Senin, 12 Desember 2016

HIV AIDS dan Kebutuhan Nutrisi

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu komponen utama Index Pembangunan Manusia (IPM) yang mendukung terciptanya Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.

HIV dan AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahunnya. Semenjak ditemukan pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah kasus secara signifikan.

Kelompok usia 25 – 29 merupakan terbesar sebanyak 89 orang (47,59 %) terjadinya kasus HIV dan AIDS dari tahun 2003 – 2012 dan usia produktif mendominasi terjadinya kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Kebumen. Diperlukan upaya bersama dalam pemberantasan penyakit HIV & AIDS, yang tidak saja ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan tetapi juga diarahkan pada upaya pencegahan pada orang yang beresiko melalui VCT (Voluntary Conseling and Test) maupun PICT (Provider Inisiative Conseling and Test).
Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV. Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu makan, gangguan penyerapan sari makanan Pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan umum mereka cepat menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum meninggal. Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS.
Asuhan gizi dan terapi gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga mengkonsumsi obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obatinfeksi oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi. Beberapa jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya tidak. Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.
Segera hubungi dokter untuk mendapatkan penangan sebelum kondisi kesehatan bertambah parah dan memicu penyakit komplikasi. Dalam hal ini perawat memiliki peran dalam membantu pasien dengan penyakit HIV, diataranya : Perawat sebagai tenaga Promotif yaitu yaitu melakukan penyuluhan kesehatan terhadap pasien. Dengan meningkatkan kesehatan pasien agar tidak terjadi komplikasi atau akibat lanjut dari HIV. Perawat sebagai tenaga Preventif yaitu mencegah agar pasien tersebut tidak mengalami komplikasi, yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien tersebut dengan tepat. Perawat sebagai tenaga Kuratif yaitu memberikan tindakan pengobatan terhadap pasien HIV. Pengobatan ini dilakukan secara kolaboratif dengan dokter, ahli gizi dan farmasi. Perawat sebagai tenaga Rehabililitatif yaitu sebagai pusat tenaga rehabilitasi terhadap pasien, yaitu dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang HIV.
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
a.       Menjelaskan definisi HIV dan AIDS
b.      Menjelaskan etiologi dan dan manifestasi klinis HIV dan AIDS
c.       Menjelaskan jenis diet dan prinsip nutrisi dengan pasien HIV dan AIDS
d.      Menjelaskan asupan nutrisi dengan pasien HIV dan AIDS
2.      Tujuan Khusus
a.       Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis terhadap pasien HIV dan AIDS
b.      Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dapat memahami asupan gizi terhadap pasien HIV dan AIDS
c.       Perawat dapat menerapkan asupan gizi yang tepat terhadap pasien dengan HIV dan AIDS

C.    Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini terdiri dari :
1.      Bab I         : Berisi tentang Latar Belakang, dan Tujuan Penulisan
2.      Bab II        : Berisi tentang Konsep Dasar, Etiologi, Manifestasi Klinis,
                    Terapi Gizi Medis, Syarat Diet, Jenis Diet, Prinsip
  Nutrisi, Asupan Nutrisi Pasien HIV dan AIDS
3.      Bab III      : Berisi tentang Kesimpulan dan Saran
4.      Daftar Pustaka


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu komponen utama Index Pembangunan Manusia (IPM) yang mendukung terciptanya Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.

HIV dan AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahunnya. Semenjak ditemukan pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah kasus secara signifikan.

Kelompok usia 25 – 29 merupakan terbesar sebanyak 89 orang (47,59 %) terjadinya kasus HIV dan AIDS dari tahun 2003 – 2012 dan usia produktif mendominasi terjadinya kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Kebumen. Diperlukan upaya bersama dalam pemberantasan penyakit HIV & AIDS, yang tidak saja ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan tetapi juga diarahkan pada upaya pencegahan pada orang yang beresiko melalui VCT (Voluntary Conseling and Test) maupun PICT (Provider Inisiative Conseling and Test).
Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV. Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu makan, gangguan penyerapan sari makanan Pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan umum mereka cepat menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum meninggal. Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS.
Asuhan gizi dan terapi gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga mengkonsumsi obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obatinfeksi oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi. Beberapa jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya tidak. Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.
Segera hubungi dokter untuk mendapatkan penangan sebelum kondisi kesehatan bertambah parah dan memicu penyakit komplikasi. Dalam hal ini perawat memiliki peran dalam membantu pasien dengan penyakit HIV, diataranya : Perawat sebagai tenaga Promotif yaitu yaitu melakukan penyuluhan kesehatan terhadap pasien. Dengan meningkatkan kesehatan pasien agar tidak terjadi komplikasi atau akibat lanjut dari HIV. Perawat sebagai tenaga Preventif yaitu mencegah agar pasien tersebut tidak mengalami komplikasi, yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien tersebut dengan tepat. Perawat sebagai tenaga Kuratif yaitu memberikan tindakan pengobatan terhadap pasien HIV. Pengobatan ini dilakukan secara kolaboratif dengan dokter, ahli gizi dan farmasi. Perawat sebagai tenaga Rehabililitatif yaitu sebagai pusat tenaga rehabilitasi terhadap pasien, yaitu dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang HIV.
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
a.       Menjelaskan definisi HIV dan AIDS
b.      Menjelaskan etiologi dan dan manifestasi klinis HIV dan AIDS
c.       Menjelaskan jenis diet dan prinsip nutrisi dengan pasien HIV dan AIDS
d.      Menjelaskan asupan nutrisi dengan pasien HIV dan AIDS
2.      Tujuan Khusus
a.       Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis terhadap pasien HIV dan AIDS
b.      Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dapat memahami asupan gizi terhadap pasien HIV dan AIDS
c.       Perawat dapat menerapkan asupan gizi yang tepat terhadap pasien dengan HIV dan AIDS

C.    Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini terdiri dari :
1.      Bab I         : Berisi tentang Latar Belakang, dan Tujuan Penulisan
2.      Bab II        : Berisi tentang Konsep Dasar, Etiologi, Manifestasi Klinis,
                    Terapi Gizi Medis, Syarat Diet, Jenis Diet, Prinsip
  Nutrisi, Asupan Nutrisi Pasien HIV dan AIDS
3.      Bab III      : Berisi tentang Kesimpulan dan Saran
4.      Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu komponen utama Index Pembangunan Manusia (IPM) yang mendukung terciptanya Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.

HIV dan AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahunnya. Semenjak ditemukan pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah kasus secara signifikan.

Kelompok usia 25 – 29 merupakan terbesar sebanyak 89 orang (47,59 %) terjadinya kasus HIV dan AIDS dari tahun 2003 – 2012 dan usia produktif mendominasi terjadinya kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Kebumen. Diperlukan upaya bersama dalam pemberantasan penyakit HIV & AIDS, yang tidak saja ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan tetapi juga diarahkan pada upaya pencegahan pada orang yang beresiko melalui VCT (Voluntary Conseling and Test) maupun PICT (Provider Inisiative Conseling and Test).
Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV. Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu makan, gangguan penyerapan sari makanan Pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan umum mereka cepat menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum meninggal. Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS.
Asuhan gizi dan terapi gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga mengkonsumsi obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obatinfeksi oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi. Beberapa jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya tidak. Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.
Segera hubungi dokter untuk mendapatkan penangan sebelum kondisi kesehatan bertambah parah dan memicu penyakit komplikasi. Dalam hal ini perawat memiliki peran dalam membantu pasien dengan penyakit HIV, diataranya : Perawat sebagai tenaga Promotif yaitu yaitu melakukan penyuluhan kesehatan terhadap pasien. Dengan meningkatkan kesehatan pasien agar tidak terjadi komplikasi atau akibat lanjut dari HIV. Perawat sebagai tenaga Preventif yaitu mencegah agar pasien tersebut tidak mengalami komplikasi, yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien tersebut dengan tepat. Perawat sebagai tenaga Kuratif yaitu memberikan tindakan pengobatan terhadap pasien HIV. Pengobatan ini dilakukan secara kolaboratif dengan dokter, ahli gizi dan farmasi. Perawat sebagai tenaga Rehabililitatif yaitu sebagai pusat tenaga rehabilitasi terhadap pasien, yaitu dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang HIV.
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
a.       Menjelaskan definisi HIV dan AIDS
b.      Menjelaskan etiologi dan dan manifestasi klinis HIV dan AIDS
c.       Menjelaskan jenis diet dan prinsip nutrisi dengan pasien HIV dan AIDS
d.      Menjelaskan asupan nutrisi dengan pasien HIV dan AIDS
2.      Tujuan Khusus
a.       Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis terhadap pasien HIV dan AIDS
b.      Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dapat memahami asupan gizi terhadap pasien HIV dan AIDS
c.       Perawat dapat menerapkan asupan gizi yang tepat terhadap pasien dengan HIV dan AIDS

C.    Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini terdiri dari :
1.      Bab I         : Berisi tentang Latar Belakang, dan Tujuan Penulisan
2.      Bab II        : Berisi tentang Konsep Dasar, Etiologi, Manifestasi Klinis,
                    Terapi Gizi Medis, Syarat Diet, Jenis Diet, Prinsip
  Nutrisi, Asupan Nutrisi Pasien HIV dan AIDS
3.      Bab III      : Berisi tentang Kesimpulan dan Saran
4.      Daftar Pustaka
 BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome atau sindrom runtuhnya kekebalan tubuh. AIDS adalah kumpulan gejala akibat menurunnya system kekebalan tubuh yang terjadi karena infeksi virus HIV.

Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.

B.     Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama virus dirubah menjadi HIV.

Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut. Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop).

Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis protein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi relatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.

Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluartubuh.HIV  dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.

C.    Manifestasi Klinis
Gejala penyakit HIV/AIDS  tidak selalu muncul ketika terinfeksi AIDS, beberapa orang menderita sakit mirip flu dalam waktu beberapa hari hingga beberapa minggu setelah terpapar virus. Mereka mengeluh deman sakit kepala, kelelahan dan kelenjar getah bening membesar di leher. Gejala HIV AIDS bias jadi salah satu/lebih dari ini semua biasanya hilang dalam beberapa minggu. Perkembangan penyakit sangat bervariasi setiap orangnya. Kondisi ini dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai lebih dari 10 tahun. Selama periode ini virus terus berkembang secara aktif  menginfeksi dan memebunuh sel-sel kekebalan tubuh . Sistem kekebalan memungkinkan kita untuk melawan bakteri, virus, dan peyebab infeksi lainnya.  Virus HIV menghancurkan sel-sel yang berfungsi sebagai “pejuang” infeksi primer, yang disebut sebagai CD4 + atau sel T4. Setelah system kekebalan melemah  gejala HIV/AIDS akan muncul. Gejala AIDS adalah tahap yang paling maju dalam infeksi HIV. Definisi AIDS termasuk semua orang yang terinfeksi HIV yang memeiliki kurang 200 CD4 + sel per mikroliter darah. Adapun tanda-tanda klinis penderita AIDS :
1.      Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2.      Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3.      Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4.      Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5.      Dimensia/HIV ensefalopati

D.    Tujuan Asuhan Gizi
Tujuan asuhan gizi bagi Odha secara umum adalah mempertahankan kesehatan dan status gizi serta meningkatkan kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup akan lebih baik.

E.     Paket Asuhan Gizi
Asuhan gizi bagi Odha dilakukan melalui tiga kegiatan yang merupakan paket kegiatan yang terdiri dari:
1.      Pemantauan status gizi
Pemantauan status gizi bertujuan untuk mengetahui kondisi Odha apakah mempunyai status gizi normal, kurang atau buruk. Pemantuan ini dilakukan dengan cara:
a.       Anamnesis diet
Dilakukan dengan cara menanyakan pola makan yang dilakukan selama 2 atau 3 hari sebelumnya untuk mengetahui pola makan dan asupan zat gizi serta mengetahui kemungkinan potensi kekurangan zat gizi.
b.      Pengukuran antropometri
Dilakukan penukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) serta pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) untuk mengetahui seberapa jauh terjadi kekurangan zat gizi makro seperti Kurang Energi Protein.
c.       Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan Hb, albumin dan prealbumin, kholesterol, trigliserida, fungsi hati, dan kadar zat gizi mikro dalam darah misalnya: zat besi, magnesium, asam folat, vit B12, vit A, dan lain-lain.
1.      Pemeriksaan kadar hemoglobin untuk mengetahui apakah Odah menderita anemia.
2.      Pemeriksaan albumin dan prealbumin dianjurkan pada Odha dengan penyakit ginjal dan hati, untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan atau penurunan kadar albumin.
3.      Pemeriksaan laboratorium lain seperti kolesterol, trigliserida, enzim-enzim hati, kadar besi, magnesium dan apabila mungkin asam folat,vitamin B12 dan vitamin A (retinol) dilakukan untuk mengetahui profilLipid, fungsi hati kekurangan vitamin serta mineral dalam tubuh. Kadarserum Ferritin akan meningkat pada fase akut infeksi HIV.
  1. Intervensi gizi
Intervensi gizi harus dilakukan secara komprehensif meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bekerja sama dengan berbagai profesi yang terkait dengan pelayanan Odha. Intervensi gizi dapat dilakukan di rumah sakit, dan institusi pelayanan kesehatan lainnya serta di keluarga. Di rumah sakit, pelayanan dilakukan oleh Tim Asuhan Gizi.
Dalam upaya intervensi gizi, upaya promotif sangat perlu dilakukan untuk menyebarluaskan informasi tentang pentingnya mempertahankan status gizi yang optimal agar orang yang terinfeksi HIV tidak cepat masuk dalam stadium AIDS.
Pada Odha yang mendapatkan obat ARV dan OI perlu diperhatikan efek ARV-OI terhadap fungsi pencernaan seperti mual, muntah, diare karena keadaan ini dapat mempengaruhi asupan gizi dan status gizi mereka.
3.      Konseling gizi
Tujuan konseling gizi adalah agar Odha mendapatkan jaminan kebutuhan gizi yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuan/daya beli keluarga, pendamping Odha dan masyarakat.

Konseling gizi diberikan kepada Odha, keluarga, pendamping Odha dan masyarakat lingkungannya serta petugas kesehatan agar Odha mendapatkan asupan gizi yang cukup, aman, terjangkau.

Konseling mencakup penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh infeksi HIV pada status gizi. Konseling juga meliputi tatalaksana gizi, terapi gizi medis serta penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan setempat, cara memasak dan cara penyajian, keamanan makanan dan minuman, serta aspek psikologis dan efek samping dari ARV-OI yang mempengaruhi nafsu makan.

F.     Terapi Gizi Medis
Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan obat-obatan. Terapi gizi medis perlu dilakukan segera setelah status HIV diketahui.
Pada prinsipnya terapi diet harus mengandung kalori yang memadai, protein yang sesuai dan berkualitas tinggi, bahan makanan yang mempunyai efek antioksidan yang tinggi serta mengandung vitamin dan mineral yang cukup.
Tujuan terapi gizi medis pada orang dengan HIV/AIDS:
  1. Meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuh
  2. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal
  3. Memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan
  4. Meningkatkan kualitas hidup
  5. Menjaga interaksi obat dan makanan agar penyerapan obat lebih optimal
G.    Syarat Diet pasien HIV
  1. Kebutuhan zat gizi dihitung sesuai dengan kebutuhan individu
  2. Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan nabati seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan produk olahannya
  3. Banyak makanan sayuran dan buah-buahan secara teratur, terutama sayuran dan buah-buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta-karoten), zat besi
  4. Minum susu setiap hari
  5. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
  6. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
  7. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan
  8. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual)
  9. Menghindari rokok, kafein dan alcohol
H.    Syarat diet pada pasien AIDS:
  1. Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum dianjurkan
  2. Diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
  3. Disesuaikan dengan syarat diet dengan penyakit infeksi yang menyertainya
  4. Mengkonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah dicerna
  5. Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus
  6. Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai
  7. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
  8. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
  9. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan
  10. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual)
  11. Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan saluran pencernaan
  12. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
  13. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
  14. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai (TB, diare, sarkoma, oralkandidiasis)
  15. Jika oral tidak bisa, berikan dalam bentuk enteral dan parenteral secara aman (Naso Gastric Tube = NGT) atau intravena (IV)
I.       Jenis diet: tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
Penyakit AIDS akan menimbulkan keadaan imunodefiensi (penurunan kekebalan tubuh). Sementara itu, status gizi dan imunitas atau kekebalan berhubungan dengan erat. Keadaan dimana malnutrisi akan mengganggu fungsi kekebalan sehingga tubuh tidak dapat melawan infeksi. Sebaliknya infeksi akan meningkat risiko malnutrisi. Karena itulah, status gizi yang optimal sangat diperlukan kendati hubungan antara malnutrisi dan perkembangannya penyakit AIDS masih belum dipahami sepenuhnmya.

Penyakit AIDS merupakan penyakit kekebalan yang bersifat terminal akibat infeksi retrovirus yang dikenal dengan nama virus HIV. Penularan virus ini terjadi lelwat pertukaran cairan tubuh atau darah antara pasien AIDS dengan orang sehat seperti lewat sanggama atau pemakaian jarum suntik dan tranfusi produk darah yang terinfeksi AIDS, atau terjadi dari ibu kepada anaknya saat hamil, melahirkan atau menyusui. Gejala klinis AIDS yang nyata baru terlihat setelah terjadi infeksi oportunistik dan kanker yang berkaitan dengan AIDS seperti sarcoma Kaposi.

Pada penyakit AIDS akan terjadi peningkatan laju metabolism akibat demam, infeksi, kanker, dan /reaksi yang ditimbulkan oleh obat-obatan yang diberikan. Sementara itu, gangguan penyerapan nutrient akan terjadi sekunder karena infeksi usus, pemakaian obat, kadar albumin yang rendah, kanker saluran cerna dan enteropati AIDS. Semua ini bila tidak ditangfani akan dengan cepat menimbulkan malnutrisi, pelisutan otot dan penurunan kualitas hidup. Keadaan mudah lelah, luka-luka pada mulut dan kerongkongan, depresi, kecemasan, mual, muntah, gangguan menelan, gangguan indra pengecap serta sesak napas menambah buruk asupan nutrient. Asupan nutien yang tidak adekuat, khususnya protein dan kalori, akan menurunkan berat badan pasien AIDS dengan cepat. Untuk mencegah semua terjadi diatas, upaya berikut ini harus dilaksanakan:
1.      Penilaian status gizi yang lengkap setelah diagnosis penyakit AIDS ditegakkan.
2.      Pengkajian terhadap pengetahuan mengenai keamanan makanan.
3.      Pengkajian terjadap kebiasaan diet, termasuk penggunaan terapi diet alternative dan atau sumplemen nutrient.
4.      Pemantauan berat badan yang ketat, intervensi gizi harus segera dilaksanakan jika terjadi penurunan berat badan.
5.      Terapi nutrisi untuk anemia gizi (khusunya defiensi folat dan vitamin B12) harus sering dilakukan pada pasien-pasien HIV positif yang asimtomatik.
6.      Jika terdapat anemia, atasi defisensi folat dengan pemberian 400 mcg tablet asam folat perhari dan atasi defisensi vitamin b12 dengan 100 mcg b12 yang disuntikkan IM per bulan.
7.      Terapi suplementasi nutrient dimulai dengan pemberian multivitamin/mineral setiap hari dengan takaran yang menyamai 100% AKG, yaitu 30mg betakaroten dan 250-500 mg vitamin C.
8.      Suplmentasi dengan produk enteral yang memodulasi kekebalan (produk ini tersedia di Indonesia dengan nama Neomune)

J.      Prinsip Nutrisi
Pada HIV-positif perlu lebih memperhatikan tentang nutrisi bagi tubuhnya, karena masalah dengan daya tahan tubuh dan juga proses pengobatan, maka tubuh akan mengalami prubahan yang cukup ekstrim. Perubahan yang terjadi bisa berupa penurunan berat badan, diare atau bahkan mengalami infeksi.

Perubahan lain yang umum dialami penderita HIV-positif adalah lipodistrofi (sindrom distribusi lemak) yang membuat bentuk tubuh berubah dan meningkatnya kadar kolesterol. Untuk itu sangat penting bagi penderita HIV/AIDS untuk memperhatikan asupan makanannya.

1.      Intervensi gizi yang agresif bagi pasien-pasien dengan penurunan berat badan yang bermakna.
2.      Jika kadar albumin turun hingga di bawah 2,8 mg/dL, dukung dengan preparat suplemen nutrisi enteral harus dipertimbangkan dengan asupan kalori yang cukup (35-40kcal/hari) akan membantu menaikkan kadar albumin atau paling tidak mencegah penurunan lebih lanjut.
3.      Pasien-pasien yang dirawat dengan infeksi oportunistik harus mendapatkan semua vitamin dan mineral dengan takaran yang menyamai 100-200% AKG.
4.      Pasien-pasien diare (ekskresi feses lebih dari 500 ml/hari) harus mendapat preparat suplemen vitamin larut air dengan takaram 200-300 AKG disamping sulfat dan magnesium serta kalium untuk mempertahankan kadar yang normal dalam serum.
5.      Suplemen gizi dapat diberikan untuk meningkatkan asupan kalori dengan mempertimbangkan penerimaan pasien yang mungkin terbatas.
6.      Nutrisi parenteral total hanya diberikan pada pasien-pasien yang tidak bisa menerima nutrisi enternal akbita melabsorpsi yang signifikan.

K.    Asupan Nutrisi
Berikut ini adalah prinsip-prinsip dasar untuk mempersiapkan makanan bagi penderita HIV-positif:
1.      Konsumsi diet tinggi sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
2.      Pilihlah makanan rendah lemak sebagai sumber protein.
3.      Kurangi gula, minuman ringan dan makanan mengandung gula.
Untuk mempertahankan berat badan namun tanpa menambah lemak, maka seorang penderita HIV-positif perlu meningkatkan jumlah kalori. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
  1. Konsumsi 17 kalori per pon berat tubuh untuk  mempertahankan berat badan.
  2. Konsumsi 20 kalori per pon berat tubuh jika mengalami infeksi.
  3. Konsumsi 25 kalori per pon berat tubuh jika berat tubuh menurun.
Berikut ini adalah sumber kalori, sebagai berikut :
1.       Protein membantu membangun otot, organ dan sistem kekebalan tubuh. Untuk itu jika penderita adalah seorang pria, dia membutuhkan 100-150 gram protein setiap harinya, sedangkan jika wanita butuh 80-100 gram perhari. Namun jika penderita HIV/AIDS mengalami masalah dengan ginjalnya, dia harus mengurangi 15%-20% dari jumlah protein yang dikonsumsinya.
2.      Karbohidrat, penderita HIV/AIDS perlu mendapatkan jumlah yang tepat. Setiap hari disarankan untuk mengkonsumsi lima sampai enam porsi (sekitar 3 cangkir) buah dan sayuran. Pilihlah kacang-kacangan dan biji-bijian seperti beras merah dan quinoa. Jika tidak memiliki alergi bisa mengkonsumsi gandum utuh atau barley. Untuk yang menderita diabetes, maka sebagian besar karbohidrat disarankan berasal dari sayuran.
3.      Lemak yang baik dapat memberikan energi ekstra yang dibutuhkan tubuh. Daparkan 30% kalori harian yang dibutuhkan tubuh dari lemak. 10 persen diantaranya bisa diambil dari lemak tak jenuh tunggal yang bisa di dapat dari kacang-kacangan, alpukat, ikan, canola dan minyak zaitun. 10 persen lagi adalah lemak tak jenuh ganda yang berasal dari ikan, walnut, biji rami, jagung, bunga matahari kedelai dan minyak safflower. Sedangkan 10% sisanya Anda bisa dapatkan dari daging berlemak, unggas, mentega, makanan mengandung susu, kelapa dan juga minyak kelapa.
4.      Selain itu penderita HIV-positif perlu mendapatkan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Berikut adalah vitamin yang dibutuhkan dan sumber makanan yang mengandung vitamin tersebut :
a)       Vitamin A dan beta-karoten: hijau tua, kuning, sayuran berwarna oranye, atau merah dan buah, hati, telur utuh, susu
b)      Vitamin B: daging, ikan, ayam, biji-bijian, kacang-kacangan, kacang putih, alpukat, brokoli, dan sayuran berdaun hijauVitamin C: buah jeruk
c)       Vitamin E: sayuran berdaun hijau, kacang, dan minyak nabati
d)      Selenium: biji-bijian, kacang-kacangan, unggas, ikan, telur, dan selai kacang
e)       Zinc: produk susu daging, unggas, ikan, kacang-kacangan, kacang, dan susu, dan lainnya

L.     Preskripsi Diet
1.      Makan sedikitnya 4 kali sehari.
2.      Kalau makan direstaurant, pastikan agar makanan yang dihidangkan benar-benar makanan alami yang segar dan baru dibuat (bukan makanan kaleng atau makanan yang diawetkan).
3.      Masaklah semua daging, ikan dan ayam hingga matang.
4.      Jangan makan telur mentah mengandung avidin yang mengikat biotin, yaitu salah satu anggota kelompok vitamin B kompleks. Disamping itu, telur yang mentah sulit dicerna dan dapat mengandung parasite seperti salmonella.
5.      Jaga agar makanan dingin tetap dingin dan makanan panas tetap panas.
6.      Perhatikan tanggal kadaluarsa pada setiap makanan kemasan.
7.      Tingkatkan asupan serat dengan memakan sereal berserat tinggi (25 mg/hari) setiap pagi.
8.      Usahakan untuk memakan sedikitnya 5kali sehari buah segar dan sayuran. Sebaiknya sayuran berupa lalapan/rebusan (misalnya dalam bentuk salad atau gado-gado) atau sayuran yang dimasak/ditumis sebentar (misalnya capcay) mengingat bahan pangan nabati memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dalam bentuk vitamin dan mineral. Sayuran yang dimasak lama seperti gudeg atau lodeh tidak lagi mengandung vitamin peka terhadap pemanasan.
9.      Minum suplemen multivitamin/mineral setiap hari bersama makan yang bergizi.
10.  Perhatikan berat badan dengan cermat. Timbang berat badan setiap 3-4 hari sekali dan segera laporkan setiap penurunan berat badan pada dokter atau ahli gizi dan diet.
11.  Berolahraga. Olahraga jalan kaki selama 30 menit setiap hari akan membantu mempertahankan massa protein otot skeletal.

Pasien-pasien yang mengalami gangguan kekebalan harus mematuhi anjuran keamanan makanan seperti tercantum untuk mengurangi risiko terkena penyakit yang ditularkan lewat makanan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi. Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Gejala penyakit HIV/AIDS  tidak selalu muncul ketika terinfeksi AIDS, beberapa orang menderita sakit mirip flu dalam waktu beberapa hari hingga beberapa minggu setelah terpapar virus. Mereka mengeluh deman sakit kepala, kelelahan dan kelenjar getah bening membesar di leher. Asuhan gizi bagi Odha dilakukan melalui tiga kegiatan yang merupakan paket kegiatan yaitu : pemantauan status gizi, intervensi gizi, konseling gizi. Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan obat-obatan. Terapi gizi medis perlu dilakukan segera setelah status HIV diketahui. Penyakit AIDS merupakan penyakit kekebalan yang bersifat terminal akibat infeksi retrovirus yang dikenal dengan nama virus HIV. Penularan virus ini terjadi lelwat pertukaran cairan tubuh atau darah antara pasien AIDS dengan orang sehat seperti lewat sanggama atau pemakaian jarum suntik dan tranfusi produk darah yang terinfeksi AIDS, atau terjadi dari ibu kepada anaknya saat hamil, melahirkan atau menyusui. Gejala klinis AIDS yang nyata baru terlihat setelah terjadi infeksi oportunistik dan kanker yang berkaitan dengan AIDS seperti sarcoma Kaposi.


B.     Saran
1.      Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengerti tentang pelajaran GIZI dan DIET terutama pada pemberian nutrisi pada pasien HIV.
2.      Institusi
Institusi dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung tercapainya makalah yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA


Hartono, Andry. 2006. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Jakarta : EGC

Jurnal :
Abby H, Shevitz, Knox TA. “Nutrition in the era of highly active antiretroviral therapy.” Clin Infect Dis 2001;321:1769-75.

Wanke CA, Silva M, Knox T, et al. “Weight loss and wasting remain common complications in individuals infected with Human Immunodeficiency Virus in the era of highly active antiretroviral therapy.” Clin Infect Dis, 2000; 31:803-5.

Internet :
Zubairidjoerban.org/nutrisi-dan-diet-untuk-odha/ tanggal 28november jam 18:15
  

0 komentar:

Posting Komentar