Selasa, 22 November 2016

Penerapan Caring Manajemen Dalam Pelayanan Rumah Sakit



A.    Penerapan Caring Manajemen dalam Pelayanan Rumah Sakit                                       

Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesahatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan, dan unit rawat inap. Dalam perkembangannya pelayanan rumah sakit tidak terlepas dari pembangunan ekonomi masyarakat. Perkembangan ini tercermin pada perubahan fungsi klasik RS yang pada awalnya hanya memberikan pelayanan yang bersifat penyembuhan (kuratif) terhadap pasien melalui rawat inap. Pelayangan RS kemudian bergeser karena kemajuan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran, peningkatan pendapatan dan pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan di RS saat ini tidak saja bersifat kuratif (penyembuhan), tetapi juga bersifat pemulihan (rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Dengan demikian, sasaran pelayanan kesehatan RS bukan hanya untuk individu pasien, tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. Fokus perhatiannya memang pasien yang datang atau yang dirawat sebagai individu dan bagian dari keluarga. Atas dasar sikap seperti itu pelayanan kesehatan di RS merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (komperhensif dan holistik).

Pelayanan RS di Indonesia saat ini sudah bersifat padat modal, padat karya, dan padat teknologi dalam menghadapi persaingan global. Dalam hal rujukan medik, RS juga diandalkan untuk memberikan pengayoman medik (pusat rujukan) untuk pusat-pusat pelayanan yang ada di wilayah kerjanya. Sifat pengayoman sangat erat kaitannya dengan klasifikasi Rumah Sakit. Ada empat jenis RS berdasarkan klasifikasi perumahsakitan di Indonesia yaitu kelas A, B, C, dan D. Kelas RS yang lebih tinggi (A) mengayomi kelas Rumah Sakit yang lebih rendah dan mempunyai pengayoman wilayah yang lebih luas. Pengayoman dilaksanakan melalui dua sistem rujukan yaitu sistem rujukan kesehatan (berkaitan dengan upaya promotif dan preventif seperti bantuan teknologi, bantuan sarana dan operasionalnya) dan rujukan medik (berkaitan dengan pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif)

Dan berubahnya RS kelas A dan B menjadi RS seadanya, bahkan ada yang menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), menejemen klasik RS di Indonesia sudah pasti mengalami perubahan. Perubahan dalam hal peningkatan profesionalisme staf, tersedianya peralatan yang lebih canggih, dan lebih sempurnanya sistem administrasi RS yang akan bermanfaat untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan RS.
Keputusan Menteri Kesehatan No.134 Menkes/SK/IV/78 Th.1978 tentang susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum di Indonesia antara lain
1.      Pasal 1: Rumah Sakit Umum adalah organisasi di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Dirjen Yan Medik.
2.      Pasal 2: Rumah Sakit Umum mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kesehatan (caring) dan penyembuhan (curing) penderita serta pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa (rehabilitation).
3.      Pasal 3 : Untuk menyelenggarakan tugas tersebut RS mempunyai fungsi :
a.       Melaksanakan usaha pelayanan medic
b.      Melaksanakan usaha rehabilitasi medic
c.       Usaha pencegahan komplikasi penyakit dan peningkatan pemulihan kesehatan
d.      Melaksanakan usaha perawatan
e.       Melaksanakan usaha pendidikan dan latihan medis dan paramedic
f.       Melaksanakan sistem rujukan
4.      Pasal 4    : Sebagai tempat penelitian
a.       RS Umum yang dimaksud dalam keputusan ini adalah RS kelas A, kelas B, kelas C.
b.      RS Umum kelas A adalah RSU yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistik dan subspesialistik yang luas
c.       RS Umum kelas B adalah RSU yang melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik yang luas.
d.      RS Umum kelas C adalah RSU yang melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik paling sedikit empat spesialis dasar yaitu: Penyakit Dalam, Penyakit Bedah, Penyakit Kebidanan/Kandungan, dan Kesehatan Anak.

B.     Fungsi Perencanaan Rumah  Sakit
Perencanaan merupakan proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan suatu organisasi. Ada dua alasan mengapa perencanaan diperlukan yaitu untuk mencapai “Protective bennefits” yaitu merupakan hasil dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan dan “Positive benefit” yaitu untuk peningkatan pencapaian tujuan organisasi. Fungsi perencanaan di bidang kesehatan adalah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan merupakan fungsi yang penting karena akan menentukan fungsi-fungsi manajemen yang lainnya dan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
C.     Manfaat Perencanaan Rumah Sakit
Melalui perencanaan program di rumah sakit akan dapat diketahui:
1.      Tujuan program di rumah sakit dan bagaimana cara mencapainya.
2.      Jenis dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
3.      Struktur organisasi rumah sakit yang dibutuhkan.
4.      Jumlah dan jenis kualifikasi staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya.
5.      Sejauh mana efektifitas kepemimpinan di rumah sakit.
6.      Komunikasi serta bentuk dan standar pengawasan yang perlu dikembangkan oleh manajer dan perlu dilaksanakan.
Keuntungan perencanaan rumah sakit yang baik:
1.      Aktifitas di rumah sakit lebih terarah untuk mencapai tujuan.
2.      Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
3.      Alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.
4.      Memberikan landasan pokok fungsi manajemen lainnya yaitu fungsi pengawasan.
Kerugian perencanaan rumah sakit:
1.      Keterbatasan dalam ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang.
2.      Memerlukan biaya yang cukup besar.
3.      Hambatan psikologis.
4.      Menghambat timbulnya inisiatif.
5.      Terhambatnya tindakan yang perlu diambil
Langkah-langkah Perencanaan Rumah Sakit:
1.      Analisis situasi
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data atau fakta. Analisis situasi ini melibatkan beberapa aspek ilmu yaitu:
a)       Epidemiologi (distribusi penyakit dan determinannya) yakni kelompok penduduk sasaran (who) yang menderita kejadian tersebut, dimana, kapan masalah tersebut terjadi. Misalnya: data jenis penyakit yang dapat dicegah dari imunisasi.
b)       Antropologi (aspek budaya dan perilaku sehat, sakit masyarakat)
c)       Demografi (angka-angka vital statistik). Misalnya: berdasarkan kelompok umur, jumlah kelahiran dan kematian, jumlah AKI dan sebagainya.
d)       Statistik (mengolah dan mempresentasikan data).
e)       Ekonomi (pembiayaan kesehatan) meliputi pendapatan, tingkat pendidikan, norma sosial, dan sistem kepercayaan masyarakat.
f)        Geografis yaitu meliputi semua informasi karakteristik wilayah yang dapat mempengaruhi masalah tersebut.
g)       Organisasi pelayanan meliputi motivasi kerja staf dan kader, keterampilan, persediaan vaksin dan sebagainya.
Jenis informasi yang diperlukan untuk perencanaan adalah:
1.       Penyakit dan kejadian sakit di wilayah kerja.
2.       Data kependudukan.
3.       Jenis dan organisasi pelayanan kesehatan yang tersedia.
4.       Keadaan lingkungan dan aspek geografisnya.
5.       Sarana dan sumber daya penunjang.
Pengumpulan data dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, yaitu:
1.       Mendengarkan keluhan masyarakat di lapangan.
2.       Membahas masalah-masalah kesehatan dengan tokoh-tokoh formal dan informal masyarakat.
3.       Membahas masalah-masalah bersama petugas lapangan kesehatan.
4.       Membaca laporan kegiatan program kesehatan.
5.       Mempelajari peta wilayah, sensus penduduk, laporan khusus, hasil suatu survei, juklak program, laporan tahunan.
Masalah kesehatan tersebut meliputi:
1.       Masalah penyakit (medis), intervensi medis yaitu diagnosa penyakit, pengobatan dan tindak lanjut.
2.       Masalah kesehatan masyarakat (Public health), surveilen, analisis epidemiologi, intervensi yaitu promosi kesehatan, perlindungan spesifik atau imunisasi dan deteksi dini.
2.      Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya
Masalah dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu masalah tentang penyakit, masalah manajemen pelayanan kesehatan (masalah program), dan masalah perilaku, sikap dan pengetahuan masyarakat. Prioritas masalah secara praktis dapat ditetapkan berdasarkan pengalaman staf, dana, dan mudah tidaknya maslah dipecahkan. Prioritas masalah dijadikan dasar untuk menentukan tujuan. Contoh masalah manajemen pelayanan kesehatan antara lain tingginya jumlah anak yang menderita diare, air minum yang terkontaminasi air limbah, kebutuhan masyarakat akan penyuluhan kesehatan, banyaknya tumpukan sampah di sepanjang jalan umum, pemilikan jamban keluarga yang masih rendah, kurangnya persediaan oralit di Posyandu dan tervatasnya jumlah staf yang mampu melakukan deteksi dini diare. Yang menjadi prioritas atau masalah utama adalah tingginya jumlah anak yang menderita diare.
Kriteria penetapan prioritas masalah kesehatan:
1.       Apakah masalah tersebut menimpa sebagian besar penduduk?
2.       Apakah masalah tersebut potensial sebagai penyebab tingginya kematian bayi?
3.       Apakah masalah tersebut mempengaruhi kesehatan dan kematian anak balita?
4.       Apakah masalah tersebut mengganggu kondisi kesehatan dan mengakibatkan kematian ibu hamil?
5.       Apakah masalah kesehatan tersebut bersifat kronis, mnimbulkan kecatatan, dan mengganggu produktifitas kerja masyarakat di suatu wilayah?
6.       Apakah masalah tersebut mengakibatkan kepanikan masyarakat secara luas?
D.    Rekam Medis Dan Kesehatan Di Rumah Sakit
Dalam pelayanan kesehatan dan kedokteran terutama di rumah sakit maupun praktik pribadi, peranan pencatatan Rekam Medik sangat penting dan sagat melekat pada pelayanaan. RM adalah orang ketiga dalam pelayanan kesehatan. Catatan demikian akan berguna untuk merekam dan mengingatkan dokter engan keadaan, hasilpemeriksaan dan pengobatan yang telah diberikan bila pasien daang kembali untuk berobat ulang setelah beberapa hari, bulan bahkan tahu.

Untuk mendukung peningkatan mutu dan peranan RM dalam pelayanan kesehatan, IDI juga menerbitkan Fatwa IDI tentang RM, dalam SK No. 315/PB/A.4/88, yang menekankan bahwa praktek profesi kedokteran harus meaksanakan RM, tidak saja untuk dokter yang bekerja di rumah sakit tetapi juga bagi dokter yang praktik pribadi. Sebelum RM populer seperti sekarang kalangan kesehatan dulunya menggunakan istilah status pasien tetapi belakangan ini orang lebih cenderung menngunakan istilah Rekam Medis sebagai terjemahan dari medical record. RM adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasilanamnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien dar waktu ke waktu. Catatan ini berupa tulisan maupun gambar, dan belakangan ini dapat pula berupa rekaman elektronik seperti komputer, mikrofilm dan rekaman suara. Dalam PERMENKES No. 749a/MenKes/XII/89 tentang RM disebut pengertian RM adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
Di rumah sakit terdapat 2 jenis RM, yaitu:
1.       RM untuk pasien rawat jalan
2.       RM untuk pasien rawat inap
Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat RM mempunyai informasi pasien antara lain:
1.      Identitas dan formulir perizinan
2.      RiwayaT penyakit
3.      Laporan pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan laboratorium.
4.      Diagnosa atau diagnosis banding
5.      Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang berwenang.
Untuk pasien rawat inap, sama seperti sebelumnya hanya denagan tambahan:
1.      Persetujuan tindakan medik
2.      Catatan konsultasi
3.      Catatan perawat da tenaga kesehatan lainnya
4.      Catatan observasi klinik dan pengobatan
5.      Resume akhir dan evaluasi pengobatan
Untuk di rumah sakit biasanya yang terpenting pelu diperhatikan untuk pasien rawat inap, yaitupenmbuatan resume akhir. Yang isinya antara lain menjelaskan:
1.      Anamnesis
2.      Hasil penting pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, rongent dan lain – lain.
3.      Pengobatan dan tindakan operasi yang dilaksnakan.
4.      Keadaan pasien waktu keluar
5.      Anjuran pengobatan dan perawatan.
Tujuan pembuatan resume antara lain:
1.      Untuk menjamin kontinuitas pelayanan medik dengan kualitas yang tinggi serta bahan yang berguna bagi dikter pad awaktu menerima pasien untuk dirawat kembali.
2.      Bahan penilai staf medik rumah sakit
3.      Untuk memenuhi permintaan dari badan – badan resmi tentang perawatan seorang pasien.
4.      Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter ang mengirim, dan dokter konsultan
Secara umum kegunaan RM adalah:
1.      Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenga kesehatan lainnya yang ikut andil dalam pelayanan kesehatan.
2.      Merupakan dasar untuk perencanaan pengobatan dan perawatan yang harus diberikan kepada pasien
3.      Sebagai bukti tertulis segala pelayanan, perkembnagna penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung atau dirawat di rumah sakit.
4.      Sebagai dasar analisis, study, evaluasi terhadap mutupelayanan yang di beriakn kepada pasien
5.      Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya
6.      Menyedikan data – data khusus yang sangat berguna untuk penelitian dan pendidikan
7.      Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien
8.      Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan
Dalam pelaksanaan kegunaan RM di atas maka staf medik dan tenaga kesehatan lainnya dituntut untuk mengisi RM scara cepat, akurat, dan mudah dibaca. Tanpa adanya informasi medik yang dicatat dengan baik oleh kalangan medik maupun paramedik, maka kegunaan seperti yang di kemukakan sebelumnya tidak akan tercapai.

E.     Penerapan caring pada perawat
Kepedulian atau “caring” merupakan isu besar dalam profesionalisme keperawatan Kepedulian tampaknya telah memainkan bagian penting yang paling disoroti. Sejak dulu, keperawatan selalu meliputi empat konsep (yang merupakan paradigma kita): merawat adalah apa yang kita lakukan; manusia adalah sasaran dari apa yang kita lakukan (kepada siapa kita melakukannya); kesehatan adalah tujuannya; dan lingkungan adalah tempat di mana kita merawat. Inti dari semua teori tentang keperawatan adalah memeriksa dan menguraikan empat konsep tersebut untuk memberi penjelasan dan panduan dalam hal merawat. Tetapi sekarang, merawat juga didefinisikan sebagai kepedulian atau “caring”, yang sudah menjadi konsep paradigma yang kelima. Sebagai  perawat/ners kita harus memahami konsep caring dan mampu menanamkan dalam hati, disirami dan dipupuk untuk mampu memperlihatkan kemampuan soft skill sebagai perawat, yaitu empati, bertanggung jawab dan tanggung gugat, dan mampu belajar seumur hidup. Dan itu semua akan berhasil dicapai oleh perawat kalau mereka mampu memahami apa itu caring.

Caring merupakan suatu sikap rasa peduli, hormat, menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir dan bertindak. Karena caring merupakan perpaduan antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan. Sikap caring juga digunakan untuk meningkatkan kepercayaan klien terhadap penggunaan caring dalam keperawatan, maka perawat sendiri harus memahami hal tersebut untuk memperkuat mekanisme koping. Oleh karena sangat penting penggunaan caring dalam keperawatan, maka perawat sendiri harus memahami konsep caring dan mengaplikasikannya dalam praktek keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Meidiana DwidiyNTI. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani
Satrianegara M fais, & siti saleha.2009.”Buku Aajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan”. Jakarta.salemba medika.
https://somelus.wordpress.com/2010/02/14/manajemen-rumah-sakit/

0 komentar:

Posting Komentar