BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesehatan
merupakan salah satu komponen utama Index Pembangunan Manusia (IPM) yang
mendukung terciptanya Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas, terampil dan ahli
menuju keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai salah
satu hak dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh
sebab itu dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan
cara pandang (mindset) dari paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan
Visi Indonesia Sehat.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini
menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi dan penyakit.
HIV
dan AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahunnya. Semenjak ditemukan pada
tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah kasus secara
signifikan.
Kelompok
usia 25 – 29 merupakan terbesar sebanyak 89 orang (47,59 %) terjadinya kasus
HIV dan AIDS dari tahun 2003 – 2012 dan usia produktif mendominasi terjadinya
kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Kebumen. Diperlukan upaya bersama dalam
pemberantasan penyakit HIV & AIDS, yang tidak saja ditujukan pada
penanganan penderita yang ditemukan tetapi juga diarahkan pada upaya pencegahan
pada orang yang beresiko melalui VCT (Voluntary Conseling and Test) maupun PICT
(Provider Inisiative Conseling and Test).
Asuhan
gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV.
Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan
kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena
hilangnya nafsu makan, gangguan penyerapan sari makanan Pada alat pencernaan,
hilangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare, dan
gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan umum mereka cepat
menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum meninggal.
Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi
HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka
daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS.
Asuhan
gizi dan terapi gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga
mengkonsumsi obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi
mempengaruhi penyerapan ARV dan obatinfeksi oportunistik dan sebaliknya
penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi. Beberapa jenis ARV-OI harus
dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya tidak. Pengaturan
diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.
Segera
hubungi dokter untuk mendapatkan penangan sebelum kondisi kesehatan bertambah
parah dan memicu penyakit komplikasi. Dalam hal ini perawat memiliki peran
dalam membantu pasien dengan penyakit HIV, diataranya : Perawat sebagai tenaga
Promotif yaitu yaitu melakukan penyuluhan kesehatan terhadap pasien. Dengan
meningkatkan kesehatan pasien agar tidak terjadi komplikasi atau akibat lanjut
dari HIV. Perawat sebagai tenaga Preventif yaitu mencegah agar pasien tersebut
tidak mengalami komplikasi, yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan pada
pasien tersebut dengan tepat. Perawat sebagai tenaga Kuratif yaitu memberikan
tindakan pengobatan terhadap pasien HIV. Pengobatan ini dilakukan secara kolaboratif
dengan dokter, ahli gizi dan farmasi. Perawat sebagai tenaga Rehabililitatif
yaitu sebagai pusat tenaga rehabilitasi terhadap pasien, yaitu dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan tentang HIV.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
a.
Menjelaskan definisi HIV dan AIDS
b.
Menjelaskan etiologi dan dan manifestasi
klinis HIV dan AIDS
c.
Menjelaskan jenis diet dan prinsip nutrisi
dengan pasien HIV dan AIDS
d.
Menjelaskan asupan nutrisi dengan pasien HIV
dan AIDS
2.
Tujuan Khusus
a.
Pembaca dapat memahami definisi, etiologi,
manifestasi klinis terhadap pasien HIV dan AIDS
b.
Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawatan
dapat memahami asupan gizi terhadap pasien HIV dan AIDS
c.
Perawat dapat menerapkan asupan gizi yang
tepat terhadap pasien dengan HIV dan AIDS
C. Sistematika Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini terdiri dari :
1.
Bab I :
Berisi tentang Latar Belakang, dan Tujuan Penulisan
2.
Bab II :
Berisi tentang Konsep Dasar, Etiologi, Manifestasi Klinis,
Terapi Gizi Medis, Syarat Diet, Jenis Diet, Prinsip
Terapi Gizi Medis, Syarat Diet, Jenis Diet, Prinsip
Nutrisi, Asupan Nutrisi Pasien HIV dan AIDS
3.
Bab III :
Berisi tentang Kesimpulan dan Saran
4.
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesehatan
merupakan salah satu komponen utama Index Pembangunan Manusia (IPM) yang
mendukung terciptanya Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas, terampil dan ahli
menuju keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai salah
satu hak dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh
sebab itu dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan
cara pandang (mindset) dari paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan
Visi Indonesia Sehat.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini
menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi dan penyakit.
HIV
dan AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahunnya. Semenjak ditemukan pada
tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah kasus secara
signifikan.
Kelompok
usia 25 – 29 merupakan terbesar sebanyak 89 orang (47,59 %) terjadinya kasus
HIV dan AIDS dari tahun 2003 – 2012 dan usia produktif mendominasi terjadinya
kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Kebumen. Diperlukan upaya bersama dalam
pemberantasan penyakit HIV & AIDS, yang tidak saja ditujukan pada
penanganan penderita yang ditemukan tetapi juga diarahkan pada upaya pencegahan
pada orang yang beresiko melalui VCT (Voluntary Conseling and Test) maupun PICT
(Provider Inisiative Conseling and Test).
Asuhan
gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV.
Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan
kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena
hilangnya nafsu makan, gangguan penyerapan sari makanan Pada alat pencernaan,
hilangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare, dan
gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan umum mereka cepat
menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum meninggal.
Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi
HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka
daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS.
Asuhan
gizi dan terapi gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga
mengkonsumsi obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi
mempengaruhi penyerapan ARV dan obatinfeksi oportunistik dan sebaliknya
penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi. Beberapa jenis ARV-OI harus
dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya tidak. Pengaturan
diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.
Segera
hubungi dokter untuk mendapatkan penangan sebelum kondisi kesehatan bertambah
parah dan memicu penyakit komplikasi. Dalam hal ini perawat memiliki peran
dalam membantu pasien dengan penyakit HIV, diataranya : Perawat sebagai tenaga
Promotif yaitu yaitu melakukan penyuluhan kesehatan terhadap pasien. Dengan
meningkatkan kesehatan pasien agar tidak terjadi komplikasi atau akibat lanjut
dari HIV. Perawat sebagai tenaga Preventif yaitu mencegah agar pasien tersebut
tidak mengalami komplikasi, yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan pada
pasien tersebut dengan tepat. Perawat sebagai tenaga Kuratif yaitu memberikan
tindakan pengobatan terhadap pasien HIV. Pengobatan ini dilakukan secara kolaboratif
dengan dokter, ahli gizi dan farmasi. Perawat sebagai tenaga Rehabililitatif
yaitu sebagai pusat tenaga rehabilitasi terhadap pasien, yaitu dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan tentang HIV.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
a.
Menjelaskan definisi HIV dan AIDS
b.
Menjelaskan etiologi dan dan manifestasi
klinis HIV dan AIDS
c.
Menjelaskan jenis diet dan prinsip nutrisi
dengan pasien HIV dan AIDS
d.
Menjelaskan asupan nutrisi dengan pasien HIV
dan AIDS
2.
Tujuan Khusus
a.
Pembaca dapat memahami definisi, etiologi,
manifestasi klinis terhadap pasien HIV dan AIDS
b.
Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawatan
dapat memahami asupan gizi terhadap pasien HIV dan AIDS
c.
Perawat dapat menerapkan asupan gizi yang
tepat terhadap pasien dengan HIV dan AIDS
C. Sistematika Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini terdiri dari :
1.
Bab I :
Berisi tentang Latar Belakang, dan Tujuan Penulisan
2.
Bab II :
Berisi tentang Konsep Dasar, Etiologi, Manifestasi Klinis,
Terapi Gizi Medis, Syarat Diet, Jenis Diet, Prinsip
Terapi Gizi Medis, Syarat Diet, Jenis Diet, Prinsip
Nutrisi, Asupan Nutrisi Pasien HIV dan AIDS
3.
Bab III :
Berisi tentang Kesimpulan dan Saran
4.
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesehatan
merupakan salah satu komponen utama Index Pembangunan Manusia (IPM) yang
mendukung terciptanya Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas, terampil dan ahli
menuju keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai salah
satu hak dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh
sebab itu dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan
cara pandang (mindset) dari paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan
Visi Indonesia Sehat.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini
menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi dan penyakit.
HIV
dan AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahunnya. Semenjak ditemukan pada
tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah kasus secara
signifikan.
Kelompok
usia 25 – 29 merupakan terbesar sebanyak 89 orang (47,59 %) terjadinya kasus
HIV dan AIDS dari tahun 2003 – 2012 dan usia produktif mendominasi terjadinya
kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Kebumen. Diperlukan upaya bersama dalam
pemberantasan penyakit HIV & AIDS, yang tidak saja ditujukan pada
penanganan penderita yang ditemukan tetapi juga diarahkan pada upaya pencegahan
pada orang yang beresiko melalui VCT (Voluntary Conseling and Test) maupun PICT
(Provider Inisiative Conseling and Test).
Asuhan
gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV.
Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan
kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena
hilangnya nafsu makan, gangguan penyerapan sari makanan Pada alat pencernaan,
hilangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare, dan
gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan umum mereka cepat
menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum meninggal.
Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi
HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka
daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS.
Asuhan
gizi dan terapi gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga
mengkonsumsi obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi
mempengaruhi penyerapan ARV dan obatinfeksi oportunistik dan sebaliknya
penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi. Beberapa jenis ARV-OI harus
dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya tidak. Pengaturan
diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.
Segera
hubungi dokter untuk mendapatkan penangan sebelum kondisi kesehatan bertambah
parah dan memicu penyakit komplikasi. Dalam hal ini perawat memiliki peran
dalam membantu pasien dengan penyakit HIV, diataranya : Perawat sebagai tenaga
Promotif yaitu yaitu melakukan penyuluhan kesehatan terhadap pasien. Dengan
meningkatkan kesehatan pasien agar tidak terjadi komplikasi atau akibat lanjut
dari HIV. Perawat sebagai tenaga Preventif yaitu mencegah agar pasien tersebut
tidak mengalami komplikasi, yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan pada
pasien tersebut dengan tepat. Perawat sebagai tenaga Kuratif yaitu memberikan
tindakan pengobatan terhadap pasien HIV. Pengobatan ini dilakukan secara kolaboratif
dengan dokter, ahli gizi dan farmasi. Perawat sebagai tenaga Rehabililitatif
yaitu sebagai pusat tenaga rehabilitasi terhadap pasien, yaitu dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan tentang HIV.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
a.
Menjelaskan definisi HIV dan AIDS
b.
Menjelaskan etiologi dan dan manifestasi
klinis HIV dan AIDS
c.
Menjelaskan jenis diet dan prinsip nutrisi
dengan pasien HIV dan AIDS
d.
Menjelaskan asupan nutrisi dengan pasien HIV
dan AIDS
2.
Tujuan Khusus
a.
Pembaca dapat memahami definisi, etiologi,
manifestasi klinis terhadap pasien HIV dan AIDS
b.
Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawatan
dapat memahami asupan gizi terhadap pasien HIV dan AIDS
c.
Perawat dapat menerapkan asupan gizi yang
tepat terhadap pasien dengan HIV dan AIDS
C. Sistematika Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini terdiri dari :
1.
Bab I :
Berisi tentang Latar Belakang, dan Tujuan Penulisan
2.
Bab II :
Berisi tentang Konsep Dasar, Etiologi, Manifestasi Klinis,
Terapi Gizi Medis, Syarat Diet, Jenis Diet, Prinsip
Terapi Gizi Medis, Syarat Diet, Jenis Diet, Prinsip
Nutrisi, Asupan Nutrisi Pasien HIV dan AIDS
3.
Bab III :
Berisi tentang Kesimpulan dan Saran
4.
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Definisi
HIV
(Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. HIV termasuk
keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya ke dalam sel
tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro),
yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah,
membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.
AIDS
adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome atau sindrom
runtuhnya kekebalan tubuh. AIDS adalah kumpulan gejala akibat menurunnya system
kekebalan tubuh yang terjadi karena infeksi virus HIV.
Virus
HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang
bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada
akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat
ringan sekalipun.
Virus
HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV
baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih
sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka
ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya
adalah kita dapat meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.
B.
Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus
yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali
diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan
nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat
pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional
pada tahun 1986 nama virus dirubah menjadi HIV.
Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA.
Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang
atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel
Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4.
Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang
lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun
demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap
saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut. Secara
mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian
selubung (envelop).
Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian
RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis protein.
Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120
berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus
(lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif
terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah
dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium
hipoklorit dan sebagainya, tetapi relatif resisten terhadap radiasi dan sinar
utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati
diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia
jaringan otak.
Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluartubuh.HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.
C.
Manifestasi Klinis
Gejala penyakit HIV/AIDS tidak
selalu muncul ketika terinfeksi AIDS, beberapa orang menderita sakit mirip flu
dalam waktu beberapa hari hingga beberapa minggu setelah terpapar virus. Mereka
mengeluh deman sakit kepala, kelelahan dan kelenjar getah bening membesar di
leher. Gejala HIV AIDS bias jadi salah satu/lebih dari ini semua biasanya
hilang dalam beberapa minggu. Perkembangan penyakit sangat bervariasi
setiap orangnya. Kondisi ini dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai lebih
dari 10 tahun. Selama periode ini virus terus berkembang secara aktif
menginfeksi dan memebunuh sel-sel kekebalan tubuh . Sistem kekebalan
memungkinkan kita untuk melawan bakteri, virus, dan peyebab infeksi
lainnya. Virus HIV menghancurkan sel-sel yang berfungsi sebagai “pejuang”
infeksi primer, yang disebut sebagai CD4 + atau sel T4. Setelah system
kekebalan melemah gejala HIV/AIDS akan muncul. Gejala AIDS adalah tahap
yang paling maju dalam infeksi HIV. Definisi AIDS termasuk semua orang yang
terinfeksi HIV yang memeiliki kurang 200 CD4 + sel per mikroliter darah. Adapun tanda-tanda klinis
penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari
10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung
lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih
dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan
neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati
D. Tujuan
Asuhan Gizi
Tujuan asuhan gizi bagi Odha secara
umum adalah mempertahankan kesehatan dan status gizi serta meningkatkan
kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup akan lebih baik.
E.
Paket Asuhan Gizi
Asuhan gizi bagi Odha dilakukan
melalui tiga kegiatan yang merupakan paket kegiatan yang terdiri dari:
1.
Pemantauan
status gizi
Pemantauan status gizi bertujuan untuk mengetahui kondisi Odha apakah mempunyai status gizi normal, kurang atau buruk. Pemantuan ini dilakukan dengan cara:
Pemantauan status gizi bertujuan untuk mengetahui kondisi Odha apakah mempunyai status gizi normal, kurang atau buruk. Pemantuan ini dilakukan dengan cara:
a. Anamnesis diet
Dilakukan dengan cara menanyakan
pola makan yang dilakukan selama 2 atau 3 hari sebelumnya untuk mengetahui pola
makan dan asupan zat gizi serta mengetahui kemungkinan potensi kekurangan zat
gizi.
b. Pengukuran antropometri
Dilakukan
penukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh
(IMT) serta pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) untuk mengetahui seberapa
jauh terjadi kekurangan zat gizi makro seperti Kurang Energi Protein.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan Hb, albumin dan
prealbumin, kholesterol, trigliserida, fungsi hati, dan kadar zat gizi
mikro dalam darah misalnya: zat besi, magnesium, asam folat, vit B12, vit
A, dan lain-lain.
1. Pemeriksaan
kadar hemoglobin untuk mengetahui apakah Odah menderita anemia.
2. Pemeriksaan albumin dan prealbumin
dianjurkan pada Odha dengan penyakit ginjal dan hati, untuk mengetahui apakah
terjadi peningkatan atau penurunan kadar albumin.
3.
Pemeriksaan
laboratorium lain seperti kolesterol, trigliserida, enzim-enzim hati,
kadar besi, magnesium dan apabila mungkin asam folat,vitamin B12 dan
vitamin A (retinol) dilakukan untuk mengetahui profilLipid, fungsi hati
kekurangan vitamin serta mineral dalam tubuh. Kadarserum Ferritin akan
meningkat pada fase akut infeksi HIV.
- Intervensi gizi
Intervensi
gizi harus dilakukan secara komprehensif meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif bekerja sama dengan berbagai profesi yang terkait
dengan pelayanan Odha. Intervensi gizi dapat dilakukan di rumah sakit, dan
institusi pelayanan kesehatan lainnya serta di keluarga. Di rumah sakit,
pelayanan dilakukan oleh Tim Asuhan Gizi.
Dalam
upaya intervensi gizi, upaya promotif sangat perlu dilakukan untuk
menyebarluaskan informasi tentang pentingnya mempertahankan status gizi yang
optimal agar orang yang terinfeksi HIV tidak cepat masuk dalam stadium AIDS.
Pada
Odha yang mendapatkan obat ARV dan OI perlu diperhatikan efek ARV-OI terhadap
fungsi pencernaan seperti mual, muntah, diare karena keadaan ini dapat
mempengaruhi asupan gizi dan status gizi mereka.
3. Konseling gizi
Tujuan konseling gizi adalah agar Odha mendapatkan jaminan kebutuhan gizi yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuan/daya beli keluarga, pendamping Odha dan masyarakat.
Tujuan konseling gizi adalah agar Odha mendapatkan jaminan kebutuhan gizi yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuan/daya beli keluarga, pendamping Odha dan masyarakat.
Konseling gizi diberikan kepada Odha, keluarga, pendamping
Odha dan masyarakat lingkungannya serta petugas kesehatan agar Odha mendapatkan
asupan gizi yang cukup, aman, terjangkau.
Konseling mencakup penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh
infeksi HIV pada status gizi. Konseling juga meliputi tatalaksana gizi, terapi
gizi medis serta penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan setempat,
cara memasak dan cara penyajian, keamanan makanan dan minuman, serta aspek
psikologis dan efek samping dari ARV-OI yang mempengaruhi nafsu makan.
F.
Terapi Gizi Medis
Terapi gizi medis merupakan terapi
dasar selain terapi dengan obat-obatan. Terapi gizi medis perlu dilakukan
segera setelah status HIV diketahui.
Pada
prinsipnya terapi diet harus mengandung kalori yang memadai, protein yang
sesuai dan berkualitas tinggi, bahan makanan yang mempunyai
efek antioksidan yang tinggi serta mengandung vitamin dan mineral
yang cukup.
Tujuan terapi gizi medis pada orang dengan HIV/AIDS:
- Meningkatkan status gizi dan
daya tahan tubuh
- Mencapai dan mempertahankan
berat badan normal
- Memberi asupan zat gizi makro
dan mikro sesuai dengan kebutuhan
- Meningkatkan kualitas hidup
- Menjaga interaksi obat
dan makanan agar penyerapan obat lebih optimal
G. Syarat
Diet pasien HIV
- Kebutuhan zat gizi dihitung sesuai dengan kebutuhan
individu
- Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber
hewani dan nabati seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan
produk olahannya
- Banyak makanan sayuran dan buah-buahan secara teratur,
terutama sayuran dan buah-buahan berwarna yang kaya vitamin A
(beta-karoten), zat besi
- Minum susu setiap hari
- Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang
beragi (tape, brem)
- Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
- Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian
makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang
diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau
diberikan bersama-sama dengan makanan
- Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman
(untuk mencegah mual)
- Menghindari rokok, kafein dan alcohol
H.
Syarat
diet pada pasien AIDS:
- Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan
minimum dianjurkan
- Diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
- Disesuaikan dengan syarat diet dengan penyakit infeksi
yang menyertainya
- Mengkonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah
dicerna
- Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus
- Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan
sudah dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti
dengan susu kedelai
- Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang
beragi (tape, brem)
- Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
- Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian
makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang
diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau
diberikan bersama-sama dengan makanan
- Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman
(untuk mencegah mual)
- Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan
saluran pencernaan
- Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
- Menghindari rokok, kafein dan alkohol
- Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang
menyertai (TB, diare, sarkoma, oralkandidiasis)
- Jika oral tidak bisa, berikan dalam bentuk enteral dan
parenteral secara aman (Naso Gastric Tube = NGT)
atau intravena (IV)
I.
Jenis
diet: tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
Penyakit AIDS akan menimbulkan
keadaan imunodefiensi (penurunan kekebalan tubuh). Sementara itu, status gizi
dan imunitas atau kekebalan berhubungan dengan erat. Keadaan dimana malnutrisi
akan mengganggu fungsi kekebalan sehingga tubuh tidak dapat melawan infeksi.
Sebaliknya infeksi akan meningkat risiko malnutrisi. Karena itulah, status gizi
yang optimal sangat diperlukan kendati hubungan antara malnutrisi dan
perkembangannya penyakit AIDS masih belum dipahami sepenuhnmya.
Penyakit
AIDS merupakan penyakit kekebalan yang bersifat terminal akibat infeksi
retrovirus yang dikenal dengan nama virus HIV. Penularan virus ini terjadi
lelwat pertukaran cairan tubuh atau darah antara pasien AIDS dengan orang sehat
seperti lewat sanggama atau pemakaian jarum suntik dan tranfusi produk darah
yang terinfeksi AIDS, atau terjadi dari ibu kepada anaknya saat hamil,
melahirkan atau menyusui. Gejala klinis AIDS yang nyata baru terlihat setelah
terjadi infeksi oportunistik dan kanker yang berkaitan dengan AIDS seperti
sarcoma Kaposi.
Pada
penyakit AIDS akan terjadi peningkatan laju metabolism akibat demam, infeksi,
kanker, dan /reaksi yang ditimbulkan oleh obat-obatan yang diberikan. Sementara
itu, gangguan penyerapan nutrient akan terjadi sekunder karena infeksi usus,
pemakaian obat, kadar albumin yang rendah, kanker saluran cerna dan enteropati
AIDS. Semua ini bila tidak ditangfani akan dengan cepat menimbulkan malnutrisi,
pelisutan otot dan penurunan kualitas hidup. Keadaan mudah lelah, luka-luka
pada mulut dan kerongkongan, depresi, kecemasan, mual, muntah, gangguan
menelan, gangguan indra pengecap serta sesak napas menambah buruk asupan
nutrient. Asupan nutien yang tidak adekuat, khususnya protein dan kalori, akan
menurunkan berat badan pasien AIDS dengan cepat. Untuk mencegah semua terjadi
diatas, upaya berikut ini harus dilaksanakan:
1. Penilaian
status gizi yang lengkap setelah diagnosis penyakit AIDS ditegakkan.
2. Pengkajian
terhadap pengetahuan mengenai keamanan makanan.
3. Pengkajian
terjadap kebiasaan diet, termasuk penggunaan terapi diet alternative dan atau
sumplemen nutrient.
4. Pemantauan
berat badan yang ketat, intervensi gizi harus segera dilaksanakan jika terjadi
penurunan berat badan.
5. Terapi
nutrisi untuk anemia gizi (khusunya defiensi folat dan vitamin B12) harus
sering dilakukan pada pasien-pasien HIV positif yang asimtomatik.
6. Jika
terdapat anemia, atasi defisensi folat dengan pemberian 400 mcg tablet asam
folat perhari dan atasi defisensi vitamin b12 dengan 100 mcg b12 yang
disuntikkan IM per bulan.
7. Terapi
suplementasi nutrient dimulai dengan pemberian multivitamin/mineral setiap hari
dengan takaran yang menyamai 100% AKG, yaitu 30mg betakaroten dan 250-500 mg
vitamin C.
8. Suplmentasi
dengan produk enteral yang memodulasi kekebalan (produk ini tersedia di
Indonesia dengan nama Neomune)
J.
Prinsip
Nutrisi
Pada
HIV-positif perlu lebih memperhatikan tentang nutrisi bagi tubuhnya, karena
masalah dengan daya tahan tubuh dan juga proses pengobatan, maka tubuh akan
mengalami prubahan yang cukup ekstrim. Perubahan yang terjadi bisa berupa
penurunan berat badan, diare atau bahkan mengalami infeksi.
Perubahan
lain yang umum dialami penderita HIV-positif adalah lipodistrofi (sindrom
distribusi lemak) yang membuat bentuk tubuh berubah dan meningkatnya kadar
kolesterol. Untuk itu sangat penting bagi penderita HIV/AIDS untuk
memperhatikan asupan makanannya.
1. Intervensi
gizi yang agresif bagi pasien-pasien dengan penurunan berat badan yang
bermakna.
2. Jika
kadar albumin turun hingga di bawah 2,8 mg/dL, dukung dengan preparat suplemen
nutrisi enteral harus dipertimbangkan dengan asupan kalori yang cukup
(35-40kcal/hari) akan membantu menaikkan kadar albumin atau paling tidak
mencegah penurunan lebih lanjut.
3. Pasien-pasien
yang dirawat dengan infeksi oportunistik harus mendapatkan semua vitamin dan
mineral dengan takaran yang menyamai 100-200% AKG.
4. Pasien-pasien
diare (ekskresi feses lebih dari 500 ml/hari) harus mendapat preparat suplemen
vitamin larut air dengan takaram 200-300 AKG disamping sulfat dan magnesium
serta kalium untuk mempertahankan kadar yang normal dalam serum.
5. Suplemen
gizi dapat diberikan untuk meningkatkan asupan kalori dengan mempertimbangkan
penerimaan pasien yang mungkin terbatas.
6. Nutrisi
parenteral total hanya diberikan pada pasien-pasien yang tidak bisa menerima
nutrisi enternal akbita melabsorpsi yang signifikan.
K.
Asupan
Nutrisi
Berikut
ini adalah prinsip-prinsip dasar untuk mempersiapkan makanan bagi penderita
HIV-positif:
1.
Konsumsi
diet tinggi sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
2.
Pilihlah
makanan rendah lemak sebagai sumber protein.
3.
Kurangi
gula, minuman ringan dan makanan mengandung gula.
Untuk mempertahankan berat badan
namun tanpa menambah lemak, maka seorang penderita HIV-positif perlu
meningkatkan jumlah kalori. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
- Konsumsi
17 kalori per pon berat tubuh untuk mempertahankan berat badan.
- Konsumsi
20 kalori per pon berat tubuh jika mengalami infeksi.
- Konsumsi
25 kalori per pon berat tubuh jika berat tubuh menurun.
Berikut ini adalah sumber kalori,
sebagai berikut :
1. Protein membantu membangun otot,
organ dan sistem kekebalan tubuh. Untuk itu jika penderita adalah seorang pria,
dia membutuhkan 100-150 gram protein setiap harinya, sedangkan jika wanita
butuh 80-100 gram perhari. Namun jika penderita HIV/AIDS mengalami masalah
dengan ginjalnya, dia harus mengurangi 15%-20% dari jumlah protein yang
dikonsumsinya.
2.
Karbohidrat,
penderita HIV/AIDS perlu mendapatkan jumlah yang tepat. Setiap hari disarankan
untuk mengkonsumsi lima sampai enam porsi (sekitar 3 cangkir) buah dan sayuran.
Pilihlah kacang-kacangan dan biji-bijian seperti beras merah dan quinoa. Jika
tidak memiliki alergi bisa mengkonsumsi gandum utuh atau barley. Untuk yang
menderita diabetes, maka sebagian besar karbohidrat disarankan berasal dari
sayuran.
3.
Lemak
yang baik dapat memberikan energi ekstra yang dibutuhkan tubuh. Daparkan 30%
kalori harian yang dibutuhkan tubuh dari lemak. 10 persen diantaranya bisa
diambil dari lemak tak jenuh tunggal yang bisa di dapat dari kacang-kacangan,
alpukat, ikan, canola dan minyak zaitun. 10 persen lagi adalah lemak tak jenuh
ganda yang berasal dari ikan, walnut, biji rami, jagung, bunga matahari kedelai
dan minyak safflower. Sedangkan 10% sisanya Anda bisa dapatkan dari daging
berlemak, unggas, mentega, makanan mengandung susu, kelapa dan juga minyak
kelapa.
4.
Selain
itu penderita HIV-positif perlu mendapatkan vitamin dan mineral yang dibutuhkan
tubuh untuk membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Berikut adalah
vitamin yang dibutuhkan dan sumber makanan yang mengandung vitamin tersebut :
a) Vitamin A dan beta-karoten: hijau
tua, kuning, sayuran berwarna oranye, atau merah dan buah, hati, telur utuh,
susu
b) Vitamin B: daging, ikan, ayam,
biji-bijian, kacang-kacangan, kacang putih, alpukat, brokoli, dan sayuran
berdaun hijauVitamin C: buah jeruk
c) Vitamin E: sayuran berdaun hijau,
kacang, dan minyak nabati
d) Selenium: biji-bijian,
kacang-kacangan, unggas, ikan, telur, dan selai kacang
e) Zinc: produk susu daging, unggas,
ikan, kacang-kacangan, kacang, dan susu, dan lainnya
L.
Preskripsi
Diet
1.
Makan sedikitnya 4 kali sehari.
2.
Kalau makan direstaurant, pastikan agar
makanan yang dihidangkan benar-benar makanan alami yang segar dan baru dibuat
(bukan makanan kaleng atau makanan yang diawetkan).
3.
Masaklah semua daging, ikan dan ayam hingga
matang.
4.
Jangan makan telur mentah mengandung
avidin yang mengikat biotin, yaitu salah satu anggota kelompok vitamin B
kompleks. Disamping itu, telur yang mentah sulit dicerna dan dapat mengandung
parasite seperti salmonella.
5.
Jaga agar makanan dingin tetap dingin dan
makanan panas tetap panas.
6.
Perhatikan tanggal kadaluarsa pada setiap
makanan kemasan.
7.
Tingkatkan asupan serat dengan memakan
sereal berserat tinggi (25 mg/hari) setiap pagi.
8.
Usahakan untuk memakan sedikitnya 5kali
sehari buah segar dan sayuran. Sebaiknya sayuran berupa lalapan/rebusan
(misalnya dalam bentuk salad atau gado-gado) atau sayuran yang dimasak/ditumis
sebentar (misalnya capcay) mengingat bahan pangan nabati memiliki kandungan
antioksidan yang tinggi dalam bentuk vitamin dan mineral. Sayuran yang dimasak
lama seperti gudeg atau lodeh tidak lagi mengandung vitamin peka terhadap
pemanasan.
9.
Minum suplemen multivitamin/mineral setiap
hari bersama makan yang bergizi.
10.
Perhatikan berat badan dengan cermat.
Timbang berat badan setiap 3-4 hari sekali dan segera laporkan setiap penurunan
berat badan pada dokter atau ahli gizi dan diet.
11.
Berolahraga. Olahraga jalan kaki selama 30
menit setiap hari akan membantu mempertahankan massa protein otot skeletal.
Pasien-pasien
yang mengalami gangguan kekebalan harus mematuhi anjuran keamanan makanan
seperti tercantum untuk mengurangi risiko terkena penyakit yang ditularkan
lewat makanan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
HIV (Human
Immunodeficiency Virus) adalah
virus yang dapat menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu
virus yang memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan
cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA ,
yang kemudian menyatu dalam DNA
sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi. Virus HIV
ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama
sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Gejala penyakit HIV/AIDS
tidak selalu muncul ketika terinfeksi AIDS, beberapa orang menderita sakit
mirip flu dalam waktu beberapa hari hingga beberapa minggu setelah terpapar
virus. Mereka mengeluh deman sakit kepala, kelelahan dan kelenjar getah bening
membesar di leher. Asuhan gizi bagi Odha dilakukan melalui tiga kegiatan yang
merupakan paket kegiatan yaitu : pemantauan status gizi, intervensi gizi,
konseling gizi. Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan
obat-obatan. Terapi gizi medis perlu dilakukan segera setelah status HIV
diketahui. Penyakit AIDS merupakan penyakit kekebalan yang
bersifat terminal akibat infeksi retrovirus yang dikenal dengan nama virus HIV.
Penularan virus ini terjadi lelwat pertukaran cairan tubuh atau darah antara
pasien AIDS dengan orang sehat seperti lewat sanggama atau pemakaian jarum
suntik dan tranfusi produk darah yang terinfeksi AIDS, atau terjadi dari ibu
kepada anaknya saat hamil, melahirkan atau menyusui. Gejala klinis AIDS yang
nyata baru terlihat setelah terjadi infeksi oportunistik dan kanker yang
berkaitan dengan AIDS seperti sarcoma Kaposi.
B. Saran
1. Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengerti tentang
pelajaran GIZI dan DIET terutama pada pemberian nutrisi pada pasien HIV.
2. Institusi
Institusi dapat memfasilitasi dengan
fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung tercapainya makalah yang baik
dan benar.
DAFTAR
PUSTAKA
Hartono,
Andry. 2006. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Jakarta : EGC
Jurnal :
Abby H, Shevitz, Knox TA. “Nutrition in the era of highly active
antiretroviral therapy.” Clin Infect Dis 2001;321:1769-75.
Wanke CA, Silva M, Knox T, et al.
“Weight loss and wasting remain common complications in individuals infected
with Human Immunodeficiency Virus in the era of highly active antiretroviral therapy.” Clin
Infect Dis, 2000; 31:803-5.
Internet
:
Zubairidjoerban.org/nutrisi-dan-diet-untuk-odha/
tanggal 28november jam 18:15
0 komentar:
Posting Komentar