posterior ventrikuls III terdiri dari korpus pniel, strie medularis talami, trigonum habenulare, dan komisura posterior.

4.   Hipotalamus
Bagian terbesar dari otak terletak di bagian ventral dari talamus, di atas kelenjar hipofisis, dan membentuk dasar dari dinding lateral ventrikel III. Hipotalamus mempunyai beberapa nuklei, setiap nuklei mempunyai tugas sendiri-sendiri dalam mengatur fungsi internal tubuh.
Efek stimulasi hipotalamis terhadap sistem saraf simpatis mengintegrasikan respons otonomi dengan berbagai area aktivitas otak. Pengaruh jalur saraf ini disalurkan melalui serat-serat difus yang disalurkan melalui susunan vibra periventrikularis, vibra hipotalamus dan fasikulus.
     Hipotalamus dianggap sebagai salah satu pusat utama yang berkaitan dengan emosi, menerjemahkan emosi yang timbul di daerah korteks melalui proses asosiasi intrakortikal, menjsdi reaksi emosional yang sesuai dengan keadaan. Hipotalamus merupakan daerah sinaps yang penting dalam jalur-jalur yang bersangkutan dengan kegiatan makan dan minum (rasa haus dan lapar).
5.   Mesensefalon
Mesensefalon adalah bagian otak yang terletak diantara pons valori dan hemisfer serebri. Bagian dorsal mempunyai tinjolan yang di sebut corpora quadrigemina dan teridiri dari dua kolikulus superior yang berhubungan dengan sistem penglihatan dan dua kolikulus inferior yang berhubungan dengan pendengaran.
     Bagian lain dari mesensefalon antaraa lain :
1.      Substansia nigra.
2.      Tegmentum dengan nukleus, bersama dengan subtansia nigra termasuk dalam basal ganglia fungsional.
3.      Nuklei saraf cranial yaitu nukleus nervus III, nukleus nervus IV, nukleus nervus V.
4.      Formasioretikularis.
Sebelah kiri dan kanan terdapat kumpulan nukleus nervus IV(troklearis), bagian ventral nuklea nervus III(N. okulomotorius) terdapat nukleus rubra bewarna kemerahan menerima saraf sraf dari serebelum. Bagian ventral nukleus rubra terdapat subtansi nigra. Bagian ventral subtansia nigra terdapat berkas saraf motoris yang berasal dari korteks serebri yang tersususn kea rah dorsal berturut-turut traktus frontopontis, traktus piramidalis, dan traktus temporopontis membentuk bagian bawah dan disamping mesensefalon. Saraf III(N. okulomotorius) berjalan kearahdorsal menyilang garis tengah ke sisi lain dan membuat persilangan di bagian kolumna inferium.

Fungsi mesensefalon:
1.      Perangsangan daerah quadrigeminus yang menyebabkan dilatasi pupil dan gerakan kunjugasi mata ke arah yang berlawanan dengan tempat perangsangan.
2.      Lesi destruktif menimbulkan gejala yang jenisnya tergantung pada kerusakan corpora quadrigemina, menyebabkan paralisis gerakan mata ke atas.
3.      Kerusakan nukleus rubra, subtansia nigra, dan subtansi reticular menimbulkan gerakan involunter dan rigiditas.
 6.  Pons varoli
       Dalam pons varoli aquadukus silvii semakin ke bawah semakin lebar   membentuk ventrikel IV. Dinding lateral atas pons dibentuk oleh beskium konjungtivum dan brakium pontis yang berhubungan dengan mesensefalon dan pons varoli dengan serebelum. Dasar dari pons varoli dibentuk oleh traktus piramidalis, nuklei pons varoli dan serat sraf pons. Bagian tengah pons terdapat pusat nervus trigeminus (sarafV), nuklei nervus VI, VII dan VIII. Serat saraf VI (N. abdusen) berjalan kea rah ventral menembus traktus piramidalis. Serat saraf VII (nervus tasialis) dan saraf VIII (N. koklea vestibularis) menembus dinding lateral pons varoli di sebelah dorsal, terletak ventral dari serebelum anterior dan medulla oblongata. Kerusakan pada pons varoli pada umumnya menimbulkan hemiplegia yang jenisnya bergantung pada nukleus saraf motorik yang terkena.
7.  Nervus Kranial
         Susunan saraf yang terdapat pada bagian kepala luar dari otak, melewati lubang yang terdapat pada tulang tengkorak, berhubungan erat dengan otot, indra penglihatan, indra pendengar, indra penciuman, indra pengecap, dan indra perasa. Di dalam cranial ada dua saraf cranial yang merupakan serabut campuran/gabungan yaitu saraf sensorik dan saraf motorik. Nervus kranial merupakan  stasiun penghubung untuk impuls-impuls dari pusat-pusat saraf dalam susunan saraf pusat. Nervus cranial juga merupakan bagian yang penting dari lengkung-lengkung refleks melalui batang otak. Hubungan antara neuron sensorik dan neuron motorik terjalin melalui sel neuron.

I.                   Nervus Olfaktorius (N. I)
Merupakan saraf sensorik. Saraf ini berasal dari epithelium olfaktori mukosa nasal. Berkas serabut sensorik mengarah ke bulbus olfaktori dan menjalar melalui traktus olfaktori sampai ke ujung lobus temporal (girus olfaktori), tempat persepsi indera penciuman berada.
II.                Nervus Optikus (N. II)
Merupakan saraf sensorik. Impuls dari batang dan kerucut retina di bawa ke badan sel akson yang membentuk saraf optic. Setiap saraf optic keluar dari bola mata pada bintik buta dan masuk ke rongga cranial melaui foramen optic. Seluruh serabut memanjang saat traktus optic, bersinapsis pada sisi lateral nuclei genikulasi thalamus dan menonjol ke atas sampai ke area visual lobus oksipital untuk persepsi indera penglihatan.
III.             Nervus Okulomotorius (N. III)
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke seluruh otot bola mata (kecuali otot oblik superior dan rektus lateral), ke otot yang membuka kelopak mata dan ke otot polos tertentu pada mata. Serabut sensorik membawa informasi indera otot (kesadaran perioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke otak.
IV.             Nervus Troklearis (N. IV)
Adalah saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik dan merupakan saraf terkecil dalam saraf cranial. Neuron motorik berasal dari langit-langit otak tengah dan membawa impuls ke otot oblik superior bola mata. Serabut sensorik dari spindle otot menyampaikan informasi indera otot dari otot oblik superior ke otak.
V.                Nervus Trigeminus (N. V)
Saraf cranial terbesar, merupakan saraf gabungan tetapi sebagian besar terdiri dari saraf sensorik. Bagian ini membentuk saraf sensorik utama pada wajah dan rongga nasal serta rongga oral. Neuron motorik berasal dari pons dan menginervasi otot mastikasi kecuali otot buksinator. Badan sel neuron sensorik terletak dalam ganglia trigeminal. Saraf ini bersifat majemuk mempunyai tiga cabang berikut :
a.       Nervus Optikus
Cabang optikus membawa informasi dari kelopak mata, bola mata, kelenjar air mata, sisi hidung, rongga nasal dan kulit dahi serta kepala.
b.      Nervus Maksilaris
Cabang maksilar membawa informasi dari kulit wajah, rongga oral (gigi atas,  bibir atas, palatum, batang hidung, dan maksilaris).
c.       Nervus Mandibularis
Cabang mandibular membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir, kulit rahang dan area temporal kulit kepala.

VI.             Nervus Abdusen (N. VI)
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik berasal dari sebuah nucleus pada pons yang menginervasi otot rektus lateral mata. Serabut sensorik membawa pesan proprioseptif dari otot rektus lateral ke pons.
VII.          Nervus Fasialis (N. VII)
Merupakan saraf gabungan. Meuron motorik terletak dalam nuclei pons. Neuron ini menginervasi otot ekspresi wajah, termasuk kelenjar air mata dan kelenjar saliva. Neuron sensorik membawa informasi dari reseptor pengecap pada dua pertiga bagian anterior lidah.
VIII.       Nervus Koklea Vestibularis (N. VIII)
Hanya terdiri dari saraf sensorik dan memiliki dua divisi.
a.       Cabang koklear (saraf pendengar) atau auditori menyampaikan informasi dari reseptor untuk indera    pendengaran dalam organ korti telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli inferior, ke bagian medial nuclei genikulasi pada thalamus dan kemudian ke area auditori pada lobus temporal.
b.      Cabang vestibular (saraf keseimbangan)membawa informasi yang berkaitan dengan ekuilibrium dan orientasi kepala terhadap ruang yang diterima dari reseptor sensorik pada telinga dalam.
IX.             Nervus Faringeus (N. IX)
Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berawal dari medulla dan menginervasi otot untuk wicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid. Neuron sensorik membawa informasi yang berkaitan dengan rasa dari sepertiga bagian posterior lidah dan sensasi umum dari faring dan laring; neuron ini juga membawa informasi mengenai tekanan darah dari reseptor sensorik dalam pembuluh darah tertentu.
X.                Nervus Vagus (N. X)
Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berasal dari dalam medulla dan menginervasi hampir semua organ toraks dan abdomen. Neuron sensorik membawa informasi dari faring, laring, trakea, esophagus, jantung dan visera abdomen ke medulla dan pons.
XI.             Nervus Aksesorius (N. XI)
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari serabut motorik. Neuron motorik berasal dari dua area: bagian cranial berawal dari medulla dan menginervasi otot volunteer faring dan laring, bagian spinal muncul dari medulla spinalis
serviks dan menginervasi otot trapezius dan sternokleidomastoideus. Neuron sensorik membawa informasi dari otot yang sama yang terinervasi oleh saraf motorik ; misalnya otot laring, faring, trapezius dan otot sternokleidomastoid.
XII.          Nervus Hipglusus (N. XII)
Termasuk saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik berawal dari medulla dan mensuplai otot lidah. Neuron sensorik membawa informasi dari spindel otot di lidah.
2.5 Medulla Spinalis
Bagian sistem saraf yang menggambarkan perubahan terakhir perkembangan embrio. Semula rusngannya besar kemudian mengecil menjadi kanalis sentralis, terdiri dari dua belahan yang sama dipersatukan oleh struktur intermedia, dibentuk oleh sel saraf dan di dukung oleh jaringan interstisial. Medula seminalis membentang dari faromen magnum sampai setinggi vertebrae lumbalis I dan II. Ujung bawahnya runcing menyerupai kerucut yang di sebut konus medularis, terletak di dalam kanalis vetebralis melanjut Sebagai benang-benang (filum terminal) akhirnya melekat pada vertebrae koksigialis pertama. Kira-kira setinggi vertebralis III sampai torakalis II medula spinalis menebal ke samping.
Permukaan depan (ventra) terdapat celah yang dalam disebut fisura mediana anterior. Pada permukaan belakang (dorsal) ada alur suklus medialus posterior yang membagi medula spinalis menjadi dekstra dan sinistra yang simetris. Di sisi samping (lateral) terdapat alur yang panjang dinamakan siklus lateralis anterior. Saraf spinalis pada jarak tertentu keluar dari medula spinalis melalui foremen intervertebralis pada segmen yang sama dan kolumna vetebralis yang tidak sama.
Dinding kanalis dilapisi oleh sel-sel ependima. Disekitar kanalis sentralis terluhat subtansi yang berwarna abu-abu berbentuk seperti huruf H disebut subtansi grisea yang terdiri dari sel saraf, serabut sraf tidak bermielin, neurolia, dan pembuluh darah. Subtansi yang berwarna putih terdapat sekeliling subtansi grisea dan subtansi alba terdiri dari berkas serabut saraf bermielin tersusun membujur sepanjang medula spinalis.
Pada segmen servikalis VIII sampai lumbal II di antara kornu anterior dan kornu posterior terdapat tonjolan kesamping (konu lateral), berbentuk Batang dinamakan volumna anterior, kolumna posterior, dan kolumna lateralis. Bagian kiri dan kanan subtansia grisea dihubungkan oleh komusura grisea anterior dan komisura alba anterior dan komisura alba posterior.
Fungsi medula spinalis :
1.      Medula spinalis : pusat saraf mengintegrasikan sinyal sensoris yang datang mengatifkan keluaran motorik secara langsung tanpa campur tangan otak. Fungsi ini terlihat pada kerja refleks spinal, untuk melindungi tubuh dari bahaya dan menjaga pemeliharaan tubuh.
2.      Sebagai pusat perantara : antara susunan saraf tepi dan otak (susunan saraf pusat), semua komando motorik volunter dari otak ke otak-otak tubuh yang dikomunikasikan terlebih dahulu pada pusat motorik spinal. Pusat motorik spinal akan memproses sinyal sebagaimana mestinya sebelum mengirimkannya ke otak. Sinyal sensoris dari reseptor perifer ke pusat otak harus terlebih dahulu di komunikasikan ke pusat sensorik di medula spinalis. Pada medula spinalis sinyal sensoris sebagian besar di proses dan di integrasikan sehingga medula spinalis merupakan tempat komunikasi dua arah antara otak dan medula spinalis.
1.      Pleksus brakhialis
Saraf-saraf spinal dari segmen serivikal IV sampai torakal I membentuk jala sraf yang mengurus persarafan lengan yang terdapat dalam rongga torak, terlebih dahulu membentuk nervus medianus yang mensarafi otot fleksor lengan. Fungsi nervus medianus mengetulkan tangan dan jari mengurus kulit telapak tangan mulai dari jari sampai tangan hingga setengah bagian radial jari ke empat (jari manis). Sararf servikal VII dan torakal I membentuk nervus ulnatis mengurus otot-oto tangan di daerah hipotenar telapak tangan di atas pergelangan pada sisi tulang hasta.
2.6 SUSUNAN SARAF TEPI
Susunan saraf tepi merupakan penghubung susunan saraf pusat dengan reseptor  sensorik dan efektor motorik (otot dan kelenjar).


Saraf terdiri dari ribuan serabut saraf yang di kelompokkan dalam ikatan-ikatan yang masing-masing kelompok dibungkus oleh jaringan ikat. Setiap kelompok mempunyai fungsi yang berbeda (sensorik dan motorik).  Setiap serabut saraf adalah sebuah akson dari neuron sensorik, neuron motorik, atau otonom perifer.
Serabut saraf perifer berhubungan dengan otak dan korda spinalis. Serabut saraf perifer terdiri dari 12 pasang saraf kranial (keluar dari tempat yang berbeda dari dalam otak) dan 31 pasang saraf spinal (merupakan persatuan kelompok serabut dari dua akar spinal). Akar dorsal mrmbawa serabut sensorik akar ventral, dan membawa saraf motorik (somatik dan otonom). Setiap saraf spinal adalah gabungan dari serabutmotorik somatik, sensorik somarik, dan otonom.



Nervus ulnaris mengandung cabang sensoris mengurus kulit, tangan, bagian ventral telapak tangan dari jari kelima dan setengah bagian ulna jari manis. Saraf servikal V dan VI bagian dorsal membentuk nervus aksesorius, terletak di bagian dorsal membentuk nervus radialis. Fungsi nervus radialis mengurus M. Deltoiodeus dan mengurus otot ekstensor, kulit lengan, dan tangan bagian dorsal.
2.   Pleksus lumbosakralis
      Saraf-saraf spinal sampai sakral V membentuk jala saraf yang menginervasi/mensarafi tungkai. Jala ini tersusun dalam dua bagian yaitu bagian dorsal dan bagian ventral. Saraf lumbal I dan II membentuk nervus genitofemoralis yang mengurus pensarafan kulit daerah genitalia dan paha bagian atasx bagian medial, komponen motoris mensarafi M.kremaster. saraf lumbal II, III dan IV membentuk nervus obturatorius yang mensarafi M.obturator dan M.abduktor paha, dan bagian sensoris mensarafi persendian paha. Bagian dorsal membentuk nervus femoralis M.quadrisep femoris. Saraf lumbal II dan III bagian dorsal membentuk N.kutaneus femoralis lateralis mengurusi kulit paha bagian lateral. Saraf lumbal IV sampai sakral III bagian ventral membentuk nervus tibialis. Saraf lumbal IV sampai sakral II bagian dorsal bersatu menjadi nervus peroneus (fibularis komunis). Nervus tibialis dan nervus peroneus komunis menjadi satu membentuk nervus iskiadikus. Nervus tibialis mensarafi otot-otot ekstentor pada tungkai bawah dan kulit daerah telapak kaki.
      Nervus fibuliaris komunis bercabang tiga yaitu nervus fibularis superfisialis, nervus fibularis profundus, dan nervus rekurens artikularis. Nervus fibularis superfisialis dan nervus fibularis profundus mengurus otot-otot ekstentor di tungkai bawah dan berfungsi untuk mengetulkan kaki ke arah dorsal. Cabang sensoris mengurus kulit tungkai bawah dan kaki bawah dorsal. Nervus rekurens artikularis mengurus sendi lutut. Yang sering mengalami gangguan adalah nervus fibularis karena letaknya dangkal. Segmen lumbal IV, V dan sakral I nervus iskiadikus sering terangsang oleh penonjolan nukleus pulposus. Pada keadaan hernia timbul perasaan nyeri dan kesemutan sepanjang segmen yang tertekan.
Sesuai dengan asal keluarnya di vertebra, maka saraf spinal terdiri atas 8 pasang     saraf servikal, 12 pasang saraf torakal, 5 pasang saraf lumbal, 5 pasang saraf sakral, dan 1 pasang saraf koksigeal. Saraf spinal daerah servikal mengurus leher, lengan, dan bahu. Saraf spinal torakal mengurus badan, lumbal mengurus tungkai, sakrokoksigeal mengurus alat kelamin, pelvis, dan sekitar pangkal paha.
2.7 Susunan Saraf Somatik
Indra somatik merupakan saraf yang mengumpulkan informasi sensoris dari tubuh. Indra ini berbeda dengan indra khusus (penglihatan, penghiduan, pendengaran, pengecap, dan keseimbangan). Indra somatik dapat digolongkan menjadi tiga jenis:
1.      Indra somatik mekanoreseptif, yang dirangsang oleh pemindahan mekanisme sejumlah jaringan tubuh, meliputi indra raba, tekanan, tekanan yang menentukan posisi relatif, dan kecepatan gerakan berbagai bagian tubuh, yang dikelompokkan sebagai berikut:
a.       Sensasi eksteroreseptif, sensori dari permukaan tubuh.
b.      Sensasi proprioseptif, sensasi yang berhubungan dengan keadaan fisik tubuh termasuk sensasi kinestetik, sensasi tendo dan otot, tekanan dari dasar kaki.
c.       Sensasi viseral, sensasi dari visera tubuh organ dalam yang berasal dari jaringan dalam seperti tulang atau fasia terutama meliputi tekanan nyeri dan getaran dalam.
2.      Indra termoreseptor, mendeteksi pans dan dingin.
3.      Indra nyeri, digiatkan oleh faktor apa saja yang merusak jaringan, perasaan kompleks karena menyertakan sensasi persaan dan emosi.
Daerah asosiasi somatik korteks parietal tepat di belakang daerah sensoris  somatik memegang peranan penting dalam memisahkan informasi sensoris memasuki daerah sensoris somatik yang disebut daerah asosiasi somatik. Perangsaan listrik dalam daerah asosiasi somatik bergabung dengan informasi dari berbagai tempat di dalam daerah sensoris somatik.

2.8 Susunan Saraf Otonom

Saraf yang mempersarafi alat-alat dalam tubuh seperti kelenjar, pembuluh darah, paru, lambung, usus dan ginjal. Alat ini mendapat dua jenis persarafan otonom yang fungsinya saling bertentangan kalau yang satu merangsang yang lainnya menghambat dan sebaliknya, kedua susunan saraf ini disebut saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Fungsi saraf otonom mengatur motilitas dan sekresi pada kulit, pembuluh darah, dan organ viseral dengan cara merangsang pergerakan otot polos dan kelenjar eksokrin. Regulasi otonom dibawa oleh serabut saraf simpatis dan saraf parasimpatis.


1.      Saraf Simpatis

Saraf simpatik terletak di dalam kornu lateralis medula spinalis servikal VIII sampai lumbal I. Dari sini keluar akson yang mengikuti saraf motoris di dalam radiks anterior. Setelah keluar dari kanalis vertebralis saraf simpatis keluar dari radiks motori dan masuk ke dalam trunkus simpatikus yang merupakan suatu rantai ganglia simpatis yang terdapat di sebelah kiri dan kanan kolumna vertebratalis.
Trunkus simpatikus kiri dan kanan pada daerah sakral bagian bawah bergabung menjadi satu dalam ganglion. Pada daerah servikal terdapat tiga buah ganglia yaitu ganglia stelatum, ganglia servikalis media, dan gnglia servikal superior. Di dalam trunkus simpatikus saraf simpatis langsung bersinapsis, berjalan ke atas dan ke bawah, keluar dari ganglion simpatis bergabung kembali dengan nervus spinal. Pada bagian abdomen saraf simpatis melewati trunkus simpatikus membentuk saraf perifer tersendiri. Saraf simpatis berasal dari torakal V sampai IX membentuk nervus splanknikus mayor yang berasal dari torakal X, XI, XII membentuk nervus splanknikus minor.

Setelah keluar dari ganglion mesenterikus superior saraf ini membentuk jala saraf yang disebut pleksus solaris. Saraf simpatis yang berasal dari torakal V sampai IX mengurus persarafan semua alat-alat yang berada di dalam rongga abdomen. Saraf torakal I sampai IV mengurus jantung  dan paru.
Alat-alat dalam kepala mendapat persarafan simpatis yang berpusat pada kornulateralis medula spinalis servikal VIII dan torakal i. Saraf ini berjalan ke atas dan dalam trynkus simpatikus bersinaps. Salah satu ganglion servikal berjalan mengikuti percabangan arteri korotis komonis, mempersarafi pembuluh darah muka, kelenjar keringat, kelenjar ludah, kelenjar air mata, dan pupil.
2. Saraf parasimpatis
Saraf parasimpatis mengurus kontriksi pupil berjalan dengan nukleus okulomitorius dan bersinaps di ganglion siliare yang terdapat di dalam orbita dan mempersarafi pupil. Saraf parasimpatis mengurus sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, dan kelenjar submandibularis serta kelenjar mukosa rongga hidung. Pusat saraf ini terdapat dalam pons varoli bagian bawah.
Saraf yang mengurus kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung berpusat pada nuklei muksilaris,. Saraf-safarnya keluar bersama nervus fasialis kemudian berjalan dalam nervus petrous superfisialis mayor, bersipnasis di ganglion spenopalatinum mengurus kelenjar air mata dan kelenjar mukosa hidung.
Saraf yang mengurus kelenjar ludah subliungualis dan submandibularis berpusat pada nukleus salivatorius superior. Saraf ini mengikuti nervus VII, kemudian berjalan di dalam korda timpani, bergabung dengan nervus lingualis kemudian bersinapsis di ganglion submandibularis. Dari ganglion ini berjalan saraf II ke kelenjar yang disarafinya yaitu glandula submandubularis dan glandula sublingualis.
Saraf parasimpatis yng mengurus glandula parotis berpusat pada nukleus salivatorius inferior di dalam medula obliongata. Saraf-saraf ini mengikuti nervus IX bersinapsis di ganglion optikum di dalam fossa zigomatikum yang terletak di bawah foramen ovale, serat-serat postganglionnya mensarafi kelenjar parotis.
Dibawah nukleus salivatorius inferior terdapat nukleus dorsalis (N. X) yang menjadi pusat pernafasan parasimpatis sebagai alat tubuh yaitu jantung, paru, gastrointestinal, ginjal, pankreas, limpa, hepar, dan glandula suprarenalis. Kolon desendens, sigmoid, rektum, vesika urinaria, dan alat reproduksi disafari oleh parasimpatis yang berpusat pada sakral II-IV. Saraf ini berpusat paa kornu lateralis meninggalkan medula spinalis di dalam radiks motoris memebentuk nervus splanknikus pelvis. Saraf ini bersinapsis di dalam ganglion yang disafarinya.
Fungsi saraf parasimpatis mengurus miksi dan defekasi, vesika urinaria, kolon desendens, sigmoideum, dan rektum mendapat persarafan dari bangian sakral.

BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf sadar terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan impuls yang berupa rangsang atau tanggapan. Sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf perifer terdiri dari sistem saraf  sadar dan sistem saraf tidak sadar.
Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap   stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama: input sensorik, antivitas integratif, dan output motorik. Unit fungsional sistem saraf adalah neuron. Secara umum, setiap neuron terdiri dari: badan sel, dendrite, dan akson.


DAFTAR PUSTAKA



Heryati,Euis dan Nur Faizah. 2008. “Psikologi Faal”, Diktat Kuliah. Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit; alih bahasa, Brahm U. Pendit, dkk; editor edisis bahasa Indonesia, Huriawan Hertanto, dkk. Volume 2. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sloane, Ethel. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula; alih bahasa, James Veldman, editor edisi bahasa Indonesia, Palupi Widyastuti. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
  

0 komentar:

Posting Komentar