BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Health-care
Associated Infection (HAIS) merupakan dari komplikasi yang peling sering
terjadi dipelayanan kesehatan. Hais selama ini dikenal sebagai infeksi
Nosokomial atau disebut juga sebagai infeksi dirumah sakit Hospital-Acquired
Infections merupakan persoalan serius karena dapat menjadi penyebab langsung
maupun tidak langsung kematian pasien.Hais adalah penyakit infeksi yang pertama
muncul (penyakit infeksi yang tidak berasal dari pasien itu sendiri) dalam
waktu antara 48 jam dan empat hari setelah pasien masuk rumah sakit atau tempat
pelayanan lainya, atau dalam waktu 30 hari setelah pasien keluar dari rumah
sakit
Program
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) sangat penting untuk melindungi
pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya infeksi
karena dirawat, bertugas juga berkunjung kesuatu rumah sakit atau fasilitas
pelayanan lainya. Keberhasilan program PPI perlu keterlibatan lintas
profesional: klinisi, perawat, laboratorium, sanitasi dan Housekeeping, dan
lain-lain sehingga perlu wadah berupa komite pencegahan dan pengendalian
infeksi.
Infeksi
nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien dari menjalani proses asuhan
keperawatan.infeksi nosomial pada umumnya terjadi pada pasien yang dirawat di
ruang seperti ruangan perawatan penyakit dalam, perawatn intensif, dan
perawatan isolasi (darmadi, 2008) infeksi nosokomial menurut brooker (2008)
adalah infeksi yang didapat dari rumah sakit yang terjadi pada pasien yang
dirawat selama 72 jam dan pasien tyersebut tidak menunjukan tanda dan gejala
infeksi pada saat masuk rumah sakit.
1.3 Tujuan
a.
Tujuan umum
untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar
b. Tujuan
khusus
1. untuk
mengetahui tahapan-tahapan proses infeksi
2. untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi infeksi
3. untuk
mengetahui cara pencengahan dan pengendalian infeksi
4. untuk
mengetahui asuhan keperawatan pada infeksi
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Definisi Infeksi
Infeksi
adalah suatu kondisi penyakit akibat masuknya kuman pathogen atau
mikroorganisme lain kedalam tubuh atau ketubuh sehingga menimbulkan gejala
tertentu. Apabila pada suatu jaringan terdapat jelas akibat trauma, bakteri,
panas, ataupun bahan kimia, pada jaringan tersebut akan terjadi perubahan
sekunder yang disebut peradangan. Kondisi ini ditandai dengan vasodi latasi
pembuluh darah local, peningkatan permeabilitas kapiler, pembekuan cairan dalam
ruang interstisia, migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit kedalam
jaringan, dan pembekuan sel (Guyton, 1993).
2.2
Tanda-Tanda Infeksi
Tanda-tanda
infeksi klinis menurut (Price & Wilson, 1994) dapat dilihat pada respons
klien, baik local maupun sistemik. Tanda infeksi lokal meliputi:
1)
Rubor atau kemerahan
biasanya merupakan tanda yang pertama terlihat pada daerah yang mengalami
infeksi;
2)
kalor atau panas
merupakan sifatdari reaksi infeksi yang hanya terjadi padapermukaan tubuh;
3)
dolor atau rasa
sakit/nyeri ini terjadi akibat perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal
ion-ion tertentu yang dapat merangsang ujung-ujung saraf;
4)
tumor atau bengkak
disebabkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah
kejaringan-jaringan interstitial; dan
5)
fungsio laesa atau perubahan
fungsi/ keterbatasan anggota gerak. Sedangkan tanda infeksi sistemik meliputih demam, malaise,
anoreksia, mual, muntah, sakit, kepala, dan diare
2.3 Rantai proses infeksi
Rantai
proses infeksi adalah rangkaian proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia
yang dapat menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan
beberapa unsur, di antaranya:
1. Reservoir,
merupakan habitat peetumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, dapat berupa
manusia, binatang, tumbuhan, maupun tambahan.
2. Jalan
masuk, merupakan jalan masuknya mikroorganisme ketempat penampungan dari
berbagai kuman, seperti saluran pernapasan, pencernaan, kulit, dan lain-lain.
3. Inang
(host), merupakan tempat berkembangnya suatu mikroorganisme yang dapat didukung
oleh ketahanan kuman.
4. Jalan
keluar, merrupakan tempat keluar mikroorganisme dari resverior, seperti sistem
pernapasan, sistem pencernaan, alat kelamin, dan lain-lain
5. Jalur
penyebaran, merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman
mikroorganisme ke berbagai tempat, seperti air, makanan, udara, dan lain-lain
2.4 Tahapan Proses Infeksi
1.
Periode inkubasi
Periode
sejak masuknya kuman kedalam tuguh sampai dengan munculnya gejala. Lamanya
waktu yang dibutuhkan gejala muncul bervariasi, bertanggung pada penyakitnya
(bustan, 1997)
2.
Periode prodromal
Periode
sejak munculnya gejala umum sampai munculnya gejala spesifik. Pada masa ini,
individu sangat infeksius, yaitu mudah
menularkan atau menyebarkan kuman kepada orang lain.
3.
Periode sakit
Pada
periode ini, gejala spesifik terus berkembang dan menimbulkan manifestasi
padaorgan yang terinfeksi dan seluruh tubuh. Lamanya waktu yang butuhkan sesuai
dengan kondisi individu dan patogenitas kuman.
4.
Periode konvalensi
Periode
ini berlangsung sejak menurunnya gejala sampai individu kembali sehat. Lamanya
waktu yang dibutuhkan bergantung pada jenis penyakit dan kondisi individu.
2.5 Cara
Penularan Mikroorganisme
Proses
penyebaban mikroorganisme kedalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan, dapat
melalui berbagai cara, diantaranya:
1. Kontak
tubuh. Kuman masuknya kedalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung
maupun tidak langsung. Penyebabran secara langsung melalui sentuhan dengan
kulit, sedangkan secara tidak langsung dapat melalui benda yang terkontaminasi
kuman
2. Makanan
dan minuman. Terjadi penyebaran dapat melalui makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi seperti pada penyakit tifus abdominalis, penyakit infeksi cacing
dan lain-lain.
3. Serangga.
Contoh proses penyebaran kuman melalui serangga adalah penyebaran penyakit
malaria oleh plasmodium pada nyamuk acdes dan beberapa penyakit saluran
pencernaan yang dapat ditularkan melalui lalat.
4. Udara.
Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran penyakit
sistem pernapasan (penyebaran kuman tuberkulosis) atau sejenisnya.
2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Infeksi
Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses infeksi adalah:
1. Sumber
penyakit. Sumber penyakit dapat memengaruhi apakkah infeksi berjalan dengan
cepat atau lambat
2. Kuman
penyebab. Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mokrooorganisme masuk kedalam
tubuh, dan virulensinya
3. Cara
membebaskan sumber dari kuman. Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah
proses infeksi cepat teratasi atau diperlambat, seperti tingkat kesamaan (pH),
suhu, penyinaran (cahaya), dan lain-lain
4. Cara
penularan. Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan atau udara,
dapat menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh
5. Cara
masuknya kuman. Proses penyebabran kuman berbeda, tergantung dari sifatnya.
Kuman dapat masuk melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, kulit dan
lain-lain
6. Daya
tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau
mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknhya, daya tahan tubuh
yang buruk dapat memperburuk proses infeksi.
Selain
fakto-faktor diatas, terdapat faktor lain seperti status gizi atau nutrisi,
tingkat sters pada tubuh, faktor usia, dan kebiasaan yang tidak sehat
2.7 Infeksi Nosokomial
Infeksi
nosokomial adalah infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem
pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan
kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber
lainnya.
Sumber
infeksi nosokomial
Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi
nosokomial adalah:
1. Pasien.
Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi kepada pasien
lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan lainnya.
2. Petugas
kesehatan. Petugas kesehtan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung,
yang dapat menularkan berbagai kuman ke tempat lain.
3. Pengunjung.
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang di dapat dari luar ke dalam
lingkungan rumah sakit. Atau sebaliknya, yang didapat dari dalam rumak sakit
keluar rumah sakit
4. Sumber
lain. Sumber lain yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang
meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit. Atau alat yang
ada dirumah sakit yang dibawa oleh pengunjung kesehatan kepada pasien, dan
sebaliknya.
2.8 Sterilisasi Dan
Desinfeksi
1. Sterilisasi
1. Sterilisasi
Sterilisasi
merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba
yang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi, sterilisasi
juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau apotogen
beserta spora yang terdapat pada alat perawat
atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi,
atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi
panas kering, sterilisasi gas (formalin, H202), dan
radiasi ionisasi
Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada sterilisasi, diantaranya:
1. Sterilisator
(alay untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi
2. Peralalatan
yang akan disterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan
menyebut jenis pralatan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan sterilisasi
3. Penataan
alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat disteril
4. Tidak
boleh menambahkan alaty steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
5. Saat
mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembukusannya, bila terbuka harus
dilakukan sterilisasi ulang
2.
Desinfeksi
Desinfeksi
adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek yang tidak
hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri. Desifeksi juga dikatakan
suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman patogen dan aptogen tetapi
tidak dengan membunuh spora yang terdapat pada alat perawatn ataupun
kedokteran. Desinfeksi dilakukan menggunakan bahan desifektan melalui cara
mencuci, mengoles, merendam alat dalam keadaan siap pakai. Kemampuan desinfeksi
ditentukan oleh waktu sebelum pembersih an objek, kandungan zat organik, tipe
dan tingkat kontaminasi mikroba, konsentrasi
dan waktu pemaparan, kealamian objek, suhu, dan derajat keasamaan (pH).
2.9 Pencegahan Infeksi
Dimasa
lalu, fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah
mencegah infeksi, meskipun infeksi serius pasca bedah masih merupakan
masalah di beberapa negara, terutama dengan munculnya penyakit acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS) dan hepatitis B yang belum ditemukan obatnya.
Saat ini perhatian utama ditunjukan untuk mengurangi risiko perpindahan
penyakit,tidak hanya terhadap pasien, tetapi juga kepada pemberi pelayanan
kesehatan dan karyawan, termasuk pekarya, yaitu orang pertugas membersihkan dan
merawat ruang bedah.
a.
Tindakan pencegah infeksi
Beberapa
tindakan pencegah infeksi yang dapat dilakukan adalah:
1. Aseptik,
yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai
untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk nmencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinana besar akan mengakibatkan
infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah
mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar
alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan
2. Antispetuk,
yaitu upaya pencegah infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
3. Dekontanisme,
tindakan yang dilakukan agar benda mati ditangani oleh petugas kesehatan secara
aman, terutama petugas pembersih medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya
adalah meja pemeriksaan, alat-alat kesehatan, dan sarung tangan yang
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh di saat prosedur bedah/tindakan
kotoran
4. Pencucian,
yaitu tindakan menghilangkan semua, darah, cairan tubuh, atau setiap benda
asing seperti debu dan kotoran
5. Sterilisasi,
yaitu tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bateri, jamur, parasit, dan
virus) termasuk bekteri endospora dari benda mati.
6. Desinfeksi.
Yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme
penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan dengan
merebus atau menggunakan larutan kimia. Tidakan ini dapat menghilangkan semua
mikroorganisme, kecuali beberapa bakteri endospora
b.
Pedoman Pencegahan
Infeksi
Cara
efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan
ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang diantara mikroorganisme
dan individu (pasien atau petugas kesehatan). Penghalang ini dapat berupa
fisik, mekanik, ataupun kimia, meliputi:
1. Pencucian
tangan
Penggunaan sarung tangan (kedua tangan), baik pada saat melakukan
tindakan, maupun saat memegang benda yang terkontaminasi (alat kesehatan/alat
tenun bekas pakai).
1. Penggunaan
cairan antiseptik untuk membersihkan luka pada kulit.
2. Pemrosesan
alat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi tingkat tinggi atau
sterilisasi).
3. Pembuangan
sampah.
2.10 Asuhan
Keperawatan pada Masalah Infeksi
A. Pengkajian
keperawatan
Merupakan tindakan mengkaji atau tidaknya
faktor yang memengaruhi atau menyebabkan infeksi, seperti penurunan daya tahan
tubuh, status nutrisi, usia, stress dan lain-lain. Pengkajian selanjutnya
adalah memeriksa ada atau tidaknya tanda klinik infeksi (seperti pembengkakan,
kemerahan, panas, nyeri pada daerah lokalisasi infeksi) dan tanda sismetik
(seperti demam, malaise, anoreksia, sakit kepala, muntah, atau diare).
1) Data
subjektif
a. Kaji
faktor-faktor yang berhubungan
1. Apakah
klien mengeluh:
a. Demam
terus menerus atau intermiten
b. Infeksi
sebelumnya
1. Saluran
perkemihan
2. Pneumonia
3. Luka
oprasi
4. Kulit dan jaringan lunak
c.
Infeksi resiko
terhadap
1.
Saluran reproduksi
2.
Saluran pernapasan
3.
Darah
4.
Tulang dan sendi
5.
System
kardiofakuler
6.
System saraf pusat
7.
Mata, telinga,
hidung, tenggorokan, mulut
8.
Sistemik
9.
System Gi
d.
Nyeri atau
pembengkakan
1.
Umum
2.
Terlokalisasi
e.
Riwayat terkena
penyakit infeksi
1.
Kontak udara
(banyak pada masa anak-anak infrksi akibat dari enyakit yang dapat dipindahkan
seperti cacar, tuberculosis)
2.
Infeksi berkenan
dengan vector dan vector lain yang ditularkan (malaria, pes)
3.
Kontak penyebaran
(tipe paling umum terkena)
a.
Langsung (orang ke
orang)
b.
Tidak langsung
(peralatan, pakaian, dll ke orang)
c.
Kontak droplet
(pneumonia, pilek,dll)
4.
Factor-faktor
resiko dihubungkan dengan infeksi (lihat factor-faktor yang berhubungan)
2)
Data Objektif
a.
Kaji factor-faktor
yang berhubungan
1.
Adanya luka
a.
Pembedahan
b.
Terbakar
c.
Tindakan invasive
(traksi,IV, drein)
d.
Terluka sendiri
2.
Suhu
3.
Status nutrisi
B. Diagnosa keperawatan
1.
Resiko tinggi
terhadap cidera yang berhubungan dengan peningkatan kerentanan dermal sekunder
terhadap proses penyakit
2.
Resiko tinggi
infektif pelaksaan regimen teraupetik yang berhubungan dengan ketidak cukupan
pengetahuan tentang kondisi, istirahat versus kebutuhan aktivitas, istirahat vs
kebutuhan aktivitas, factor resiko dan dumber komunitas
3.
Ketidakberdayaan
yang berhubungan dengan perjalanan penyakit yang tidak dipikirkan
4.
Ketelitian yang
berhubungan dengan nyeri mobilitas sendi dan efek inflamasi sendi
5.
Resiko tinggi
terhadap gangguan konsep diri yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencapai tugas perkembangan sekunder terhadap ketidakmampuan kondisi dan
parubahan dan peampilan
C. Perencanaan
keperawatan
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai
indikasi
|
Isolasi luka dan mencuc tangan adalah yang
dibutuhkan untuk mengalirkan luka, semntara isolasi atau pembatasan
pengunjung dibutuhkan untuk melindungi pasien imonsupresi. Mengurangi risiko
kemungkinan infeksi.
|
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
walaupun mnggunakan sarung taggan steril.
|
mengurangi kontaminasi silang
|
Dorongan penggantian
posisi sering, napas dalam atau batuk dorongan pasien untuk menutup mulut dan
hidung dengan tisu pada waktu batuk atau pasien.
|
Bersihan paru yang baik mencegah pneumonia
|
Batasi pengguna alatatau prosedur invasive jika
memungkinkan
|
Mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat
masuk organisme
|
Gunakan inspeksi terhadap luka setiap hari, berikan perhatian
utama terhadap jalur hiperalimentasi
|
Mencatat tanda-tanda inflamasi local, perubahan pada
karakter drainase luka atau sputum dan urine.
|
|
|
|
|
D. Pelaksanaan
(Tindakan) Keperawatan
1. Cara
Mencuci Tangan
Mencuci kedua tangan merupakan prosedur
awal yang dilakukan perawat dalam memberikan tindakan keperawatan yang
bertujuan membersihkan tangan dari segala kotoran, mencegah terjadinya infeksi
silang melalui tangan, dan mempersiapkan bedah atau tindakan pembedahan.
a. Teknik
Mencuci Biasa
Alat dan Bahan:
1. Air
bersih
2. Handuk
3. Sabun
4. Sikat
lunak
Prosedur
kerja:
1. Lepaskan
segala benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau jam tangan.
2. Basahi
jari tangan, lengan, hingga siku dengan air, kemudian sabuni dan sikat bila
perlu.
3. Bilas
dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau lap kering.
b. Teknik
mencuci dengan Disenfektan
Alat dan Bahan:
Alat dan Bahan:
1.
Air bersih
2. Larutan
Disenfekta lisol atau savlon
3. Handuk
atau lap kering
Prosedur Kerja
1.
Lepaskan segala benda
yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin dan jam tangan.
2.
Basahi jari tangan,
lengan, hingga siku dengan air, kemudian gosokkan larutan disinfekta (lisol
atau savlon).
3.
Bilas dengan air bersih
dan keringakan dengan handuk atau lap kering.
c.
Teknik Mencuci Steril
Alat dan Bahan.
1.
Air mengalir
2. Sikat
steril dalam tempat
3.
Alkohol 70%
4. Sabun
Prosedur
Kerja
1.
Lepaskan segala benda
yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau jam tangan
2.
Basahi jari tangan,
lengan, hingga siku dengan air, kemudian tuang sabun (2-5ml) ketangan dan
gosokkan tengan serta lengan sampai 5 cm diatas siku, kemudian sikat ujung
jari, tangan, lengan, dan kuku sebanyak kurang lebih 15 gosokkan, sedangkan
telapak tangan 10 kali gosokan hingga siku.
3.
Bilas dengan air bersih
yang mengalir.
4.
Setelah selesai tangan
tetap diarahkan keatas.
5.
Gunakan sarung tangan
steril
1. Cara
Menggunakan Sarung Tangan
Sarung
tangan digunakan dalam melakukan prosedur tindakan keperawatan dengan tujuan
mencegah terjadinnya penularan kuman dan mengurangi risiko tertularnya
penyakit.
Alat dan Bahan
1. Sarung
tangan
2. Bedak
atau talk
Prosedur kerja
1. Cuci
tangan secara menyeluruh.
2.
Bila sarung tangan belum
dibedaki, ambil sebungkus bedak, dan tuangkan sedikit.
3.
Pegang tepi sarung tangan
dan masukan jari-jari tangan, pastikan ibu jari dan jari-jari lain tepat pada
posisinya
4.
Ulangi pada tangan kiri.
5.
Setelah terpasang,
cakupkan kedua tangan
2.
Cara
Menggunakan Masker
Tindakan pengamanan dengan menutup hidung dan mulut
menggunakan masker bertujuan mencegah atau mengurangi transmiri droplet
mikroorganisme saat merawat pasien
Alat dan Bahan
1. Masker
Prosedur kerja:
1.
Tentukan tepi atas dan
bawah bagian masker
2.
Pegang kedua tali masker
3.
Ikatan pertama, bagian
atas bagian pada kepala, sedangkan ikatan kedua berada pada bagian belakan
leher
2. Cara Desinfeksi
a.
Cara Desinfekta dengan
Mencuci
Prosedur Kerja:
1.
Cucilah tangan dengan
sabun lalu bersihkan, kemudian siram atau membasahi dengan alkohol 70%
2.
Cucilah luka dengan H2O2
3.
Cucilah kulit atau
jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan yodium tinkur 3%, kemudian dengan
alkohol
4.
Cucilah vulva dengan
larutan sublimat atau larutan sejenisnya
b.
Cara Desinfekta dengan
mengoleskan
Prosedur
kerja:
Oleskan luka dengan merukrokrom atau bekas luka
jahitan menggunakan alkohol atau betadine
c. Cara
desinfekta dengan Merendam
Prosedur:
1.
Rendamlah tangan dengan
larutan lisol 0,5%
2.
Rendamlah peralatan
dengan larutan lisol 3-5% selama 2 jam.
3.
Rendamlah alat tenun
dengan lisol 3-5% kurang lebih 24 jam
d. Cara
Desinfekta dengan menjemur Prosedur kerja:
Jemurlah kasur, tempat
tidur, urina, pispot, dan lain-lain; masinng-masing permukaan selama 2jam.
5. Cara
membuat Larutan Desinfeksi
a.
Sabun
Alat/bahan:
1.
Sabun padat/krim/cair
2.
Gelas ukuran
3.
Timbangan
4.
Sendok makan
5.
Alat pengocok
6.
Air panas/hangat dalam
tempatnya
7. Baskom
Prosedur kerja:
1.
Masukkan 4gram sabun
padat atau krim kedalam 1liter air panas/hangat kemudian diaduk sampai larut.
2.
Masukkan 3cc sabun cair
kedalam 1liter air panas/hangat kemudian diaduk sampai larut.
Larutan ini dapat digunakan untuk mencuci
tangan atau peralatan medis.
b.
Lisol dan Kreolin
Alat/bahan:
1.
Larutan lisol/kreolin
2.
Gelas ukuran
3. Baskom
berisi air
Prosedur kerja:
1.
Masukkan larutan
lisol/kreolin 0,5% sebanyak 5cc kedalam 1liter air. Larutan ini dapat digunakan
untuk mencuci tangan.
2.
Masukkan larutan
lisol/kreolin 2% sebanyak 20cc atau larutan lisol/kreolin 3% sebanyak 30cc
kedalam 1 liter air. Larutan ini dapat digunakan untuk merendam peralatan medis.
c.
Savlon
Alat/bahan:
1.
Savlon
2.
Gelas ukuran
3.
Baskom berisi air
secukupnya
Prosedur kerja:
1.
Masukkan larutan savlon
0,5% sebanyak 5cc kedalam 1liter air.
2.
Masukkan larutan savlon
1% sebanyak 10cc kedalam 1liter air.
1.
Cara sterilisasi
Beberapa alat yang perlu
disterilisasi:
1.
Peralatan logam (pinset,
gunting, spekulum, dll).
2.
Peralatan kaca (semprit,
tabung kimia, dll).
3.
Peralatan karet (kateter,
sarung tangan, pipa lambung, drain, dll).
4.
Peralatan ebonit (kanule
rektum, kanule trakea, dll).
5.
Peralatan email (bengkok,
baskom, dll).
6.
Peralatan porselin
(mangkok, cangkir, piring, dll).
7.
Peralatan plastik (selang
infus, dll).
8. Peralatan
tenunan (kain kasa, tampon, doek baju, sprei, dll).
Prosedur kerja:
1. Bersihkan
peralatan yang akan disterilisasi.
2. Peralatan
yang dibungkus harus diberi label (nama, jenis obat, dan tanggal serta jam
streilisasi).
3. Masukkan
kedalam sterilisator dan hidupkan sterilisator sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
4.
Cara sterilisasi:
a)
Sterilisasi dengan
merebus dalam air mendidih smapai 100derajat celcius (15-20 menit) untuk logam,
kaca, dan karet.
b)
Sterilisasi dengan stoom menggunakan
uap panas didalam autoklaf dengan waktu, suhu, tekanan tertentu untuk alat
tenun.
c)
Sterilisasi dengan panas
kering menggunakan oven panas tinggi (logam tajam, dll).
d) Sterilisasi
dengan bahan kimia menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap
formalin, sarung tangan, dan kateter.
E. Evaluasi Keperatawan
Evaluasi
terhadap masalah risiko infeksi (penyebaran kuman) secara umum dilakukan untuk
menilai ada atau tidaknya tanda infeksi nosokomial seperti penyebaran kuman ke
pasien atau orang lain.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Infeksi adalah
suatu kondisi penyakit akibat masuknya kuman phatogen atau mikroorganisme lain
kedalam tubuh atau kebutuhan sehingga menimbulkan gejala tertentu. Apabila pada
suatu jaringan terdapat jelas akibat trauma, bakteri, panas, ataupun bahan
kimia.
Infeksi
nosokomial adalah infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem
pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan
kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber
lainnya.
Faktor
penyebab perkembangan infeksi nososkomial yaitu agens infeksi, respon dan
toleransi tubuh pasien, infeksi melalui kontak langsung dan faktor alat.
Sterilitas merupakan upaya pembunuhan atau pengancuran semua bentuk kehidupan
mikroba yang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi.
3.2 Saran
1. Mahasiswa
Mahasiswa harus mencuci
tangan sebelum melakukan tindakan agar terhindar dari infeksi nosokamia
2.
Instansi
Instansi dapat memfasilitasi dengan perpustakaan yang memadai sehingga dapat mendukung tercapainya makalah yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
A.Aziz Alimul H. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2012.
Wahid Iqbal Mubarak, SKM. Kebutuhan
Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC, 2007.
0 komentar:
Posting Komentar