Senin, 28 November 2016

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Health-care Associated Infection (HAIS) merupakan dari komplikasi yang peling sering terjadi dipelayanan kesehatan. Hais selama ini dikenal sebagai infeksi Nosokomial atau disebut juga sebagai infeksi dirumah sakit Hospital-Acquired Infections merupakan persoalan serius karena dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien.Hais adalah penyakit infeksi yang pertama muncul (penyakit infeksi yang tidak berasal dari pasien itu sendiri) dalam waktu antara 48 jam dan empat hari setelah pasien masuk rumah sakit atau tempat pelayanan lainya, atau dalam waktu 30 hari setelah pasien keluar dari rumah sakit
Program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) sangat penting untuk melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas juga berkunjung kesuatu rumah sakit atau fasilitas pelayanan lainya. Keberhasilan program PPI perlu keterlibatan lintas profesional: klinisi, perawat, laboratorium, sanitasi dan Housekeeping, dan lain-lain sehingga perlu wadah berupa komite pencegahan dan pengendalian infeksi.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien dari menjalani proses asuhan keperawatan.infeksi nosomial pada umumnya terjadi pada pasien yang dirawat di ruang seperti ruangan perawatan penyakit dalam, perawatn intensif, dan perawatan isolasi (darmadi, 2008) infeksi nosokomial menurut brooker (2008) adalah infeksi yang didapat dari rumah sakit yang terjadi pada pasien yang dirawat selama 72 jam dan pasien tyersebut tidak menunjukan tanda dan gejala infeksi pada saat masuk rumah sakit.
1.3  Tujuan
a.      Tujuan umum
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar
b.      Tujuan khusus
1.      untuk mengetahui tahapan-tahapan proses infeksi
2.      untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi infeksi
3.      untuk mengetahui cara pencengahan dan pengendalian infeksi

4.      untuk mengetahui asuhan keperawatan pada infeksi

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Infeksi
Infeksi adalah suatu kondisi penyakit akibat masuknya kuman pathogen atau mikroorganisme lain kedalam tubuh atau ketubuh sehingga menimbulkan gejala tertentu. Apabila pada suatu jaringan terdapat jelas akibat trauma, bakteri, panas, ataupun bahan kimia, pada jaringan tersebut akan terjadi perubahan sekunder yang disebut peradangan. Kondisi ini ditandai dengan vasodi latasi pembuluh darah local, peningkatan permeabilitas kapiler, pembekuan cairan dalam ruang interstisia, migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit kedalam jaringan, dan pembekuan sel (Guyton, 1993).
2.2 Tanda-Tanda Infeksi
Tanda-tanda infeksi klinis menurut (Price & Wilson, 1994) dapat dilihat pada respons klien, baik local maupun sistemik. Tanda infeksi lokal meliputi:
1)      Rubor atau kemerahan biasanya merupakan tanda yang pertama terlihat pada daerah yang mengalami infeksi;
2)      kalor atau panas merupakan sifatdari reaksi infeksi yang hanya terjadi padapermukaan tubuh;
3)      dolor atau rasa sakit/nyeri ini terjadi akibat perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu yang dapat merangsang ujung-ujung saraf;
4)      tumor atau bengkak disebabkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah kejaringan-jaringan interstitial; dan
5)      fungsio laesa atau perubahan fungsi/ keterbatasan anggota gerak. Sedangkan tanda  infeksi sistemik meliputih demam, malaise, anoreksia, mual, muntah, sakit, kepala, dan diare
2.3 Rantai proses infeksi
Rantai proses infeksi adalah rangkaian proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang dapat menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan beberapa unsur, di antaranya:
1.    Reservoir, merupakan habitat peetumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan, maupun tambahan.
2.    Jalan masuk, merupakan jalan masuknya mikroorganisme ketempat penampungan dari berbagai kuman, seperti saluran pernapasan, pencernaan, kulit, dan lain-lain.
3.    Inang (host), merupakan tempat berkembangnya suatu mikroorganisme yang dapat didukung oleh ketahanan kuman.
4.    Jalan keluar, merrupakan tempat keluar mikroorganisme dari resverior, seperti sistem pernapasan, sistem pencernaan, alat kelamin, dan lain-lain
5.    Jalur penyebaran, merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman mikroorganisme ke berbagai tempat, seperti air, makanan, udara, dan lain-lain
2.4 Tahapan Proses Infeksi
1. Periode inkubasi
Periode sejak masuknya kuman kedalam tuguh sampai dengan munculnya gejala. Lamanya waktu yang dibutuhkan gejala muncul bervariasi, bertanggung pada penyakitnya (bustan, 1997)
2. Periode prodromal
Periode sejak munculnya gejala umum sampai munculnya gejala spesifik. Pada masa ini, individu sangat  infeksius, yaitu mudah menularkan atau menyebarkan kuman kepada orang lain.
3. Periode sakit
Pada periode ini, gejala spesifik terus berkembang dan menimbulkan manifestasi padaorgan yang terinfeksi dan seluruh tubuh. Lamanya waktu yang butuhkan sesuai dengan kondisi individu dan patogenitas kuman.
4. Periode konvalensi
Periode ini berlangsung sejak menurunnya gejala sampai individu kembali sehat. Lamanya waktu yang dibutuhkan bergantung pada jenis penyakit dan kondisi individu.
2.5  Cara Penularan Mikroorganisme
Proses penyebaban mikroorganisme kedalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan, dapat melalui berbagai cara, diantaranya:
1.    Kontak tubuh. Kuman masuknya kedalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung maupun tidak langsung. Penyebabran secara langsung melalui sentuhan dengan kulit, sedangkan secara tidak langsung dapat melalui benda yang terkontaminasi kuman
2.    Makanan dan minuman. Terjadi penyebaran dapat melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi seperti pada penyakit tifus abdominalis, penyakit infeksi cacing dan lain-lain.
3.    Serangga. Contoh proses penyebaran kuman melalui serangga adalah penyebaran penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk acdes dan beberapa penyakit saluran pencernaan yang dapat ditularkan melalui lalat.
4.    Udara. Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran penyakit sistem pernapasan (penyebaran kuman tuberkulosis) atau sejenisnya.
2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Infeksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses infeksi adalah:
1.    Sumber penyakit. Sumber penyakit dapat memengaruhi apakkah infeksi berjalan dengan cepat atau lambat
2.    Kuman penyebab. Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mokrooorganisme masuk kedalam tubuh, dan virulensinya
3.    Cara membebaskan sumber dari kuman. Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat teratasi atau diperlambat, seperti tingkat kesamaan (pH), suhu, penyinaran (cahaya), dan lain-lain
4.    Cara penularan. Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan atau udara, dapat menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh
5.    Cara masuknya kuman. Proses penyebabran kuman berbeda, tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, kulit dan lain-lain
6.    Daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknhya, daya tahan tubuh yang buruk dapat memperburuk proses infeksi.
Selain fakto-faktor diatas, terdapat faktor lain seperti status gizi atau nutrisi, tingkat sters pada tubuh, faktor usia, dan kebiasaan yang tidak sehat
2.7 Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya.
Sumber infeksi nosokomial
 Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah:
1.    Pasien. Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi kepada pasien lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan lainnya.
2.    Petugas kesehatan. Petugas kesehtan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung, yang dapat menularkan berbagai kuman ke tempat lain.
3.    Pengunjung. Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang di dapat dari luar ke dalam lingkungan rumah sakit. Atau sebaliknya, yang didapat dari dalam rumak sakit keluar rumah sakit
4.    Sumber lain. Sumber lain yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit. Atau alat yang ada dirumah sakit yang dibawa oleh pengunjung kesehatan kepada pasien, dan sebaliknya.
2.8 Sterilisasi Dan Desinfeksi
1. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi, sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau apotogen beserta spora yang terdapat pada alat perawat  atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, sterilisasi gas (formalin, H202), dan radiasi ionisasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sterilisasi, diantaranya:
1.    Sterilisator (alay untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi
2.    Peralalatan yang akan disterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan menyebut jenis pralatan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan sterilisasi
3.    Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat disteril
4.    Tidak boleh menambahkan alaty steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
5.    Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembukusannya, bila terbuka harus dilakukan sterilisasi ulang
2. Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri. Desifeksi juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman patogen dan aptogen tetapi tidak dengan membunuh spora yang terdapat pada alat perawatn ataupun kedokteran. Desinfeksi dilakukan menggunakan bahan desifektan melalui cara mencuci, mengoles, merendam alat dalam keadaan siap pakai. Kemampuan desinfeksi ditentukan oleh waktu sebelum pembersih an objek, kandungan zat organik, tipe dan tingkat kontaminasi mikroba, konsentrasi  dan waktu pemaparan, kealamian objek, suhu, dan derajat keasamaan (pH).
2.9 Pencegahan Infeksi
Dimasa lalu, fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah mencegah infeksi, meskipun infeksi serius pasca bedah masih merupakan masalah di beberapa negara, terutama dengan munculnya penyakit acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan hepatitis B yang belum ditemukan obatnya. Saat ini perhatian utama ditunjukan untuk mengurangi risiko perpindahan penyakit,tidak hanya terhadap pasien, tetapi juga kepada pemberi pelayanan kesehatan dan karyawan, termasuk pekarya, yaitu orang pertugas membersihkan dan merawat ruang bedah.
a.       Tindakan pencegah infeksi
Beberapa tindakan pencegah infeksi yang dapat dilakukan adalah:
1.      Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk nmencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinana besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan
2.      Antispetuk, yaitu upaya pencegah infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
3.      Dekontanisme, tindakan yang dilakukan agar benda mati ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersih medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan, alat-alat kesehatan, dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh di saat prosedur bedah/tindakan kotoran
4.      Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua, darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing seperti debu dan kotoran
5.      Sterilisasi, yaitu tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bateri, jamur, parasit, dan virus) termasuk bekteri endospora dari benda mati.
6.      Desinfeksi. Yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan dengan merebus atau menggunakan larutan kimia. Tidakan ini dapat menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa bakteri endospora

b.      Pedoman Pencegahan Infeksi
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang diantara mikroorganisme dan individu (pasien atau petugas kesehatan). Penghalang ini dapat berupa fisik, mekanik, ataupun kimia, meliputi:
1.      Pencucian tangan
 Penggunaan sarung tangan (kedua tangan), baik pada saat melakukan tindakan, maupun saat memegang benda yang terkontaminasi (alat kesehatan/alat tenun bekas pakai).
1.      Penggunaan cairan antiseptik untuk membersihkan luka pada kulit.
2.      Pemrosesan alat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi).
3.      Pembuangan sampah.
2.10 Asuhan Keperawatan pada Masalah Infeksi
A.  Pengkajian keperawatan
Merupakan tindakan mengkaji atau tidaknya faktor yang memengaruhi atau menyebabkan infeksi, seperti penurunan daya tahan tubuh, status nutrisi, usia, stress dan lain-lain. Pengkajian selanjutnya adalah memeriksa ada atau tidaknya tanda klinik infeksi (seperti pembengkakan, kemerahan, panas, nyeri pada daerah lokalisasi infeksi) dan tanda sismetik (seperti demam, malaise, anoreksia, sakit kepala, muntah, atau diare).
1)      Data subjektif
a.       Kaji faktor-faktor yang berhubungan
1.      Apakah klien mengeluh:
a.       Demam terus menerus atau intermiten
b.      Infeksi sebelumnya
1.      Saluran perkemihan
2.      Pneumonia
3.      Luka oprasi
4.      Kulit dan jaringan lunak
c.       Infeksi resiko terhadap
1.      Saluran reproduksi
2.      Saluran pernapasan
3.      Darah
4.      Tulang dan sendi
5.      System kardiofakuler
6.      System saraf pusat
7.      Mata, telinga, hidung, tenggorokan, mulut
8.      Sistemik
9.      System Gi
d.      Nyeri atau pembengkakan
1.      Umum
2.      Terlokalisasi
e.       Riwayat terkena penyakit infeksi
1.      Kontak udara (banyak pada masa anak-anak infrksi akibat dari enyakit yang dapat dipindahkan seperti cacar, tuberculosis)
2.      Infeksi berkenan dengan vector dan vector lain yang ditularkan (malaria, pes)
3.      Kontak penyebaran (tipe paling umum terkena)
a.       Langsung (orang ke orang)
b.      Tidak langsung (peralatan, pakaian, dll ke orang)
c.       Kontak droplet (pneumonia, pilek,dll)
4.      Factor-faktor resiko dihubungkan dengan infeksi (lihat factor-faktor yang berhubungan)
2)      Data Objektif
a.       Kaji factor-faktor yang berhubungan
1.      Adanya luka
a.       Pembedahan
b.      Terbakar
c.       Tindakan invasive (traksi,IV, drein)
d.      Terluka sendiri
2.      Suhu
3.      Status nutrisi

B.  Diagnosa keperawatan
1.      Resiko tinggi terhadap cidera yang berhubungan dengan peningkatan kerentanan dermal sekunder terhadap proses penyakit
2.      Resiko tinggi infektif pelaksaan regimen teraupetik yang berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang kondisi, istirahat versus kebutuhan aktivitas, istirahat vs kebutuhan aktivitas, factor resiko dan dumber komunitas
3.      Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan perjalanan penyakit yang tidak dipikirkan
4.      Ketelitian yang berhubungan dengan nyeri mobilitas sendi dan efek inflamasi sendi
5.      Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencapai tugas perkembangan sekunder terhadap ketidakmampuan kondisi dan parubahan dan peampilan

C.  Perencanaan keperawatan
Tindakan/intervensi
Rasional
Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
Isolasi luka dan mencuc tangan adalah yang dibutuhkan untuk mengalirkan luka, semntara isolasi atau pembatasan pengunjung dibutuhkan untuk melindungi pasien imonsupresi. Mengurangi risiko kemungkinan infeksi.
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walaupun mnggunakan sarung taggan steril.
mengurangi kontaminasi silang
Dorongan  penggantian posisi sering, napas dalam atau batuk dorongan pasien untuk menutup mulut dan hidung dengan tisu pada waktu batuk atau pasien.
Bersihan paru yang baik mencegah pneumonia
Batasi pengguna alatatau prosedur invasive jika memungkinkan
Mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat masuk organisme
Gunakan inspeksi terhadap luka setiap hari, berikan perhatian utama terhadap jalur hiperalimentasi
Mencatat tanda-tanda inflamasi local, perubahan pada karakter drainase luka atau sputum dan urine.





D.  Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
1.      Cara Mencuci Tangan
Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan perawat dalam memberikan tindakan keperawatan yang bertujuan membersihkan tangan dari segala kotoran, mencegah terjadinya infeksi silang melalui tangan, dan mempersiapkan bedah atau tindakan pembedahan.
a.     Teknik Mencuci Biasa
         Alat dan Bahan:
1.    Air bersih
2.    Handuk
3.    Sabun
4.    Sikat lunak
Prosedur kerja:
1.      Lepaskan segala benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau jam tangan.
2.      Basahi jari tangan, lengan, hingga siku dengan air, kemudian sabuni dan sikat bila perlu.
3.      Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau lap kering.
b.      Teknik mencuci dengan Disenfektan
Alat dan Bahan:
1.      Air bersih
2.      Larutan Disenfekta lisol atau savlon
3.      Handuk atau lap kering
 Prosedur Kerja
1.      Lepaskan segala benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin dan jam tangan.
2.      Basahi jari tangan, lengan, hingga siku dengan air, kemudian gosokkan larutan disinfekta (lisol atau savlon).
3.      Bilas dengan air bersih dan keringakan dengan handuk atau lap kering.
c.       Teknik Mencuci Steril
Alat dan Bahan.
1.      Air mengalir
2.      Sikat steril dalam tempat
3.      Alkohol 70%
4.      Sabun
Prosedur Kerja
1.      Lepaskan segala benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau jam tangan
2.      Basahi jari tangan, lengan, hingga siku dengan air, kemudian tuang sabun (2-5ml) ketangan dan gosokkan tengan serta lengan sampai 5 cm diatas siku, kemudian sikat ujung jari, tangan, lengan, dan kuku sebanyak kurang lebih 15 gosokkan, sedangkan telapak tangan 10 kali gosokan hingga siku.
3.      Bilas dengan air bersih yang mengalir.
4.      Setelah selesai tangan tetap diarahkan keatas.
5.      Gunakan sarung tangan steril

1.      Cara Menggunakan Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan dalam melakukan prosedur tindakan keperawatan dengan tujuan mencegah terjadinnya penularan kuman dan mengurangi risiko tertularnya penyakit.
Alat dan Bahan
1.      Sarung tangan
2.      Bedak atau talk
Prosedur kerja
1.      Cuci tangan secara menyeluruh.
2.      Bila sarung tangan belum dibedaki, ambil sebungkus bedak, dan tuangkan sedikit.
3.      Pegang tepi sarung tangan dan masukan jari-jari tangan, pastikan ibu jari dan jari-jari lain tepat pada posisinya
4.      Ulangi pada tangan kiri.
5.      Setelah terpasang, cakupkan kedua tangan
2.      Cara Menggunakan Masker
Tindakan pengamanan dengan menutup hidung dan mulut menggunakan masker bertujuan mencegah atau mengurangi transmiri droplet mikroorganisme saat merawat pasien
Alat dan Bahan
1.      Masker
            Prosedur kerja:
1.      Tentukan tepi atas dan bawah bagian masker
2.      Pegang kedua tali masker
3.      Ikatan pertama, bagian atas bagian pada kepala, sedangkan ikatan kedua berada pada bagian belakan leher

2.      Cara Desinfeksi
a.       Cara Desinfekta dengan Mencuci
Prosedur Kerja:
1.      Cucilah tangan dengan sabun lalu bersihkan, kemudian siram atau membasahi dengan alkohol 70%
2.      Cucilah luka dengan H2O2
3.      Cucilah kulit atau jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan yodium tinkur 3%, kemudian dengan alkohol
4.      Cucilah vulva dengan larutan sublimat atau larutan sejenisnya
b.      Cara Desinfekta dengan mengoleskan
       Prosedur kerja:
Oleskan luka dengan merukrokrom atau bekas luka jahitan menggunakan alkohol atau betadine
c.       Cara desinfekta dengan Merendam                                                                            Prosedur:
1.          Rendamlah tangan dengan larutan lisol 0,5%
2.          Rendamlah peralatan dengan larutan lisol 3-5% selama 2 jam.
3.          Rendamlah alat tenun dengan lisol 3-5% kurang lebih 24 jam

d.      Cara Desinfekta dengan menjemur                                                                      Prosedur kerja:
Jemurlah kasur, tempat tidur, urina, pispot, dan lain-lain; masinng-masing permukaan selama 2jam.

5.    Cara membuat Larutan Desinfeksi
a.    Sabun
Alat/bahan:
1.      Sabun padat/krim/cair
2.      Gelas ukuran
3.      Timbangan
4.      Sendok makan
5.      Alat pengocok
6.      Air panas/hangat dalam tempatnya
7.      Baskom
Prosedur kerja:
 1.      Masukkan 4gram sabun padat atau krim kedalam 1liter air panas/hangat kemudian diaduk sampai larut.
2.      Masukkan 3cc sabun cair kedalam 1liter air panas/hangat kemudian diaduk sampai larut.
Larutan ini dapat digunakan untuk mencuci tangan atau peralatan medis.

b.        Lisol dan Kreolin
Alat/bahan:
1.      Larutan lisol/kreolin
2.      Gelas ukuran
3.      Baskom berisi air
Prosedur kerja:
1.      Masukkan larutan lisol/kreolin 0,5% sebanyak 5cc kedalam 1liter air. Larutan ini dapat digunakan untuk mencuci tangan.
2.      Masukkan larutan lisol/kreolin 2% sebanyak 20cc atau larutan lisol/kreolin 3% sebanyak 30cc kedalam 1 liter air. Larutan ini dapat digunakan untuk merendam peralatan  medis.
c.         Savlon
Alat/bahan:
1.         Savlon
2.         Gelas ukuran
3.         Baskom berisi air secukupnya
Prosedur kerja:              
1.      Masukkan larutan savlon 0,5% sebanyak 5cc kedalam 1liter air.
2.      Masukkan larutan savlon 1% sebanyak 10cc kedalam 1liter air.

1.    Cara sterilisasi
Beberapa alat yang perlu disterilisasi:
1.      Peralatan logam (pinset, gunting, spekulum, dll).
2.      Peralatan kaca (semprit, tabung kimia, dll).
3.      Peralatan karet (kateter, sarung tangan, pipa lambung, drain, dll).
4.      Peralatan ebonit (kanule rektum, kanule trakea, dll).
5.      Peralatan email (bengkok, baskom, dll).
6.      Peralatan porselin (mangkok, cangkir, piring, dll).
7.      Peralatan plastik (selang infus, dll).
8.      Peralatan tenunan (kain kasa, tampon, doek baju, sprei, dll).
Prosedur kerja:
1.      Bersihkan peralatan yang akan disterilisasi.
2.      Peralatan yang dibungkus harus diberi label (nama, jenis obat, dan tanggal serta jam streilisasi).
3.      Masukkan kedalam sterilisator dan hidupkan sterilisator sesuai dengan waktu yang ditentukan.
4.      Cara sterilisasi:
a)      Sterilisasi dengan merebus dalam air mendidih smapai 100derajat celcius (15-20 menit) untuk logam, kaca, dan karet.
b)      Sterilisasi dengan stoom menggunakan uap panas didalam autoklaf dengan waktu, suhu, tekanan tertentu untuk alat tenun.
c)      Sterilisasi dengan panas kering menggunakan oven panas tinggi (logam tajam, dll).
d)     Sterilisasi dengan bahan kimia menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap formalin, sarung tangan, dan kateter.
E. Evaluasi Keperatawan
Evaluasi terhadap masalah risiko infeksi (penyebaran kuman) secara umum dilakukan untuk menilai ada atau tidaknya tanda infeksi nosokomial seperti penyebaran kuman ke pasien atau orang lain.
 BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infeksi adalah suatu kondisi penyakit akibat masuknya kuman phatogen atau mikroorganisme lain kedalam tubuh atau kebutuhan sehingga menimbulkan gejala tertentu. Apabila pada suatu jaringan terdapat jelas akibat trauma, bakteri, panas, ataupun bahan kimia.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya.
Faktor penyebab perkembangan infeksi nososkomial yaitu agens infeksi, respon dan toleransi tubuh pasien, infeksi melalui kontak langsung dan faktor alat. Sterilitas merupakan upaya pembunuhan atau pengancuran semua bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi.
3.2 Saran
1.      Mahasiswa
Mahasiswa harus mencuci tangan sebelum melakukan tindakan agar terhindar dari infeksi nosokamia
2.      Instansi
Instansi dapat memfasilitasi dengan perpustakaan yang memadai sehingga dapat mendukung tercapainya makalah yang baik dan benar.
 DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimul H. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2012.

Wahid Iqbal Mubarak, SKM. Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC, 2007.


0 komentar:

Posting Komentar