Senin, 28 November 2016

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Eliminasi Urine

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)

Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada usia lanjut akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang lebih 5 – 15%.

Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari seluruh perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretal, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. ( Susan Martin Tucker, dkk, 1998)

Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisdal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akbitnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

1.2  Tujuan
1.      Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang perawatan pada saat eliminasi urine sesuai dengan tujuan dan tata prosedur pelaksanaan.

2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih.
b.      Mengetahui sifat urine normal.
c.       Mengetahui masalah dalam eliminasi urine.
d.      Mengetahui cara mengatasi masalah dalam eliminasi urine.
e.       Mampu melaksanakan tindakan perawatan eliminasi urine sesuai dengan prosedur pelaksanaan.

  BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1  Konsep Dasar Eliminasi urine
Eliminasi urine merupakan cairan yang dikeluarkan dari ginjal sebagai hasil filtrasi dari plasma darah di glomerulus. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi, hanya  1 – 2 liter saja yang dapat berupa urine, sebagai besar hasil filtrasi akan diserap kembali di tubulus ginjal untuk dimanfaatkan  oleh tubuh.
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terjadi dua langkah utama yaitu: kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua, tinbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks perkemih) yang berusah mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.meskipun refleks miksi adalah refleks outonomik medula spimalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
2.2 Anatomi Sistem Perkemihan
A.    Ginjal
Ginjal pada orang dewasa memilkiki panjang kira-kira 11cm, lebar 5 – 7,5cm, tebal 2,5cm, dan berat sekitar 150 gram. Organ ginjal berbentuk kurva yang gerletak diarea retroperitoneal, pada bagian belakang dinding abdomen disamping depan vertebra, setinggi torakal ke-12 sampai lumbal ke-3. Ginjal disokong oleh jaringan adiposa dan jaringan penyokong yang disebut fasiagerota, serta dibungkus oleh kapsul ginjal, yang berguna untuk mempertahankan ginjal, pemblu darah,dan klenjar adrenal terhadap adanya trauma. Ginjal terdiri atas tiga ruang, yaitu: korteks, medula, dan pelvis.
1.      Korteks, merupakan bagian paling luar ginjal, terletak dibawah kapsula fibrosa sampai dengan lapisan  medula, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya lebih dari satu juta. Semua glomerulus berada dikorteks dan 90% aliran darah menuju korteks .
2.      Medula, terdiri atas saluran-saluran atau duktus mengumpul yang disebut piramida ginjal yang tersusun antara 8 – 18 buah.
3.      Pelvis, merupakan area yang terdiri atas kaliks minor yang kemudian bergabug menjadi kaliks mayor. Empat sampai lima minor bergabung menjadi kaliks mayor dan dua sampai tiga kaliks mayor bergabung menjadi pelpis ginjal yang berhubungan dengan uretr bagian proksimal

1.      Nefron merupakan unit fungsional ginjal, dimana pada masing-masig ginjal terdiri atas satu sampai empat juta nefron. Nefron terdiri atas komponen faskular dan tubular. Komponen akular atau pembulu darah kapiler diantaranya adalah anteriola aferen, glomerulus, ateriola everns, dan kapiler peritubular. Komponen tubular merupakan penampung hasil filtrasi dari glomerus, terdiri atas kapsula baumen tubulus kontrulus proksimal, ansa henle, tubulus kontortus distal, serta tubulus dan duktus pengumpul . salah satu komponen penting nevron adalah glomelorusyang merupakan cabang dari arteriola eferen yang membentuk anyaman-anyaman kapiler. Didalam glomerulus bila terjadi proses filtrasi.
2.      Fungsi ginjal
Ginjal merupakan organ yang penting dalam proses keseimbangan cairan tubuh dan sebagai organ sekresi dari zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Berikut adalah beberpa fungsi ginjal .
1.      Pengaturan volume dan kompsisi darah. Ginjal berperan  dalam pengaturan volume darh dan komposisi darah melalui mekanisme pembuangan atau sekresi cairan. Misalnyajika intake cairan melebihi kebutuhan, maka ginjal akan membuang lebih banyak Ciaran yang keluar dalam bentuk urine, sebaliknya jika kekurangan cairan, maka ginjal akan mempertahankan  cairan yang keluar dengan sedikit urine yang dikeluarkan. Jumlah cairan yang keluar dan dipertahankan tubuh berpengaruh terhadap pengeceran dan pemekatan darah serta volume darah. Didalam ginjal juga diproduksi hormon eritropoiettin yang dapat menstimulasi pembentukan sel darah merah. Pada kondisi kekurangan darah, anemia, atau hipoksia maka akan lebih banyak diproduksi eritropoietin untuk memperbanyak produksi sel darah merah.
2.      Pengaturan jumlah dan konsentrasi elektrolit pada cairan ekstrasel, seperti natrium,klorida, bikarbonat, kalsium, magnesium, fosfat dan hidrogen konsetrasi elektrolit ini memepengaruhi pergerakan cairan intrasel dan ekstarasel. Bila terjadi pemasukan dan kehilangan ion-ion tersebut, maka ginjal akan meningkatkan atau mengurangi sekresi ion-ion penting tersebut.
3.      Membantu mempertahankan keseimbangan asa basa (pH) darah. Pengendalian asam basa darah oleh ginjal dilakukan dengan sekresi urine asam atau basa melalui pengeluaran ion hidrogen atau bikarbonat dalam urine.
4.      Pengaturan tekanan darah. Ginjal berepran dalam pengaturan tekanan darah dengan menyekresi enzim renin yang mengaktifkan jalur renin-angiotensin dan mengakibatkan perubahan vasokonstriksi atau vasodilatasi pembulu darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah atau menurnkan tekanan darah.
5.      Pengeluaran dan pembersih hasil metabolisme tubuh, seperti urea, asam urat, dan kreatinin yang jika tidak dikeluarkan dapat bersifat toksik khususnya pada otak
6.      Pengeluaran komponen-komponen asing seperti pengeluaran obat, pestisida, dan zat-zat berbahaya lainnya

Berdasarkan fungsi-fungsi di atas, ginjal melakukan 3 fungsi mekanik, yaitu filtrasi, reabsorpsi tubular, dan sekresi tubular.
1.      Filtrasi glomerular
Filtrasi plasma terjadi pada glomerulus di nefron, merupakan langkah pertama produksi urine. Ultrafiltasi terjadi di mana plasma menembus barier dari membran endothelium glomerulus kemudian hasilnya masuk ke dalam ruang intrakapsul Bowman. Normalnya sekitar 20% atau sekitar 180 liter per hari plasma masuk ke glomerulus untuk difiltrasi. Rata-rata 178,5 liter direabsorpsi kembali dan hanya 1-2 liter yang diekskresi menjadi urine. Filtrasi glomerulus terjadi akibat perbedaan tekanan filtrasi dengan tekanan yang melawan filtrasi atau disebut tekanan filtrasi efektif. Ada tiga tekanan yang terjadi dalam proses filtrasi, yaitu : tekanan darah kapiler glomerulus atau tekanan hidrostatik kapiler glomerulus, tekanan osmotik koloid plasma, dan tekanan hidrostatik kapsula  Bowman.
a.       Tekanan darah kapiler glomerulus, merupakan tekanan yang cenderung mendorong, tekanan ini tergantung dari kontraksi atau kerja jantung dan resistansi dari arteriola aferen dan arteriola eferen. Besarnya tekanan ini sekitar 50 mmHg.
b.      Tekanan osmotik koloid  plasma, tekanan ini terjadi karena protein plasma yang cenderung menarik air dan garam-garam ke dalam pembuluh darah kapiler. Tekanan ini bersifat melawan filtrasi, besarnya sekitar 30 mmHg.
c.       Tekanan hidrostatif kapsula Bowman, yaitu tekanan yang terjadi karena adanya cairan pada kapsula Bowman yang cenderung melawan filtrasi, besarnya sekitar 5 mmHg.
Dengan demikian, kekuatan filtrasi/tekanan filtrasi efektif adalah kekuatan mendorong dimana tekanan darah kapiler glomerulus dikurangi dua kekuatan yang melawan filtrasi, yaitu tekanan osmotik koloid dan tekanan hidrostatik kapsula Bowman sehingga besarnya 50 mmHg – (30 mmHg + 5 mmHg) = 15 mmHg.
Tidak semua zat dapat difeltrasi oleh glomerulus, misalnya sel darah dan protein. Oleh karena ukurannya yang besar, membrane filtrasi hanya dapat dilalui oleh plasma, garam-garam, glukosa, dan molekul-molekul kecil lainnya. Besarnya volume plasma yang difiltrasi oleh glomerulus per menit pada semua nefron disebut laju glomerular (LFG) atau glomerular filtration rate (GFR), Titik besarnya LFG pada laki-laki 125 mm/menit atau 180 liter per 24 jam, sedangkan pada wanita sekitar 110 ml/menit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi LFG diantaranya sebagai berikut :
a.       Tekanan filtrasi efektif. Makin besar tekanan yang dihasilkan makin besar pula LFG-nya. Tekanan filtasi efektif dipengaruhi oleh adanya autoregulasi dari ginjal termasuk karena stimulasi saraf simpatis yang mempengaruhi konstriksi anteriola aferen dan eferen, adanya obstruksi aliran urine, serta menurunnya protein plasma.
b.      Permeabilitas dari glomerulus. Normalnya membran glomerulus sangat permeable sehingga filtrasi cepat terjadi. Pada kondisi tertentu, seperti pada penyakit ginjal dapat meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga meningkat LFG.
Pengukuran LFG sangat penting dalam mengestimasi pembersihan zat-zat, baik yang dikeluarkan maupun  yang direabsorpsi di dalam nefron. Kemampuan ginjal untuk bersihan zat dari plasma selama 1 menit disebut renal clearance. Dalam pengukuran ini, jumlah dari suatu zat di dalam urine yang disekresikan dalam jangka waktu tertentu dikaitkan dengan kadar dalam plasma digambar sebagai persamaan:
Clearance = kadar dalam zat urine dikalikan volume urine dalam milliliter
                    yang diekresikan per menit dibagi kadar zat dalam plasma.
atau C
C = Clearance
U = Kadar zat dalam urine
V = Volume urine (ml) yang disekresi per menit
P = Kadar zat dalam plasma
      Zat yang paling penting untuk disekresi adalah kreatinin karena bersihan kreatinin merupakan acuan dalam fungsi renal clearance. Filtrasi kreatinin tergantung dari LFG dan konsertrasi kreatinin dalam plasma (P)  dalam mg/ml atau filtrasi kreatinin = LFG x P. Sementara itu, ekskresi kreatinin merupakan jumlah kreatinin yang dikeluarkan, tergantung dari laju aliran urine (V) dalam ml/menit dan konsentrasi kreatinin di urine dalam mg/ml atau sekresi kreatinin = U x V.
      Kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatinin fosfat dalam jaringan otot, normalnya dikeluarkan melalui urine. Kreatinin masuk dan filtarasi oleh gloumerulus dan tidak di reabsorpasi dalam jumlah yang signifikan. Dengan memonitorkan kreatinin darah dan jumlah yang disekreasi melalui urine selama 24 jam  LFG dapat diestimasi.
                                                      
2.      Reabsorpsi tubular
Dari 180 liter per hari plasma yang difiltrasi, tidak semuanya dikeluarkan dalam bentuk urine. Lebih banyak yang diserap kembali atau reabsorpsi dalam tubulus ginjal terutama zat-zat atau material yang penting bagi tubuh dan hanya 1-2 liter yang dikeluarkan dalam bentuk urine. Material yang reabsorpsi masuk kembali ke darah melalui kapiler peritubular. Persentase dari subtansi yang reabsorpsi dan disekresi adalah sebagai berikut.
Tabel Persentase Substansi yang Direabsorpsi dan Disekresi Ginjal
Substansi
Reabsorpsi
( % rata-rata)
Sekresi
( % rata-rata )
Air
99
1
Sodium
99,5
0,5
Glukosa
100
0
Urea
50
50

Reabsorpsi sebagian besar terjadi di tubulus proksimal ( 75 % ) selebihnya terjadi di ansa Henle, tubulus distal, dan duktus koligentes. Proses reabsorpsi dilakulkan melalui transfer pasif dan transfer aktif. Transfer pasif adalah pergerakan zat atau material melalui gradien kimia dan listrik. Pergerakan pasif terjadi dari area dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Misalnya reabsorpsi pasif adalah air pada tubulus distal, air, dan urea dengan bantuan ADH di duktus koligen, urea, air, serta klor pada tubulus proksimal. Transpor akltif terjadi dengan membutuhkan energi ATP, misalnya reabsorpsi natrium, kalium, klor pada tubulus konturtus distal dan duktus koligen, transfer glukosa, asam amino, natrium, kalium, fosfat, sulfat, dan vitamin C terjadi pada tubulus kontortus proksimal.
3.      Sekresi tubular
Sekresi tubular adalah kebalikan dari reabsorpsi, merupakan proses aktif yang memmindahan zat keluar kapiler peritubular melewati epitel sel-sel tubular masuk ke lumen nefron untuk dikeluarkan dalam urine.
Subtansi penting disekresi oleh tubulus adalah hidrogen, kalium, anion dan kation organik, serta benda-benda asing dalam tubuh. Sekresi ion hidrogen penting dalam keseimbangan asam basa karena pengeluaran ion hidrogen tergantung dari keasaman cairan tubuh. Ketika cairan tubuh asam, maka sekresi hidrogen meningkat, demikian sebaliknya. Sekresi kaliaum terjadi di tubulus distal dan duktus koligen, sedangkan sekresi anion dan kation organik, termasuk polutan lingkungan dan obat-obatan terjadi pada tubulus kontortus proksimal.

C.     Ureter
Ureter merupakan saluran yang berbentuk tabung dari ginjal ke kandung kemih, panjangnya 25 – 30 cm dengan diameter 6 mm. Berjalan mulai dari pelvis renal setinggi lumbal ke-2. Posisi ureter miring dan menyempit di tiga titik, yaitu : di titik asal ureter pada pelvis ginjal, titik saat melewati pinggiran pelvis, dan titik penemuan dengan kandung kemih. Posisi miring dan adanya penyempitan ini dapat mencegah terjadinya refleks aliran urine. Ada tiga lapisan jaringan pada ureter, yaitu pada bagian dalam adalah epitel mukosa, bagian tengah lapisan otot polos, dan bagian luar lapisan fibrosa. Ureter berperan aktif dalam transpor urine. Urine mengalir dari pelvis ginjal melalui ureter dengan gerakan peristaltiknya. Adanya ketegangan pada ureter menstimulasi terjadinya konstraksi dimana urine akan masuk ke kandung kemih. Rangsangan saraf simpatis dan parasimpatis juga mengontrol kontraksi ureter mengalirkan urine.
D.    Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan organ berongga dan berotot yang berfungsi menampung urine sebelum dikeluarkan melalui uretra. Kandung kemih terletak pada rongga pelvis. Pada laki-laki, kandung kemih berada di belakang simfisis pubis dan di depan rektum, sedangkan pada wanita kandung kemih berada di bawah uterus dan di depan vagina. Dinding kandung kemih memiliki 4 lapisan jaringan. Lapsan paling dalam adalah lapisan mukosa yang menghasilkan mukus, kemudian lapisan submukosa, lapisan otot polos yang satu sama lain membentuk sudut atau disebut otot detrusor, lapisan paling luar adalah serosa.
Pada dasar kandung kemih terdapat area segitiga yang disebut trigone yang di dalamnya terdapat 3 muara, yaitu 2 muara ureter dan 1 muara uretra. Pada daerah puncak trigone terdapat leher kandung kemih yang berhubungan dengan muara uretra yang di sekelilingnya terdapat sfinger uretra interna. Sfinger uretra interna bersifat involunter, dirangsang oleh adanya urine yang masuk ke kandung kemih.
Kandung kemih dipersarafi oleh serabut postganglionik dari pleksus ganglia hipogastrik dengan saraf parasimpatis dari ganglia yang merupakan cabang dari nervus pelvikus. Saraf pelvikus berhubungan dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis terutama pada segmen S-2 dan S-3. Pada bagian sfingter eksterna dipersarafi oleh nervus pudendal yang merupakan serat saraf somatik dan mengontrol otot lurik pada sfingter.
Fungsi utama  dari kandung kemih adalah menampung urine dari uretra dan kemudian dikeluarkan melalui uretra. Kapasitas maksimum dari kandung kemih pada orang dewasa sekitar 300-450 ml dan anak-anak antara 50-200  ml. Pada keadaan penuh akan memberikan rangsangan pada saraf aferen ke pusat miksi sehingga terjadi kontraksi otot detrusor yang mendorong terbukanya leher kandung kemih sehingga terjadi proses miksinya
E.     Uretra
Uretra memanjang dari leher kandung kemih sampai ke meatus. Pada wanita panjangnya sekitar 4 cm, lokasinya antara klitoris dengan liang vagina. Panjang uretra pada laki-laki sekitar 20 cm, terbagi atas 3 bagian: prostatic uretra yang panjangnya sekitar 3 cm, terletak di bawah leher kandung kemih sampai kelenjar prostat,bagian kedua adalah membranasea uretra yang panjangnya 1-2 cm yang di sekitarnya terdapat sfingter uretra eksterna, dan pada abagian akhir adalah kavernus atau panile uretra yang panjangnya sekitar 15 cm memanjang dari penis sampai orifisium uretra.
Fungsi dari uretra adalah menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar. Adanya sfingter uretra interna yang dikontrol secara involunter memungkinkan urine dapat keluar serta sfingter uretra eksterna memungkinkan pengeluaran urine dapat dikontrol. Di samping untuk pengeluaran urine, pada laki-laki uretra juga tempat pengeluaran sperma pada saat ejakulasi.
     2.3  Proses Berkemih
Urine diproduksi oelh ginjal 1 ml/menit, tetapi dapat bervariasi antara 0,5-2 ml/ menit. Aliran urine masuk ke kandung kemih dikontiol oleh gelombang peristaltik yang terjadi setiap 10-150 deyik. Aktivitas saraf parasimparis meningkatkan frekuensi.banyak nya aliran urine pada uretra diperngaruhi oleh adanya refleks urettrorenal. Refleks ini diaktifkan oleh adanya obstruksi karna konstriksi uretra dan juga konstriksi arterior aferen yang berakibat pada penurunan produksi urine, demikian juga pada obstruksi ureter karna batu uretra.
Kandunng kemih berparsarafi oleh saraf dari pelvis, baik sensoris maupun motorik. Pengaktifan saraf parasimpatiss menyebabkan kontraksi dari otot detrusor. Normalnya, sfinger interna pada leher kandung kemih berkontraksi dan akan relaksi ketika otot kandung kemih berkontraksi. Sementra iitu, sfinge eksterna dikontrol berdasarkan kesadaran (volunter) dan dipersarafi oleh nervus pundedal yang merupakan saraf somatik.
Refleks berkemih dimulsiketika terjadi pengisian lkandung kemih. Jika ada 30-50 ml urine, maka terjadi peningkatan tekanan pada dinding kandung kemih. Makin banyakn urine yang terkkumpul, makin besar pula tekanannya, peningkatan tekanan akan menimbulkan refleks peregangan oleh resptor regang sensoris pada dinding kandung kemih kemudian dihantarkan ke medula spinalis segmen sakrilsmelalui nervus pelvikus dan kemudian dihantarkan ke medulaspinalis segmen sakralis melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung kemih untuk menstimulasi otot detrusor untuk berkonstraksi.
Siklus ini terus berlubang sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat, kemudian refleks akan melemahkan dan menghilang sehingga refleks berekemih berhenti, hal ini menyebabkan kandung kemih berleksasi. Sementara itu, jika terjadi kontraksi yang kuat, maka akan menstimulasi nervus pudendal ke sfingter eksternus untuk menghambatnya. Jika penghambatan sinyal konstriktor volunter ke sfinger ekstern di otak kuat, maka terjadilah proses berkemih.
Proses berkemih juga dikontrol oleh saraf pusat, ketika terjadi rangsangan peregangan pada diding otot detrusor akibat adanya pengisian urine dikadung kemih melalui serat saraf sensoris di nervus pelvis stimulus tersebut dihantarkan ke hipotalamus, dari hipotamalus kemudian dihantarkan ke korteks serbri, selanjutnya korteks serebri merespons dengan mengirimkan sinyal ke sfinger interna dan eksterna untuk refleksasi sehingga pengeluaran urine terjadi terjadi, proses berkemih juga difasilitasi oleh kontrakasi dinding abdomen dengan meningkatkan tekanan dalam kandung kemih sehingga mengakibtkan urine masuk ke leher kanndung kemih dan menimbulkan refleks berkemih. Tidak semua urine dapat dikelurkan dalam berkemih. Masih dapat terisi urine residu sekitar 10 Ml.

2.4    Karakteristik  dan komposisi urine
1.      Karakteristik urine.
Urine normal mempunyai karakteristiksebagi berikut
a.       Volume. Pada orang dewasa rat-rata urine yang dikeluarkan setiap berkemih sekitar 250-400 ml, tergantung dari intake dan kehilangan cairan jika pengeluaran urine kurang dari 30ml/jam, kemungkinan terjadi gangguan fungsi ginjal.
b.      Warna, urine noemal warnanya kekuning-kuningan jernih, warna ini terjadi akibat adanyan urobilin, warna lain seperti kuning gelap atau kuning coklat dapat terjadi pada dihidrasi, obat-obatan juga dapat mengubah warna urine seperti warna merah atau orange gelap
c.       Baru bervariasi tergantung komposisi. Bau urine yang menyengat atau memusingkan timbul karna urine mengandung amonia.
d.      Kadar pH sedikit asam antara 4,5-8 atau rata-rat 6,0 namun demikian, pH dipengaruhi oleh intake makanan, misalnya urine vegetatian menjadi seidkit basa
e.       Berat jenis 1.003-1.030
f.       Komposisi air 93-97%
g.      Osmolariras  ( konsentrasi osmotik ) 85-1.335 mOam/liter.
h.      Bakteri tidak ada
2.      Komposisi urine
Lebih dari 99% dari 180 liter difiltrassi oleh glomerulus dan kemudain direabsorpsi kembali dlam darah komposisi dan konsentrasi urine sesungguhnya menggambarkan kemampuan dari aktivitas filtrasi, absorpsi, dan sekresi nefron,
      Urine mempunyai komposisi di antarannya adalah sebagai berikut.
a.       Zat buangan nitrogen seperti urea yang merupakan hasil deaminasi asam amino oleh hati dan ginjal; kreatinin yang merupakan pemecahan keratin fosfat dalam otot rangka; amino yang merupakan pemecahan deaminasi olehh hati dan ginjal; asam urat merupakan pemecahan daari hemoglobin
b.      Hasil nutrien metabolisme seperti karbohidrat, keton, lemak, dan asam amino
c.       Ion-ion seperti natrium, klorida, klaium, kalsium, dan magnesium
   Zat-zat yang dikeluarkan bersama urine merupakan bahan-bahan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh bahkan dapat bersifat racun. Sementara bahan-bahan yang difiltrasi oleh glomerolus, tetapi masih digunakan kembali oleh tubuh akan direabsorpsi sehingga tidak disekresi

2.5  Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
1.      Pertumbuhan dan perkembangan.
Usia dan berat badnaa dapat memepengaruhi jumlah pengeluaran urine. Pada usia lanjut, volume kandung kemih berkurang; demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi berkemih juga akan lebih sering.
2.      Soiskultural
Buaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat miski pada tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miski pada lokasi terbuka
3.      Psikologis
Peada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulusi berkemih sehingga miksi akan lebih sering, walaupun jumlahnya lebih sedikit
4.      kebiasaan seseorang
misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet sehingga ia tidak dapat berkemih dengan menggunakan pot urine
5.      tonus ototeliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga akan berkurang
6.      intake cairan dan makanan
alkohol menghambat antidiurectic hormone (ADH) untuk meningatkan pembuangan urine. Kopi, teh, coklat, dan cola yang menandung kafein dapat meningkatkan pembuangan dan eksresi urine
7.      kondisi penyakit
beberapa contoh kondisi penyakit yang dapat mempengaaruhi eliminsai urine adalah pasien demam, peradangan dan iritasi pada organ kemih, infrak miokrad, serta gagal jantung. Pada pasien dalam demam akan terjadi penurunan produksi urine karna banyak cairan yang dikeluarkan melali kulit, peradanagan dan iritasi pda organ kemih akan meninmbulkan retensi urine, serta keadaaan pasien infrak miokard dengan pembatasan aktivitas akan mempengaruhi pola eliminasi pasien. Demikian juga pada pada pasien dengan gagal jantung denngan pembatasan cairan, pola dan eliminasi urine pasien juga dapat terganggu.
8.      Pembedahan
Peggunaan anestesti menurunkanfiltrasi glomerulus sehingga produksi urine akan menurun
9.      Pengobatan
Penggunaan diuretik meningkatkan output urine, antikolinergik, an antihipertensi menimbulkan retensi
10.  Pemeriksaan diagnostik
Pieolgram intravena dimana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk mengurangi output urine. Sitoskop dapat menimbulkan edema lokal pada uretra dan spasme pada sfinger kandung kemih sehingga dapat menimbulkan urine
11.  Trauma persarafan
Pasien dengan trauma spinalis dapat menimbulkan kerusakan saraf terutama pada daerah lumbal yang mempersarafi kandung kemih sehingga kontrol eleminasi urine juga terganggu. Pada pasien dapat mengalami retensi urine karea otot detrusor kandung kemih kehilangan kemampuan untuk berkontraksi sehingga pengeluaran urine juga akan terganggu


2.6  Masalah-masalah eliminasi urine
1.      Retensi urine
Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih dan ketidak mampuan kandung kemih untuk mengeluarkan urine. Retensi urien menyababkan distensi kandung kemih, dimana urine yang terdapat dalam kantung kemih melebihi 400 ml. Normalnyaa adalah 250-400 ml. Retensi urine dapat disebabkan karna ketidakmampuan kontrol sisstem persarafan dalam menstimulasi kemauan untuk eliminasi urine, misalnya pada trauma medula spinalis. Retensi urine juga dapat disebabkan karna obstruksi saluran kemih, seperti adanya batu saluran kemih, hipertrofi prostat, maupu striktur uretra.
2.      Inkontinensia urine.
Adalah ketidakmampuan otot sfinger eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Ada dua jenis inkontinensia, yaitu pertama, inkontinensia stres, yaitu stres yang terjadi pada saat tekanan intraabdomen meningakat seperti pada saat batuk atau tertawa; kedua, inkontinensia urgensi, yaitu inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin berkemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme kandunng kemih
3.      Enursis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan  ketidakmampuan untuk mengendalikan sfinger ekster a. Biasanya terjadi pada anak-anak atau pada orang jompo
4.      Perubahan pola berkemih
1.      Ferkuensi: meningkatkan ferkuensi berkemih tanpa intake cairan yang meningatkan, biasanya terjadi pada sistitis, stres, dan wanita hamil
2.      Urgensi: perasaan ingi segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karna kemampuan sfinger untuk mengontrol berkurang
3.      Disuria: rasa sakit dan kesulitan dalm berkemih, misalnya pada infeksi saluan kemih, trauma, dan striktut uretra
4.      Poliuria (diuresis): produksi urine melebihi normal tanpa peningkatan intake cairan, misalnya pada pasien diabetes melitus
5.      Urinary suppression: keadan dimana ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-tiba
6.      Anuria : keadaan dimana ginjal tidak mampu memeproduksi ginjal urine secara optimal, produksi urine kurang dari 100 ml/ 24 jam. Keadaan ini merupakan tanda gagal ginjal
7.      Oliguria: merupakan keadaan dimana produksi urine kurang dari 30 ml/jam atau berkisar antara 100-500 ml/24 jam
8.      Nokturia: miksi yang sering terjadi pada malah hari, hal ini merupakan perubahan pola eliminasi. Penyebab nokturia karna faktor usia, stres, penyakit tertentu, dan pengobatan. Faktor lai  adalah faktor fisiologis, psikologis, dan lingkungan. Pasien dengan kehamilan dan usia diatas 50 tahun sering terjadi nokturia
2.7 Asuhan Keperawatan
A.    Pengkajian
1.      Riwayat keperawatan
a.       Pola berkemih pasien
b.      Gejala dari perubahan berkemih dan sejak kapan, lamanya
c.       Faktor yang memengaruhi berkemih dan usaha yang dilakukan selama mengalami masalah eliminasi urine
2.      Pemerikasaan fisik
a.       Penampilan umum psien ekspresi wajah, pasien gelisah, atau menahan sakit
b.      Keadaan kulit
Kulit kering, mukosa mulut kering turgor kulit kering, lidah menjadi kering tanda kekurangan cairan. Kulit berkeringat, basah dapat disebabkan karna pasienmenahan nyeri saaat berkemih. Kaji adanya edema atau asites mungkin dapat terjadi
c.       Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembulu darah vena, distensi kandung kemih, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tandeerness, dan bising usus

d.      Genitalia wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adnya sekret dari meatus, dan keadaan atrofi jaringan vagina
e.       Genitalia laki-laki
Kebersihan, adanya lesi, tenderness, dan adanya pembesaran skrotum
3.      Intake dan output cairan
a.       Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24jam)
b.      Kebiasan minum dirumah
c.       Intake; cairan infus, oral, makanan, NGT
d.      Kaji perubahan volume urine untuknmengetahui ketidakseimbangan cairan
e.       Output urine dari urine dan urinal, kantong urine, drainase ureterostomi , dan sitostomi
f.       Karakteristik urine: warna, kejernihan, bau, dan kepekatan
4.      Pemeriksaan diagnostik
a.       Pemeriksaan urine (urinalis):
1)      Warna (normalnya jernih kekuningan)
2)      Penampilan (normalnya jernih)
3)      Bau (normalnya beraroma)
4)      pH ( normalnya 4,5-8,0)
5)      berat jenis (normalnya 1,005-1,030)
6)      glukosa (normalnya negatif)
7)      keton ( normalnya negatif)
b.      kultur urine (N: kuman patogen negatif)

B.     Diagnosis Keperawat dan Intervensi
1.      gangguan eliminasi urine: inkontinensia (NANDA, 2015-2014)
definisi: kondisi di mana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran urine (NANDA,2013
kemungkinana berhubungan dengan :
a.       gangguan neuromuskular
b.      spasme kandung kemih
c.       trauma pelvis
d.      infeks saluran kemih
e.       trauma medula spinalis
 Kemungkinan data yang ditemukan:
a.       inkontinensia
b.      keinginan berkemih yang segera
c.       sering ke toilet
d.      menghindari minum
e.       spasme kandung kemih
f.       setiap berkemih kurag dari 100 ml atau lebih dari 550 ml
Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut.
a.       Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam
b.      Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine
c.       Klien berkemih dalam keadaan rileks
 BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Dalam bab ini menjelaskan ringkasan Asuhan Keperawatan yang dilakukan kepada Tn. D dengan diagnosa medis Infeksi Saluran Kemih, yang dilaksanakan pada tanggal 7-9 Desember 2015. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
A.    Pengkajian Keperawatan
Dalam melakukan pengkajian, penulis mendapatkan data dari klien, dan keluarga klien, catatan medis, perawat Ruangan dengan melakukan wawancara dan observasi . pengkajian dilakukan pada tanggal 7 sampai 9Desember 2015 pada Tn.D dengan diagnosa medis”Infeksi saluran Kemih” di Ruang Anggrek Rumah Sakit Sukmul Sisma Medika  Jakarta Utara.
Klien bernama Tn.D  berusia tiga puluh empat tahun (34 tahun), jenis kelamin laki-laki, sudah menikah BB 65 kg, masuk Rumah Sakit Sukmul Sisma Medika pada tanggal 7 Desember  2015 13.00 WIB ditempat di Ruang Anggrek pada kamar No 218. No Rekam Medis klien 64-84-86 dengan diagnosa medis klien adalah “Infeksi Saluran Kemih” pendidikan tamat SMA, pekerjaan karyawan swasta , pasien beragama Islam  suku bangsa Indonesia, alamat rumah Jl. Bahari No.24 RT.002/RW.006, sumber biaya BPJS.

Resume Kasus :
               
Tn.D 34 tahun masuk ke Rs Sukmul melalui UGD pada tanggal 5 Desember 2015 dan klien di diagnosa oleh dokter dengan diagnosa medis Infeksi saluran kemih, klien mengatakan nyeri pada saaat buang air kecil dan panas , klien mengatakan nyeri perut bagian kiri bawah seperti ditusuk-tusuk dua hari yang lalu, klien mengatakan makannya 3x/hari, klien mengatakan nafsu makannya baik. Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil, bising usus 8x/menit, kesadarannya CM, Gcs 15, klien tampak pucat, klien tampak lesu, tugor kulit elastis/baik, mata normal, klien tampak memengangi perutnya, konjungtiva normal/merah muda, membra mukosa normal, klien turun 3kg dari 68kg menjadi 65kg, klien tampak dibantu oleh keluarga ketika bangun dari tempat tidur, klien tampak lemas, klien terpasang infuse RL 28 tpm, kemudian tanggal 7 Desember 2015 didapatkan hasil lab : HB 13 gr/dl, Ht 38%, LED 15 menit perjam, leokosit 7.900 ribu/ul, trambosit 256.000 ribu/ul, Na 127 MEG/L, K 2,9 MEG/L dan CP 72MEG/L . transferin 12 mg/100ml, albumin 3mg/100ml, klien mendapatkan terapi obat ceftriaxon 2x2gr.
 TTV klien : TD : 120/80 mmHg               S : 36,5C
                  N  : 80x/menit
                  RR : 20x/menit

Hasil laboratorium Hemaglobin 13 gr/dl (normal 14 g/dl), Hematokrit 38 vol%(normal 42 vol%) leukosit 7.900/ul(normal 8000-10.000/ul), Trombosit 256.000/ul(normal 150-450/ul). Dari data tersebut, maka ditemukan masalah keperawatan : Gangguan pola eliminasi BAK : Infeksi Saluran kemih. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan intervensi dan implementasi keperawatan kaji frekuensi dan konsistensi BAK, kaji skala nyeri, observasi tanda-tanda vital, berkaloborasi dengan tim medis/dokter dalam pemberian obat ceftriaxon 2x2gr.

Genogram
                                                                                                                      
 











Keterangan :
                 : laki – laki
                 : perempuan                                                     
---------      : Tinggal dalam satu rumah           
                 : Meninggal laki-laki
                 : Meninggal Perempuan
                 : Garis keturunan
                 : Garis pernikahan
                 : Klien

Tn.D  mengatakan orang yang terdekat adalah istri, interaksi dalam keluarga terbuka dan dapat mengambil keputusan dengan musyawarah, dampak penyakit klien terhadap keluarga yaitu terjadi perubahan di dalam keluarga, istri yang mencari nafkah untuk keluarga. Masalah yang mempengaruhi klien adalah tentang kesehatan dan kesembuhannya.Mekanisme koping terhadap masalah yang dialami klien yaitu pemecahan masalah, klien ingin segera sembuh dan cepat pulang, perubahan yang dirasakan klien setelah jatuh sakit adalah berat badan klien menurun. Klien tidak  mempunyai nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan . Aktivitas keagamaan/kepercayaan yang dilakukan klien adalah sholat lima waktu. Kondisi lingkungan rumah klien tidak ada, sekitar rumah bersih.
Pola kebiasaan sebelum sakit :
Pola Nutrisi Ny. D makan 3x/hari nafsu makan klien baik, klien tidak mempunyai alergi, klien tidak mempunyai jenis makanan yg tidak disukai, pola eliminas Tn.D  buang air kecil 5 kali sehari dengan warna kuning jernih tidak ada keluhan. Buang air besar1kali sehari, waktu tidak tentu warna kuning kosistensi padat dan tidak ada keluhan. Pola perawatan diri  Tn.D mandi 2 kali sehari waktu pagi dan sore, oral hygiene 3 kali sehari dengan menggunakan odol pada waktu pagi, siang dan sore, dan cuci rambut 2 kali sehari pada waktu pagi dan sore hari, pola istirahat dan tidur Tn. D lama tidur malam 8jam/hari sebelum tidur berdo’a pola aktivitas dan latihan klien sehari-hari klien hanya didalam ruangan, klien tidak melakukan olahraga.
Pola kebiasaan di Rumah sakit :
Pola nutrisi di Rumah Sakit frekuensi makan klien 3x/sehari, nafsu makan klien baik, klien selalu menghabiskan satu porsi yang disediakan di Rumah sakit, klien tidak mempunyai jenis makanan yg tidak disukai, makanan yang membuat alergi tidak ada, makan pantangan, makan diet, serta penggunaan obat sebelum makan tidak menggunakan alat bantu seperti Nasso Gastric Tube (NGT) dan lain-lainnya, pola eliminasi frekuensi buang air kecil 3-4x/hari, warna merah, ada keluhan terasa nyeri pada saat buang air kecil dan pada saat buang air kecil dilakukan menggunakan kateter di Rumah sakit, pola buang air besar frekuensi 1x/hari, warna coklat, konsistensi padat, tidak ada keluahan saat beraktivitas buang air besar secara mandiri, pola perawatan diri selama di Rumah sakit klien mandi 1x/hari, oral hygiene 2x/hari pada saat pagi dan sore hari, dan selama klien masuk Rumah sakit pernah mencuci rambut, pola istirahat dan tidur di Rumah sakit Tn.D tidur siang  ± 1 jam dan pada malam hari klien tidur selama ±6 jam, dan kebiasaan klien sebelum tidur adalah berdo’a. pola aktivitas dan latihan di Rumah sakit klien tidak bekerja dan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya.
Sistem penglihatan posisi mata klien simetris kelopak mata dan pergerakan bola mata normal, konjungtiva normal/merah muda, kornea normal dan sklera Anikterik, pupil Anisokor, otot mata normal. Fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda peradangan, klien tidak memakai kaca mata dan tidak memakai kontak lensa, reaksi terhadap cahaya baik.
Sistem pendengaran daun telinga klien normal, kondisi telinga tengah normal tidak ada cairan ditelinga dan klien tidak mengalami tinitus, klien tidak merasa penuh pada telinga, fungsi pendengaran klien baik danklien tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Sistem wicara tidak ditemukan pada klien gangguan wicara
Sistem pernapasan membaik tetapi tidak ada sumbatan atau secret, suara nafas diauskultasi terdengar vesikuler pada paru-paru kiri/kanan, pernapasan klien 20x/menit .dengan irama teratur dan klien tidak menggunakan alat bantu napas oksigen (O2).
Sistem kardiovaskuler sirkulasi perifer nadi klien 80x/menit teratur, tekanan darah 120/80 mmHg. Distensi vena jugularis  tidak ada pada leher kanan dan kiri, temperatur kulit klien dipalpasi hangat, warna kulit kemerahan, pengisisan kapiler 3 detik dan tidak ada edema, sirkulasi jantung kecepatan denyut nadi apical 80x/menit dan irama teratur,  klien tidak mempunyai kelainan bunyi jantung murmur, serta tidak mempunyai sakit dada setelah.
Sistem hematologi gangguan hematologi : Hb : 13 gr/dl ht : 38 vol%, leukosit : 7.900 ribu/ul, eritrosit : 3,90juta/ul, trombosit : 256.000 ribu/ul .
Sistem syaraf  pusat klien  tidak mempunyai keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran composmentis, Glaslow Coma scale (E = 4 M= 5, V= 6). Tidak ada peningkatan tekanan intra kranial.Klien tidak mempunyai gangguan sistem persyarafan.
Sistem pencernaan keadaan mulut : gigi klien caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah tampak bersih, dan salifa normal.
Sistem endokrin klien tidak mengalami pembesaran kelenjar tiroid, napas klien tidak berbau keton, tidak ada polidipsi, poliuri, polipagi, dan klien tidak mempunyai luka gangrene.
Sistem integument temperature kulit klien 36,50C warna kulit kemerahan, kondisi kulit klien tidak ada edema pada ekstramitas kiri bawah dan tidak terdapat kelainan pada kulit.
Sistem muskuloskletal klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan , klien tidak mengalami seluitis pada ekstramitas paha kiri dan kondisinya bengkak/edema, klien tidak mempunyai kelainan bentuk tulang sendi dan tidak ada kelainan struktur tulang belakang.
a.      Data penunjang
Hasil laboratorium : pada tanggal 7 Desember 2015
Pemeriksaan                    hasil                            Nilai Normal
Hemaglobin                       13gr/dl                         p: 13-16, w: 12-14
Leukosit                            7.900/ul                       5000-10.000
LED                                  15mm/jam                   p: 0-15, w: 0-20
Hematokrit                        38%                             p: 45-55, w:40-50
Trombosit                          256.00/ul                     150.000-400.00
Eritrosit                             3,90 juta/ul                  4,00-5,00
Basofil                               0%                               0-1
Limfosit                            23                                20-40
Monosit                             6                                  2-8
b.      Penatalaksanaan
Infus RL 20 tetes/menit
Antibiotik Ceftriaxon 2x2gr
c. Data focus
1. Data subjektif
klien mengatakan terasa nyeri pada saat buang air kecil dan panas, klien mengatakan nyeri perut bagian kiri bawah seperti ditusuk-tusuk dua hari yang lalu dengan skala nyeri 6, klien mengatakan nafsu makan baik , klien mengatakan lemas, klien mengatakan lesu dan tidak beraktifitas secara mandiri, klien mengatakan perlu dibantu ketika bangun ditempat tidurnya.
2. Data objektif
Bising usus 8x/menit, tugor kulit elastis/baik, mata normal, konjungtiva normal/merah muda, kulit tampak kemerahan, klien tampak lemas dan lesu, klien tampak memegangi perut, BB turun perkilo gram dari 68-65 kg, klien tampak dibantu oleh keluarga ketika bangun dari tempat tidur, klien terpasang infus RL 20 tpm, hasil TTV k/ : suhu : 36,5C, nadi : 80x/menit, TD : 120/80 mmhg, RR : 20x/menit, data lab tanggal 7 Desember 2015 Hb : 13 gr/dl, Ht 38%, LED 15mm/jam, leukosit 7.900 ribu/ul, trombosit 256.000 ribu/ul, transferrin 12mg/100ml, albumin 3mg/100ml, Na 127 meg/l, k 2,9meg/l, cp 27 meg/l, terapi obat ceftriaxon 2x2gr.
b. Analisa Data
Nama Klien / umur  :Tn. D / 34 tahun
No. kamar / Ruangan :  218/ 2/ anggrek
Dx. Medis :Infeksi saluran kemih 



Data
Masalah
Etiologi
Ds:
-          Klien mengatakan nyeri pada saat BAK dan panas
Do:
-          tugor kulit elastis
-          mata normal
-          membrane mukosa normal
-          klien terpasang infus RL20 tpm
-          TTV klien:
Suhu: 36,5ºC
TD   : 120/80 mmHg
RR   : 20x/ menit
Nadi : 80x/ menit
-          Hasil lab tanggal 5 Desember 2015
Na : 127 mEg/L
K   : 2,9 mEg/L
CP: 72 mEg/L
Ht : 38%

Ds:
-          Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk skala nyeri 6
-          Klien mengatakan lemas
Do:
-          Bising usus 8x/menit
-          Klien tampak lemas dan lesu
-          Hasil TTV klien
Suhu: 36,5ºC
TD :120/80 mmHg
RR   : 20x/menit
Nadi: 80x/menit
-          Hasil lab tanggal 7 Desember  2015
Na: 127 mEg/L
K  : 2,9 mEg/L
CP: 72 mEg/L
Ht: 38%
-          Terapi obat
Ceftriaxone 2x2gr
Ds:
-          Klien mengatakan nafsu makan baik
-          Klien mengatakan tidak enak di perut
-          Klien mengatakan lemas
Do:
-          Konjungtiva normal
-          BB turun 3 kg dari 68 → 65 kg
-          Hasil TTV klien:
Suhu: 36,5ºC
TD: 120/80 mmHg
Nadi : 80x/ menit
RR: 20x/ menit
-          Hasil lab 7 Desember  2015
Hb: 13 gr/dl
Albumin: 3mg/100 ml
Transperin: 12mg/100ml
-          Terapi obat:
Ceftriaxone 2x2gr

Gangguan pola eliminasi urine





















Resiko tinggi infeksi

































Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Nyeri saat BAK






















Rasa panas pada saat BAK

































Intake yang tidak adekuat


C. Diagnosa Keperawatan
1.      gangguan pola eliminasi BAK : berhubungan dengan infeksi saluran perkemihan
2.      infeksi berhubungan dengan rasa panas saat BAK
3.      gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
D.    Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan
1.      Diagnosa keperawatan I
Gangguan pola eliminasi BAK : berhubungan dengan infeksi saluran perkemihan

TUJUAN:
Setelah dilakukan tindak keperawatan kepada Tn.D selama 3 x 24 jam di harapkan gangguan pola eliminasi BAKtidak terjadi
KRITERIA HASIL:
BAK4-5x/hari, Bising usus 8-12x/menit , TTV klien normal, Suhu: 36,5ºC-37ºC, Nadi: 60-80x/menit, RR: 18-20x/menit, TD: 120/80 mmHG
INTERVENSI
Mandiri:
1.      Kaji frekuensi dan konsistansi
Rasional : Mengetahui frekuensi dan konsistensi
2.      Kaji bising usus klien
Rasional : Mengetahui frekuensi bising usus
3.      Kaji TTV klien
Rasional :Mengetahui keadaan umum klien
4.      Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
Rasional :menambah frekuensi BAK klien

Hasil lab: Hb 13-16 gr/dl, Na 127 mEg/L, CP 72mEg/L. K 2,9 mEg/L terapi obat ceftriaxon 2x2gr

2.      Diagnosa keperawatan II
Infeksi berhubungan dengan rasa panas pada BAK
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindak keperawatan kepada Ny.D selama 3 x 24 jam di harapkan teratasi dengan:
KRITERIA HASIL:
BAK 4-5/ hari), Tugor kulit elastis , Klien tidak terpasang infus, TTV klien normal, Suhu 36,5ºC - 37ºC, Nadi 60- 80 x/menit, TD 120/80 mmHg, RR 18-20x/ menit, Hasil lab normal, Hb : 12-16 gr/dl, Na : 135-148 mEg/L, K : 3,5 : 5,5 mEg/L dan CP : 95-105 mEg/L ,Input dan output
INTERVENSI
Mandiri :
1.      Kaji status hidrasi: kelopak mata, tugor kulit, membrane mukosa mulut
Rasional :Mengetahui keadaan umum klien
2.      Kaji dan pantau urine normalnya 600-1600ml
Rasional :Mengetahui jumlah iwl yang di keluarkan
3.      Kaji intake dan output cairan
Rasional :Mengetahui keadaan keseimbangan cairan
4.      Monitor TTV
Rasional :Mengetahui keadaan umum klien

3.      Diagnosa keperawatan III
Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
TUHJUAN:
Setelah di lakukan tindakan keperawatan kepada Tn.D selama 3x24 jam di harapkan gangguan keseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan
KRITERIA HASIL:
Klien menghabiskan 1 porsi makanan, Konjungtiva normal, BAK klien normal
BB klien / 65-67kg ,TTV klien/ normal
Suhu 36,5 - 37ºC , TD 120/80mmhg
Nadi 60-80 x/menit , RR 18-20x/menit
Hasil Lab normal
Hb : 12 – 16 gr/dl
Aubumin : 4 – 5,5 mg / 100 ml
Transferin : 17- 25 mg/ 100 ml
INTERVENSI
Mandiri :
1.      Kaji nafsu makan kilen dan pantau nutrisi tiap hari
Rasional :Mengetahui keadekuatan masukan nutrisi klien
2.      Kaji TTV kilen
Rasional :Mengetahui keadaan umum kilen
3.      Jaga kerbersihan mulut kilen
Rasional :Mengikatkan nafsu makan kilen
4.      Sajikan makan yang mudah di cerna , dalam keadaan hangat
Rasional :Mengikatkan selera makan dan intake makanan
5.      Anjurkan klien minum sedikit tapi sering
Rasional :mengurangi rasa nyeri
6.      Atur posisi semi flower saat memberikan makanan
Rasional :Mengurangi regurgitasi
Koloborasi
7.      Monitor hasil lab , Hb , transferin, albumin
Rasional :Monitor status nutrisi
8.      Berikan obat sesuai program ceftriaxon 2x2gr
Rasional :Mengurangi rasa nyeri pada saat BAK



BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan

Dari pembahasan diatas kami dapat menarik kesimpulan bahwa kebutuhan eliminasi urinne merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa. Dimana sisitem tubuh yag berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, kandug kemih, dan uretra. Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan, melalui medulla spinalis dihantarkan ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks serebral.

Eliminasi urine merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Urine dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal, dan pencernaan. Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghassilkan urine, dua ureter yang membawa urine dari ginjal ke viska urinaria (kandung kemih), satu vesika urinaria (vu) , tempat urine dikumpulkan, dan atu uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

Faktor yang memepengaruhi eliminassi urine yaitu diet dan asupan (intake), respon keinginan awal gaya hidup, stres psikologis, tingkat perkembangan kondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang tonus otot, pengobatan, dan pemeriksaan diagnostik.

4.2  Saran
1.      Mahasiswa
a.       Mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dalam dunia kesehatan.
b.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang gangguan eliminasi urine.

2.      Pasien
Agar pasien dapat ditangani pada saat terjadi gangguan eliminasi urine.

3.      Instansi
Instansi dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung tercapainya makalah yang baik dan benar.




0 komentar:

Posting Komentar