BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kebutuhan katarak
merupakan penyebab utama kebutaan di dunia, terutama di Negara-negara berkembang
termasuk Indonesia termasuk Indonesia. Di Negara-negara berkembang kebutaan katarak merupakan masalah kesehatan masyarakat
dan masalah sosial. Hilangnya penglihatan oleh sebab apapun akan menghambat
kemampuan manusia untuk berkarya dan menikmati keindahan alam anugrah. Tuhan
Yang Maha Esa. Jelaslah bahwa kebutaan bertentangan dengan peri kemanusiaan dan
peri keadilan.
Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia.
Indonesia memiliki angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari
sekitar 234 juta penduduk, 1,5 persen atau lebih dari tiga juta orang menderita
katarak. Sebagian besar penderita katarak adalah lansia berusia 60 tahun ke
atas. Lansia yang mengalami kebutaan karena katarak tidak bisa mandiri dan
bergantung pada orang yang lebih muda untuk mengurus dirinya.
Berdasarkan survei kesehatan indera penglihatan dan
pendengaran tahun 1993-1996, menunjukkan angka kebutaan di Indonesia sebesar
1,5%, dengan penyebab utama adalah katarak (0,78%); glaukoma (0,20%); kelainan
refraksi (0,14%); dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut
usia (0,38%).
Dibandingkan dengan negara-negara di regional Asia
Tenggara, angka kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%,
India 0,7%, Thailand 0,3%). Sedangkan insiden katarak 0,1% (210.000
orang/tahun), sedangkan operasi mata yang dapat dilakukan lebih kurang 80.000
orang/ tahun. Akibatnya timbul backlog (penumpukan penderita) katarak yang
cukup tinggi. Penumpukan ini antara lain disebabkan oleh daya jangkau pelayanan
operasi yang masih rendah, kurangnya pengetahuan masyarakat, tingginya biaya
operasi, serta ketersediaan tenaga dan fasilitas pelayan kesehatan mata yang
masih terbatas.
Suatu ironi yang
trgais telah terjadi di tengah-tengah berkembangnya teknologi kedokteran antara
lain di bidang operasi katarak, masih terdapat golongan mayoritas yang berjumlah
90% dari seluruh kebutaan katarak yang belum tersentuh oleh pelayanan operasi
katarak, walaupun dengan metode yang paling sederhana sekalipun, jelasnya
paling tinggi baru 10% dari masyarakat Indonesia yang menderita buta katarak
yang tertolong.
Walaupun kebutaan
katarak tak dapat dicegah namun terjadinya kebutaan katarak dapat diperpanjang
waktunya serta buta katarak yang telah dapat ditolong sehingga tidak perlu
tidak menimbulkan suatu tragedi yang merupakan ironi dalam era pembangunan ini.
Dari hasil survey
morbiditas mata dan kebutuhan kebutaan katarak yang belum ditolong,
diperkirakan sebesar 0,76% dari eluruh penduduk atau sekitar 1.368.000 orang
saat ini. Saat mulai timbulnya katarak di Indonesia dan Negara berkembang
lainnya terjadi pada usia yang relative lebih muda yaitu pada dekade ketiga
atau keempat dari kehidupan dan masih produktif dibandingkan dengan
Negara-negara yang lebih maju yang terjadi pada dekade kelima atau keenam.
Namun sebenarnya berapapun usia buta tetap akan menjadi beban bagi individu,
keluarga dan lingkungan.
Di dalam upaya
penanggulangan kebutuhan maka pengintegrasian upaya kesehatan mata dan
pencegahan kebutuhan ke dalam kegiatan pokok Puskesmas dengan dukungan sarana
rujukannya merupakan pendekatan yang paling tepat dalam rangka meningkatkan
jangkauan pelayanan yang di dukung oleh mutu yang memadai.
Pola Penyakit Katarak Berdasarkan Golongan Umur Adalah
Sebagai Berikut :
Golongan Umur
|
Prosentase
|
1
|
0,85
|
1-4
|
0,10
|
5-9
|
0,11
|
10-14
|
0,13
|
15-19
|
0,21
|
20-24
|
0,20
|
25-29
|
0,38
|
30-34
|
0,32
|
35-39
|
0,92
|
40-44
|
3,88
|
45-49
|
10,47
|
50-54
|
17,8
|
55-59
|
29,0
|
60-64
|
44,9
|
65+
|
67,3
|
Pola Kebutaan Katarak Dua Mata Berdasarkan Golongan
Umum Adalah Sebagai Berikut :
Golongan Umur
|
Prosentase
|
5-9
|
0,08
|
10-14
|
0,07
|
15-19
|
0,05
|
20-24
|
0,06
|
25-29
|
0,0
|
30-34
|
0,0
|
35-39
|
0,0
|
40-44
|
3,0
|
45-49
|
0,75
|
50-54
|
0,9
|
55-59
|
1,73
|
60-64
|
3,95
|
65+
|
8,87
|
Jumlah Penderita Katarak Yang Telah di Operasi
Berdasarkan Golongan Umum Sebagai Berikut :
Golongan Umur
|
Prosentase
|
0-9
|
0,0
|
10-14
|
0,06
|
15-19
|
0,05
|
20-24
|
0,0
|
25-29
|
0,06
|
30-44
|
0,0
|
45-49
|
0,38
|
50-54
|
0,10
|
55-59
|
0,72
|
60-64
|
0,28
|
65+
|
2,27
|
B. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
a.
Menjelaskan definisi katarak
b.
Menjelaskan etiologi dan dan factor resiko
katarak
c.
Menjelaskan patofisiologi serta manifestasi
klinis katarak
d.
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien
dengan katarak
2.
Tujuan Khusus
a.
Pembaca dapat memahami definisi, etiologi,
factor resiko serta patofiologi katarak.
b.
Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawatan
dapat memahami asuhan keperawatan terhadap pasien katarak
c.
Perawat dapat menerapkan asuan keperawatan
yang tepat terhadap pasien dengan katarak
C. Sistematika Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini terdiri dari :
1.
Bab I :
Berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, dan Tujuan
Penulisan
2.
Bab II :
Berisi tentang Konsep Dasar, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Faktor
Resiko, Evaluasi Diagnostik, dan
Penatalaksanaan
3.
Bab III :
Berisi tentang Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi,
Implementasi dan Evaluasi
4.
Bab IV :
Berisi tentang Kesimpulan dan Saran
5.
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Mata
Bola mata berdiameter antara 2,5 cm dimana
5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata dan hanya1/6 bagianya saja yang tampak
pada bagian luar. Mata juga memiliki struktur disekitar mata yang melindungi
dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala arah. Struktur tersebut
juga melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan bahan
bahan berbahaya lainya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga
cahaya masih bisa masuk. Struktur pelindung mata tersebut terdiri dari:
1. Orbita
Orbita adalah rongga yang berbentuk piramid
dengan basis di depan dan apeks di belakang. Atap orbita dibentuk oleh pars
orbitalis ossis frontalis yang memisahkan orbita dengan fossa krani anterior
dinding lateral yang terdiri dari ossis zigomatikum dan ossis sfenoidalis.
Dasarnya dibentuk oleh fasies orbitalis maksilaris. Orbita juga merupakan
rongga bertulang yang mengandung bola mata,otot-otot,saraf,pembuluh darah,lemak
dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
2. Kelopak Mata
Kelopak Mata merupakan lipatan kulit tipis
yang melindungi mata. Kelopak Mata secara refleks segera menutup untuk
melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang. Didepan
mata ada kelopak mata , dua buah lipatan muskulofibrosa yang dapat digerakan
dapat dibuka dan di tutup untuk melindungi meratakan air mata permukaan bola
mata dan mengontrol banyaknya sinar yang masuk. Kelopak mata tersususn oleh
kulit tanpa lemak subklutis. Kelopak Mata sangat elastis dan mudah digerakan.
Hubungan antara Kelopak Mata atas dan bawah
dinamakan kantus. Pada bagian luar, kantus lateral terletak di aspek temporal
rateral mata. Bagian dalam, kantus medial mengandung puncata satu muara yang
memungkinkan air mata mengalir kebagian atas sistem lakrimal. Ronggga elips
antara kelopak mata terbuka dinamakan fisura palpebra. Sisi bawah kelopak mata
dilapisi oleh konjungtiva palfera. Suatu membran mukosa trasparan, vaskuler,
tipis yang melanjutkan diri dengan sklera anterior sampai keatas luar kornea. Posisi
kelopak mata sebagian di kontrol oleh dua saraf otak : SO III yang bertanggung
jawab untuk pembukaan kelopak mata : SO VII, untuk menutup kelopak mata. Ketika
di tutup, kedua kelopak harus temu secara penuh. Ketika terbuka, kelopak mata
atas harus terletak secara alami pada bagian atas iris, tepat diatas pupil,
tidak boleh ada betuk bulatan sabit putih sklera yang tampak diatas atau
dibawah rimkorneoskleral (timbus atau batas).
Pengedipan kelopak mata akan menyebarkan
selapis air mata pelumas dan pelembab keseluruh permukaan bola mata. Repleks
berkedip akan melindung mata dari debris atau pertikal asing. Bulu mata akan
membatu fungsi kelopak dengan mendorong keluar debu dan dbris, untuk melindungi
mata external dari cedera aksi mekanis berkedip menghasilkan gaya hisap dalam
sistem nasolakriminal atas memudahkan pengaliran air mata.
3. Bulu mata
Mata merupakan pendek yang tumuh di ujung
keelopak mata dan berpungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai
barrier ( penghalang). Kelenjar kecil menghasilkan bahan berminyak yang
mencegah penguapan air mata.
4. Kelenjar Lakrimalis
Kelenjar Lakrimaris terletak diuncak tepi
luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilakan air mata yang ecer. Air mata
mengalir dari mata ke dalam hidung melalui dua duktus lakrimaris, setiap duktus
memiliki lubang diujung kelopak mata atas dan bawah, didekat hidung. Air mata
berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang
farikal-fartikal kecil yang masuk kemata. Selai itu, mata kaya akan anti body
yang membantu mencegah terjadinya infeksi.
5. Bola Mata
Bola Mata dilapisi oleh tiga lapisan primer :
Seklera, Yuviea (yang mengandung kroid), dan Retina. Tiap lapisan mempunyai
struktur dan fungsinya sendiri ketiga lapisan tersebut berperan dalam bentuk
mata yang bulat ketiak terisi humor vitreus (subtansi seperti glatin antara
lensa dan retina).
6. Sklera
Lapisan paling luar dan kuat dinamakan sklera
bagian “putih”mata.bila sklera mengalami penipisan warnanya akan menjadi
kebiruan. Dibagian osterior sklera empunyai lubang yang dilalui saraf optiks
dan pembulu darah retina senratis. Dibagian anterior berlanjut menjadi kornea.
Permukan anterior seklera diselubungi secara longgar dengan konjungtifa, suatu
membran mukosa tipis yang mengandung sebagai kelenjar yang bertanggung jawab
untuk lapisan air mata. Konjungtifa palpebramelapisi sisi bawah kelopak mata
dan merupakan kelanjutan dari konjungtifa bulbaris yang menyelubungi seklera
anterior. Hal ini sangat menguntungkan sehingga lensa kontak mungkin “terselip”
kedalam mata. Konjungtifa berakhir pada limbus korneosklera biasanya mengandung
jaringan pembul darah yang rapat.
7. Uvea
Lapisan tengah yang mengandung pigmen adalah
traktus Uvea, yang tersusun atas koroid. Iris, dan badan silier.Koroid
merupakan lapisan vaskuler yang memberiak darah kelapisan epitel berpigmen retina
dan retina sensoris perifer. Koroid melapisi kamera posterior mata dan
membentang dari badan silir, dibagian anterior dan saraf optikus dibagian
posterior. Korid juga merupakan segmen pospolior uvea diantara retina dan
sklera. Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuu darahkoroid besar, sedang dan
kecil. Semakin dalam pembulu darah koroid dikenal sebagai khorikapitalaris.
Darah dari pembulu darah koroid dialirkan melalui empat vena kortes, satu di
masing-masing kuadran posterior koroid disebelah dalam dibatasi oleh membra
bruch dan disebelah luar sklera ruang supra koroid, terletak diantara koroid
dan sklera. Koroid melekat erat di posterior ketepi-tepi nerfus optikus,
sedangkan ke anterior, koroid bersambung dengan korpus siliaris. Agregat pemblu
darah koroid memperdarahi bagian luar retina.
Iris merupakan struktur muskuler berfigmen
yang memberikan warna khas mata. Iris adalah bagian anterior traktus uvea dan
membagi ruangan antara kornra dan lensa menjadi kamera anterior dan posterior.
Iris juga merupakan struktur yang sangat
paskuler dengan pigmen yang berbeda-beda (ditentukan secara genetik). Warna
mata bergantung pada jumlah melanin yang ada pada iris; semakin cerah warnanya,
semakin banyak jumlah cahaya yang dapat memasuki mata. Orang yang mempunyai
mata yang sangat cerah mengalami fotofoba (peka terhadap cahaya). Kebalikannya
adalah orang dengan mata yang sangat hitam, tidak ada dua iris yang benar-benar
sama, temasuk mata kanan dan mata kiri orang yang sama. Iris merupakn uvea,
atau traktus berfimen dan berhubungan dengan lapisan koroid pada tepinya dan
badansilier pada sisi bawahnya merupakan diafragma muskuler silkuler tipis yang
ditengahnya terdapat lubang bulat, pupil. Iris termasuk kedalam diafragma
berpigmen yang tipis yang terdapat didalam aqueus homor diantara kornea dan
lensa. Tetapi iris melekat pada permukaan anterior kurpusiliare yang membagi
ruang diantara lensa dan korne a. Serat otot iris terdiri dari serat sikuler.
Pupil adalah rongga yang terjadi di tengah
cincin internal iris. Pupil berbentuk bulat, regular, dan mempunyai ukuran dan
respon terhadap cahaya yang sama pada kedua mata. Anisokoria atau pupil yang
tidak sama, merupakan temuan yang normal pada 20% populasi. Sedangkan pada
populasi lain, pupil yang tidak sama menunjukan adanya penyakit saraf pusat.
Pupil terletak agak kenasal dari pusat kornea. Konstriksi dan dilatasi pupil
pada reaksi terhadap cahaya terjadi sebagai akibat berbagai hubungan neuronal.
Ketika cahaya memasuki mata, sel fotosensitif akan mengirimkan pesan ke otot
konstriktor pupil melalui SO III. Hal ini akan mengurangi distrosi dan silau
yang terjadi akibat berlebihnya cahaya yang masuk. Tingkat cahaya yang rendah
akan mengaktifkan otot dilator pupil, yang akan meretraksi iris dan membuka
pupil. Lima kali energi lebih besar yang masuk kedalam mata ketika pupil
berdilatasi. Kerusakan sel fotosensitif dapat menurunkan fungsi pupil.
Pada bagian mata juga terdapat kornea yang merupakan struktur transparan yang menyerupai kubah,merpakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
Badan silier mengandung serabut otot yang dapat membantu kontraksi dan
relaksasi zonula lensa (struktur yang menggantung lensa). Badan silier berperan (penting dalam menjaga tekanan intraokuler (TIO)) dengan sekresi humor aqueus, cairan transparan berkadar air tinggi yang mengisi kamera anterior dan posterior dan kemudian di salurkan melalui kanalis Schlemm.
8. Retina/Selaput Jala
Retina merupakan lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata, berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak. Cahaya yang masuk melalui kornea di teruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak, jika di lingkungan sekitar terang, maka cahaya yang masuk lebih sedikit.Ukuran pupil di control oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.
Retina terdiri dari 3 lapisan sel :
a. Lapisan neuraepithelium
b. Lapisan sel bipolar
c. Lapisan sel ganglion
9. Aqueous Humor
Aqueous humor merupakan cairan jernih dan
encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata),
serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea di hasilkan oleh prosesus
siliaris. Fungsi aqueous humor adalah penyokong dinding bola mata dengan member
tekanan dari dalam dan memberi makan pada lensa serta membuang produk
metabolisme karena lensa tidak memiliki pembuluh darah.
10. Vitreus Humor
Vitreus humor merupakan gel transparan yang
terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).
Pada dearah perbatasan dengan lensa, membran vetreus menebal yang terdiri dari
lapisan posterior yang menutup korpus vitreum. Lapisan anterior membentuk
ligamentum suspensorium lensa yang melekat pada prosesus siliare. Di dalam
korpus vitreum tidak terdapat pembuluh darah yang fungsinya menambah daya
pembesaran mata, menyokong permukaan posterior lensa, dan membantu melekatkan
pars pigmentosa retina.
11. Lensa
Lensa adalah badan bikonveks yang transparan
dan terletak di belakang iris, di dekat corpus vitreum, dan di kelilingi oleh
prosesus siliaris dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina.
Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan
berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata
memfokuskan pada objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa
menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Sejalan dengan pertambahan usia, lensa
menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga
kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini di
sebut presbiopia. Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:
a. Segmen
anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi aqueus humor yang merupakan
sumber energy bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi
menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik
posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan normal, aqueus humor
di hasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian
keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak di ujung iris.
b. Segmen
posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi
vitreus humor yang membantu menjaga bentuk bola
mata.Mekanisme melihat :
Cahaya di tangkap mata,
kemudian masuk ke retina, melalui : kornea-aqueus humor-pupil-lensa vitreus
humor-fotoreseptor di retina. Dari fotoreseptor di teruskan ke serabut-serabut
saraf-saraf optik kemudian menuju pusat penglihatan di otak sensasi
penglihatan.
Persyarafan Mata
Ada beberapa saraf otak yang memiliki
hubungan dengan mata : untuk penglihatan, gerakan mata, reaksi pupil
pengangkatan kelopak mata dan penutupan kelopak mata. Hubungan batang otak
memungkinkan koordinasi gerakan mata.
Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh
darah. Beberapa otot bekerja sama menggerakan mata. Setiap otot di rangsang
oleh saraf cranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung
berbagai saraf lainnya, yaitu : Saraf optikus membawa gelombang saraf yang
di hasilkan di dalam retina ke otak
a. Saraf
lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
b. Saraf
lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada
tulang orbita
Vaskularisasi Mata
Arteri oftalmika dan arteri retinalis
menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari mata di
bawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan
keluar melalui mata bagian belakang.
Struktur
mata.
Tiga lapisan jaringan atau selaput yang
membungkus bola mata dari luar ke dalam yaitu : Sklera, tersusun oleh
jaringan ikat yang kuat,liat dan putih serta melengkung.sklera berfungsi
membantu melindungi bagian-bagian dalam dan mempertahan kan kekakuan bola
mata.Bagian depan sklera membentuk struktur tembus cahaya yang disebut kornea
.Kornea dilindungi oleh suatu selaput yang di sebut konjungtiva. Pada kornea
tidak di temukan pembuluh darah seperti hal nya pada aqueus humor,vitreous
humor,dan lensa mata.
Koroid, selaput ini dari dalam dilapisi oleh
selaput jala yang mengandung sel-sel indra yang amat rentan terhadap cahaya
yang semua nya berguna untuk indra penglitah dalam arti khusus.pada lapisan
koroid banyak mengandung pembuluh darah dan pigmen berwarna hitam.lapisan
koroid dapat menyerap cahaya yang masuk ke dalam mata. Dengan ada nya pembuluh
darah pada lapisan ini sekaligus menyuplai makanan ke lapisan retina bagian
depan lapisan koroid berubah membentuk struktur terpisah yaitu : corpus
siliaris , ligamentum suspensor, dan iris . Corpus siliaris terletak diantara tepi
depan retina dengan tepi belakang Iris. Ligamentum suspensor berfungsi untuk
mengatur proses akomodasi lensa mata untuk mendapat kan gambar benda yang jelas
pada retina. Iris berfungsi sebagai diagfragma yang dapat mengatur lebar sempit
nya lubang cahaya ( pupil ) menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk. Jumlah
dan sifat dari pigmen di dalam nya menentukan warna iris, ada yang hitam, biru,
coklat,atau hijau.
Retina ,merupakan lapisan terdalam yang
tersusun oleh sel-sel reseptor batang ( bacillus ) dan sel-sel reseptor kerucut
( konus ). Retina merupakan bagian mata yang paling pekat terhadap cahaya,
sel-sel yang peka ini terletak di bagian belakang retina dan arah nya
membelakangi sumber cahaya
Otot mata, ada 6 otot mata yang berfungsi
memegang sklera. 4 diantara nya disebut otot reflus ( rektus inferior, rektus
superior, rektus eksternal, & rektus internal ). Otot rektus berfungsi
menggerak kan bola mata kekanan, kekiri,keatas & ke bawah. 2 lain nya
adalah otot obliq atas/superior & otot obliq bawah/inferior.
Kotak mata, kotak mata pada tengkorak
berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Konjungtifa, selaput transparan
yang melapisi kornea & di bagian dalam kelopak mata. Selaput ini peka
terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah & serabut
saraf.radang pada konjungtiva di sebut konjungtivitis. Untuk mencegah
kekeringan konjungtiva di basahi dengan cairan yang keluar dari kelenjar mata/
kelenjar lakrimal yang terdapat di bawah alis.
Air mata, air mata mengandung garam,lendir
& antiseptik dalam jumlah kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas
& pencegah masuk nya organisme ke dalm mata.
B.
Pengertian Katarak
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies,
Inggeris Cataract, dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa
Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat
lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
terjadi akibat kedua-duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan
berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang
lama.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia
lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit
penyakit mata local menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan
katarak seperti glaucoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak
dapat berhubungan proses penyakit intraocular lainnya.
Klasifikasi
katarak
Berdasarkan usia, katarak dapat
disklasifikasikan dalam :
1.
Katarak
kongenital
Katarak
kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera lahir dan bayi
berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan
pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penangannya yang kurang tepat.
Katarak
kongenital digolongkan dalam katarak :
a.
Kapsulolentikular
diamana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak Polaris
b.
Katarak
lenticular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau
nucleus lensa saja.
2.
Katarak
Juvenil
Katarak
yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang terbentuknya pada usia kurang
dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenile biasanya merupakan penyulit
penyakit sistemik ataupun metabolic dan penyakit lainnya.
3.
Katarak
Senil
Katarak
senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
Pada katarak senil sebaiknya disingkirkan penyakit mata local dan penyakit
sistemik seperti diabetes mellitus yang dapat menimbulkan katarak komplikata.
Katarak senil secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu:
a.
Katarak
Insipien
Kekaburan dimulai pada
bagian perifer lensa, lambat laun mengarah pada bagian inti lensa mata sehingga
menyerupai terali besi ( roda sepeda ). Pada keadaan ini biasanya katarak
stasioner.
b.
Katarak
imatur
Terjadi perubahan pada
lensa, dimana lensa menjadi bengkak dan menarik cairan dari jaringan sekitar.
Kelainan yang nampak pada keadaan ini adalah myopia, astigmatisme, bayangan
iris pada lensa terlihat.
c.
Katarak
matur
Kekaburan lensa lebih padat
dan lebih mudah dipisahkan dari kapsulnya, ini merupakan stadium yang tepat
untuk dilakukan operasi.
d.
Katarak
hipermatur
Biasanya akan ditemukan
beberapa perubahan, katarak menjadi lembek, mencair atau menjadi seperti susu.
C.
Etiologi
Menurut Mansjoer (2000) penyebab terjadinya
katarak bermacam-macam .
Umumnya yaitu :
1.
Usia
lanjut (katarak senil), tetapi dapat terjadi secara kongenital akibat infeksi
virus dimasa pertumbuhan jannin, genetic dan gangguan perkembangan.
2.
Dapat
juga terjadi karena teraumatik, terapi kortikosteroid metabolic, dan kelainan
sistemik atau metabolic, seperti diabetes mellitus, galaktosemia, dan distrofi
dan miotonik.
3.
Rokok dan
konsumsin alkhohol meningkatkan resiko katarak.
4.
Penyakit
predisposisi
5.
Genetic
dan gangguan perkembangan
6.
Infeksi
virus dimasa pertumbuhan janin
7.
Kimia
8.
Fisik
D.
Patofisiologi
Lensa
yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, di perifer ada
kortek, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opesitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan
fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar
daerah di luar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu
teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air
ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak
biasanya terjadi bilateral namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun
sebenarnya mempunyai konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik dan “ matang” ketika seseorang memasuki dekade
ketuju. Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
permanent. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes, dan
asupan vitamin antitoksin yang kurang dala jangka waktu yang lama.
E.
Manifestasi Klinis
1.
Kehilangan
penglihatan secara bertahap dan tidak nyeri.
2.
Penglihatan
baca yang buruk.
3.
Pandangan
silau yang mengganggu dan penglihatan yang buruk pada sinar matahari yang
terang.
4.
Pandangan
silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada saat mengemudi pada malam
hari.
5.
Kemungkinan
memiliki penglihatan yang baik pada cahaya yang redup di bandingkan pada cahaya
yang terang.
6.
Pupil
berwarna putih susu.
7.
Area
putih keabu-abuan di belakang pupil.
F. Pemeriksaan
Diagnostik.
1.
Oftalmoskopi
tidak langsung menunjukkan area gelap direfleks merah yang normalnya homogeny.
2.
Pemeriksaan
slit-lamp memastikan diagnostik kekeruhan lensa.
3.
Pemeriksaan
ketajaman penglihatan memastikan derajat kehilangan penglihatan.
G.
Pemeriksaan Penunjang
1. Penyinaran
samping
Dengan
bantuan lampu senter, terlihat kekaburan lensa mata yang putih keabuan dengan
dasar hitam. Pada stadium imatur, tampak bayangan iris diatas lensa akibat
superfisial lensa masih transparan, iris shadow positif. Pada stadium matur,
iris shadow negative, lensa keruh sama sekali.
2. Offtalmoskope
Pada stadium impisien da
imatur tampak kekaburan yang kehitaman dengan latar belakang merah jambu. Pada
stadium matur haya didapat warana putih atau kehitaman tanpa latar belakang
merah jambu, lensa sudah keruh.
H.
Komplikasi
1.
Pandangan
mata semakin samar akibat lensa yang terus menerus buram dan berwarna seperti
susu.
2.
Sensivitas
terhadap cahaya matahari lebih tinggi dari waktu ke waktu sehingga penderita
benar-benar tidak nyaman terhadap silau.
3.
Pada
awalnya mungkin penglihatan terhadap suatu benda masih bisa jelas, namun lama
kelamaan penderita akan merasa kurang nyaman dan melihat sebuah objek seakan
menjadi 2.
4.
Lensa
mata semakin buram dan terus berwarna seperti susu.
I. Penatalaksanaan
1.
Stadium I
Dengan deteksi catalin,
catalin adalah zat yang berfungsi untuk menghalangi kerja zat quino, yaitu zat
yang mengubah protein lensa mata yang bening menjadi gelap.
Tujuan pegobatan ini adalah
untuk menekan proresifitas kekaburan lensa supaya katarak menjadi stasioner.
2. Stadium
II
Dilakukan secara simtomatis.
3.
Stadium III, dan IV
Operasi
untuk mengeluarkan lensa yang karakteus.
Tak
ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat di ambil dengan pembedahan laser.
Namun, masih dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang
dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar
melalui kanula ( Pokalo 1992 ).
Ada
dua macam teknik pembedahan untuk pengangkatan katarak :
1. Ekstraksi
Katarak Intrakapsuler
Ekstraksi katarak intra
kapsuler ( ICCE, intra capsuler catarak ekstraksion ) dalah pengangkatan
seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zona dipisahkan, lensa diangkat
dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Bedah
beku berdasar pada suhu pembekuan untuk mengangkat suatu lesi atau
abnormalitas. Insrumen bedah beku bekerja dengan prinsip bahwa logam dingin
akan melekat pada benda yang lembab. Ketika cryoprobe diletakkan secara
langsung pada kapsula lentis, kapsula akan melekat pada probe.lensa kemudian diangkat secara lembut. Yang
dahulu merupakan cara pangangkatan katarak utama, ICCE sekarang jarang
dilakukan karena tersedianya teknik bedah yang lebih canggih.
2. Ekstraksi
Katarak Ekstrakapsuler
Ekstraksi katarak ekstracapsuler ( ECCE,
extracapsuler catarak ekstraksion ) sekarang merupakan teknik yang lebih
disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk
melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan
kapsula anterior, menekan keluar nucleus,dan mengisap sisa fragmen kortikal
lunak menggunakan irigasi dan alat hisap. Dengan meninggalkan kapsula posterior
dan zonula lentis tetap utuh, dapat mempertahankan arsitektur bagi posterior
mata, jadi mengurangi insidensi yang serius.
Komplikasi : Pengangkatan katarak dapat
menyebabkan banyak komlikasi, sebagian besar dari komplikasi tersebut dapat
dikoreksi, komplikasi tersebut mencakup :
a.
Blok
pupilarisasi
b.
Dekompensasi
kornea
c.
Kehilangan
vitreous atau gel yang mengisi ruang antara lensa mata dan retina di dalam bola
mata manusia atau vebrata lainnya.
d.
Hemoragi
e.
Edema
macula kistoid adalah kondisi medis yang ditandai dengan timbulnya beberapa
kista yang terisi cairan pada macula, bagian berwarna kuning, dari daerah
tengah dari retina
f.
Dislokasi
lensa adalah keadaan dimana lensa kristalina bergeser atau berubah posisinya
dari kedudukan normalnya akibat rupturnya zonula zinii sebagai pemegangnya.
g.
Kekeruhan
membrane sekunder
h.
Ablasio
retina adalah terlepasnya lapisan sensoris retina (sel batang dan sel kerucut)
dari lapisan epitel pigmen retina.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Riwayat
a. Riwayat
penyakit: trauma mata, penggunaan obat kortikosteroid, penyakit diabetes
melitus, hipotiroid, uveitis, glaukoma.
b. Riwayat
keluhan gangguan : stadium katarak
c. Psikososial
: kemampuan aktivitas, gangguan membaca, risiko jatuh, berkendaraan.
2. Pengkajian
umum
a. Usia
b. Gejala
penyakit sistemik : diabetes melitus, hipotiroid.
3. Pengkajian
khusus mata
a. Dengan
pelebaran pupil, ditemukan gambaran kekeruhan lensa (berkas putih) pada lensa
b. Keluhan
terdapat diplopia, pandangan berkabut
c. Penurunan
tajam penglihatan (miopia)
d. Bilik
mata depan menyempit
e. Tanda
glaukoma (akibat komplikasi)
4.
Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak
pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap
refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit
lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi
opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus,
korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di
subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak
dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi
sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).
5.
Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus
katarak, menurut (gordon) adalah sebagai berikut :
a. Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam
memelihara kesehatan, adakah kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah
pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b. Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam
melakukan aktifitas atau perawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu
sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4=
tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui : Aktifitas 0 1 2 3 4
c. Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien,
apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau masalah lain. Apakah saat
tertidur sering terbangun.
d. Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani
pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien
sebelum dan setelah sakit mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual
dan muntah, adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.
e. Pola
eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien,
apakah ada gangguan atau kesulitan.
Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk,
warna, bau dan frekuensi.
f. Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat
kesadaran, kemampuan bicara, mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien
berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas
nyeri.
g. Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri
dan menerimanya seperti harga diri,
ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan
dirinya.
h. Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah
sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga
setelah sakit.
i. Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah
sakit, menstruasi terakhir dan adakah
masalah saat menstruasi.
j. Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan,
kualitas bekerja, sistem pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman
dukungan keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung
untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan atas sakit yang diderita.
B.
Diagnosa
Keperawatan
Berdasarkan patofisiologi di atas, ditemukan diagnose
keperawatan sebagai berikut :
1.
Pre Operasi
a. Penurunan
persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam
penglihatan dan kejelasan penglihatan.
b.
Ansietas yang
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi
2.
Pasca Operasi
a.
Resiko cedera yang
berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (TIO), perdarahan,
kehilangan vitreus.
b.
Nyeri yang
berhubungan dengan luka pascaoperasi
c.
Gangguan perawatan
diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan, pembatasan aktivitas
pascaoperasi
d.
Resiko
ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yangberhubungan dengan
kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.
C. Rencana
Keperawatan
1.
Penurunan persepsi
sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan dan
kejelasan penglihatan.
Subjektif :
a. Mengeluhkan
pandangan tidak jelas, pandangan berkabut, pandangan ganda.
b. Mengatakan
harus ganti kacamata
c. Mengatakan
aktivitas terbatas, sering jatuh.
Objektif :
a. Virus
berkurang
b. Penurunan
tajam penglihatan (miopia)
c. Terdapat
kekeruhan lensa pada pemeriksaan
Tujuan :
Klien
melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk proses rangsang penglihatan dan
mengomunikasikan perubahan visual.
Kriteria hasil :
a. Klien
mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi fungsi penglihatan.
b. Klien
mengidentifikasi dan menunnjukan pola-pola alternatif untuk meningkatkan
penerimaan rangsang penglihatan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji ketajaman penglihatan klien
Identifikasi alternatif untuk
optimalisasi sumber rangasangan
Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan
-
Orientasikan klien
terhadap ruang rawat
-
Letakkan alat yang
sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat.
-
Berikan pencahayaan
cukup
-
Letakkan alat di tempat
yang tetap
-
Hindari cahaya
menyilaukan
-
Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang lingkungan yang dapat diterima: auditorik, taktil.
|
Mengidentifikasi kemampuan visual
klien.
Memberikan keakuratan penglihatan
dan perawatannya
Meningkatkan kemampuan persepsi
sensori
Meningkatkan kemampuan respons
terhadap stimulus lingkungan.
|
2. Ansietas
yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi.
Subjektif
:
Mengatakan cemas, takut.
Objektif :
a. Nadi
mengingkat, tekanan darah meningkat.
b. Tampak
gelisah, wajah murung, sering melamun.
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan.
Kriteria hasil :
a. Klien
mengungkapkan kecemasan hilang atau minimal.
b. Klien
berpartisipasi dalam persiapan operasi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Jelaskan gambaran kejadian pre dan
pasca operasi, manfaat operasi, dan sikap yang harus dilakukan klien selama
masa operasi
Jawab pertanyaan khusus tentang
pembedahan. Berikan waktu untuk mengekspresikan perasaan. Informasikan bahwa
perbaikan penglihatan tidak terjadi secara langsung, tetapi bertahap sesuai
penurunan bengkak pada mata dan perbaikan kornea. Perbaikan penglihatan
memerlukan waktu enam bulan atau lebih.
|
Meningkatkan pemahaman tentang
gambaran operasi untuk menurunkan ansietas.
Meningkatkan kepercayaan dan kerja
sama. Berbagi perasaan membantu menurunkan ketegangan. Informasi tentang
perbaikan penglihatan bertahap dieprlukan untuk mengantisipasi depresi atau
kekecewaan setelah fase operasi dan memberikan harapan akan hasil operasi.
|
3. Risiko
cedera yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular (TIO),
perdarahan, kehilangan vitreus.
Subjektif :
a. Perilaku
gelisah
b. Menggosok
daerah mata
c. Gerakan
tubuh kurang terkontrol
Tujuan :
Tidak terjadi cedera mata pasca operasi.
Kriteria hasil :
a. Klien
menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera.
b. Klien
tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan risiko cedera
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Diskusikan tentang rasa sakit,
pembatasan aktivitas dan pembalutan mata
Tempatkan klien pada tempat tidur
yang lebih rendah dan anjurkan untuk membatasi pergerakan mendadak/tiba-tiba
serta menggerakan kepala berlebih.
Bantu aktivitas selama fase
istirahat.
Ajarkan klien untuk menghindari
tindakan yang dapat menyebabkan cedera.
Amati kondisi mata : luka menonjol,
bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak setiap 6 jam pada awal operasi atau
seperlunya.
|
Meningkatkan kerja sama dan
pembatasan yang diperlukan
Istirahat mutlak diberikan hanya
beberapa menit hingga satu atau dua jam pascaoperasi atau satu malam jika ada
komplikasi
Mencegah/menurunkan risiko
komplikasi cedera.
Tindakan yang dapat meningkatkan
TIO dan menimbulkan kerusakan struktur mata pascaoperasi :
-
Mengejan
-
Menggerakan kepala
mendadak
-
Membungkuk terlalu lama
-
Batuk
Berbagai kondisi seperti luka
menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak, hiperemia, serta
hipopion mungkin menunjukkan cedera mata pascaoperasi. Apabila pandangan
melihat benda mengapung atau tempat gelap mungkin menunjukkan ablasio retina.
|
4. Nyeri
yang berhubungan dengan luka pascaoperasi
Subjektif :
Mengatakan nyeri pada
luka mata
Objektif :
a. Ekspresi
meringis/menahan sakit
b. Berusaha
memegang daerah mata
Tujuan :
Nyeri berkurang, hilang, dan terkontrol.
Kriteria hasil :
a. Klien
mendemonstrasikan tekhnik penurunan nyeri
b. Klien
melaporkan nyeri berkurang atau hilang.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji derajat nyeri setiap hari
Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi peningkatan nyeri
mendadak.
Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba-tiba yang dapat memprovosikan nyeri
Ajarkan tekhnik distraksi dan
relaksasi
Lakukan tindakan kolaboratif untuk
pemberian analgesik topikal/sistemik.
|
Normalnya nyeri terjadi dalam waktu
kurang dari lima hari setelah operasi dan berangsur menghilang. Nyeri dapat
meningkat karena peningkatan TIO-2-3 hari pascaoperasi. Nyeri mendadak
menunjukkan peningkatan TIO masif.
Meningkatkan kolaborasi :
memberikan rasa aman untuk peningkatan dukungan psikologis
Beberapa kegiatan klien dapat
meningkatkan nyeri seperti gerakan tiba-tiba, membungkuk, mengucek mata,
batuk, mengejan.
Menurunkan tegangan, mengurangi
nyeri
Mengurangi nyeri dengan
meningkatkan ambang nyeri.
|
5. Gangguan
perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan, pembatasan
aktivitas pascaoperasi.
Subjektif :
a. Menyatakan
tidak berani merawat diri
b. Mengatakan
tidak dapat melihat
Objektif :
a. Kondisi
tubuh kotor
b. Tidak
banyak bergerak
c. Kedua
mata ditutup kasa/balutan
Tujuan :
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Klien
mendapatkan bantuan parsial dalam pemenuhan kebutuhan diri
b. Klien
memeragakan perilaku perawatan diri secara bertahap
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Terangkan pentingnya perawatan diri
dan pembatasan aktivitas selama fase pascaoperasi
Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri
Secara bertahap, libatkan klien
dalam memenuhi kebutuhan diri
|
Klien dianjurkan untuk istirahat di
tempat tidur pada 2-3 jam pertama pascaoperasi atau 12 jam jika ada
komplikasi. Selama fase ini, bantuan total diperlukan bagi klien.
Memenuhi kebutuhan perawatan diri
Upaya melibatkan klien dalam
akivitas perawatan dirinya dilakukan bertahap dengan berpedoman pada prinsip
bahwa aktivitas tidak memicu peningkatan TIO dan menyebabkan cedera mata.
Kontrol kinis dilakukan menggunakan indikator nyeri mata pada saat melakukan
aktivitas. Umumnya 24 jam pascaoperasi, individu boleh melakukan aktivitas
perawatan diri.
|
6. Risiko
ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan
kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.
Subjektif :
a. Menyatakan
tidak tahu bagaimana perawatan setelah pulang dari rumah
b. Menyatakan
tidak ada yang merawat
c. Menyatakan
tidak dapat memberikan obat sendiri
d. Keluarga
mengatakan tidak bisa merawat klien
Objektif :
Keluarga
tidak dapat memeragakan cara membantu klien memenuhi kebutuhan perawatan diri
dan penyakit
Tujuan :
Perawatan rumah berjalan efektif
Kriteria hasil :
a. Klien
mampu mengidentifikasi kegiatan perawatan rumah yang diperlukan
b. Keluarga
menyatakan siap untuk mendampingi klien dalam melakukan perawatan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji tingkat pengetahuan klien
tentang perawatan pascahospitalisasi
Terangkan aktivitas yang
diperbolehkan dan hindari untuk mencegah komplikasi pascaoperasi
Terangkan berbagai kondisi yang
perlu dikonsultasikan
Terangkan cara penggunaan
obat-obatan
Berikan kesempatan bertanya
Tanyakan kesiapan klien untuk
perawatan pascahospitalisasi
Identifikasi kesiapan keluarga
dalam perawatan diri klien pascahospitalisasi
|
Sebagai modalitas dalam pemberian
pendidikan kesehatan tentang perawatan dirumah.
Aktivitas yang diperbolehkan :
-
Menonton televisi,
membaca, tetapi jangan terlalu lama
-
Mengerjakan aktivitas
biasa
-
Mandi waslap
-
Tidak boleh membungkuk
pada wastafel. Condongkan kepala sedikit ke belakang saat mencuci rambut
-
Tidur dengan perisai
pada malam hari
-
Aktivitas dengan duduk
-
Mengenakan kacamata
hitam untuk kenyamanan
-
Berlutut atau
berjongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
Aktivitas yang dihindari (min. 1
minggu) :
-
Tidur pada posisi yang
sakit
-
Menggosok mata, menekan
kelopak mata
-
Mengejan saaat defekasi
-
Memakai sabun mendekati
mata
-
Mengangkat beban lebih
dari 7kg
-
Melakukan hubungan seks
-
Mengendarai kendaraan
-
Batuk, bersin, muntah
-
Menundukkan kepala
sampai bawah pinggang.
Kondisi yang harus segera
dilaporkan :
-
Nyeri pada dan
disekitar mata, sakit kepala menetap.
-
Setiap nyeri yang tidak
berkurang dengan obat pengurang nyeri
-
Nyeri disertai mata
merah, bengkak atau keluar cairan
-
Nyeri dahi mendadak
-
Perubahan ketajaman
penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput pada lapang penglihatan, kilatan
cahaya, percikan atau bintik di depan mata
Klien mungkin mendapatkan obat
tetes atau salep
Meningkatkan rasa percaya, rasa
aman, dan mengeksplosi pemahaman serta hal-hal yang mungkin belum dipahami
klien
Respon verbal untuk meyakinkan
kesiapan klien dalam perawatan pascahospitalisasi
Kesiapan keluarga meliputi orang
yang bertanggung jawab dalam perawatan, pembagian peran dan tugas serta
penghubung klien dan institusi pelayanan kesehatan.
|
D. Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan diagnosa yang
telah penulis tegakkan yaitu : Gangguan persepstual
sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera. Kurang pengetahuan tentang
kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan, salah interpretasi informasi. Ansietas terhadap tindakan operasi
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan bedah. Nyeri
berhubungan dengan adanya insisi bedah. Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan prosedur invasi bedah. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan
dengan kehilangan vitreous.
Adapun pelaksanaan yang telah dilaksakan seperti Melakukan pendekatan
dengan cara menyentuh klien dan menganjurkan orang terdekat tinggal dengan
klien, Menentukan ketajaman mata dan mencatat bahwa kedua mata klien mengalami
katarak, Mengorientasikan klien terhadap lingkungan staf dan orang lain yang
ada disekitar klien, mengkaji tingkat persepsi klien terhadap kondisi penyakit
klien, Memberikan pendidikan kesehatan meliputi pengertian katarak, penyebab
katarak dan metode pengobatannya, Menganjurkan klien untuk memakai kacamata
gelap bila ingin keluar dari ruangan perawatan, mengidentifikasi tingakat
kecemasan klien, Mengkaji skala nyeri dan karateristik nyeri. Mengkaji tanda
tanda vital. Mengajarkan klien teknik relaksasi napas dalam ketika nyerinya
timbul, mendiskusikan tentang pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh mata,
menunjukkan teknik membersihkan bola mata yang belum di operasi dari dalam
keluar dengan menggunakan bola kapas untuk tiap usapan, Mendiskusikan dengan
klien tentang apa yang terjadi pasca operasi. menagnjurkan klien untuk memilih
posisi yang nyaman seperti bersandar. menganjurkan klien untuk membatasi aktivitas
seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata dan membogkok.
mengajarkan klien teknik mengontrol stress seperti napas dalam dan teknik relaksasi.
Pre operasi
1.
Melakukan pendekatan dengan
cara menyentuh klien dan menganjurkan orang terdekat tinggal dengan klien.
2.
Menentukan ketajaman mata dan
mencatat bahwa kedua mata klien mengalami katarak.
3.
Mengorientasikan klien terhadap lingkungan
staf dan orang lain yang ada disekitar klien.
4.
mengidentifikasi tingkat
kecemasan kien.
5.
memberikan informasi yang kurat tentang
prosedur pembedahan.
6.
Menganjurkan klien untuk
mengekspresikan persaan ansietas klien.
Post operasi
1.
Melakukan pendekatan dengan
cara menyentuh klien dan menganjurkan orang terdekat tinggal dengan klien.
2.
Menentukan ketajaman mata dan
mencatat bahwa mata sebelah kanan klien Post Operasi.
3.
Mengorientasikan klien
terhadap lingkungan staf dan orang lain yang ada disekitar klien.
4.
Mengkaji skala nyeri dan
karateristik nyeri
5.
Mengkaji tanda tanda vital
6.
Mengajarkan klien teknik
relaksasi napas dalam ketika nyerinya timbul.
7.
Membatasi pergerakan klien.
8.
mendiskusikan tentang
pentingya mencuci tangan sebelum menyentuh mata, menunjukkan teknik
membersihkan bola mata yang belum di operasi dari dalam keluar dengan
menggunakan bola kapas untuk tiap usapan
9.
mengganti balutan pada mata
kanan dengan memperhatikan sterilisasi alat intrumen dan tindakan.
10. Mendiskusikan dengan klien tentang apa yang terjadi pasca operasi.
11. menganjurkan klien untuk memilih
posisi yang nyaman seperti bersandar.
12. menganjurkan klien untuk membatasi aktivitas seperti menggerakkan kepala
tiba-tiba, menggaruk mata dan membogkok.
13. mengajarkan klien teknik mengontrol stress seperti napas dalam dan teknik
relaksasi.
E. Evaluasi
Evaluasi sesudah operasi katarak :
1.
Perdarahan dibilik
mata depaan (hifema).
2.
Kamera okuli
anterior jernih dan keruh :
a.
Bila mata depan keruh
(flare/sel positif)
b.
Mungkin sampai
terjadi pengendapan pus di bilik mata depan (hipopion)
c.
Iris miossi
sinekia posterior.
3.
Perhatikan pupil
miosis/midriasis/normal :
a.
Miosis : biasanya
dipergunakan miotikum pada waktu operasi sehingga hari berikutnya pupil menjadi
miosis. Miosis ini dapat terjadi bila terjadi uveitis anterior, dan biasanya
disertai adanya sinekia posterior.
b.
Midirasis : dapat
terjadi bila ada peningkatan tekanan intraokuler (glaucoma)
c.
Pupil tidak bulat
: terjadi bila pada waktu operasi terjadi korpukasi (korpus viteriuskeluar).
F. Pendidikan
Kesehatan
1.
Pertahankan pasien
nyaman dan anjurkan untuk tidak menyentuh mata
2.
Bila pelindung
mata atau penutup mata dipasang, anjurkan menggunakannya untuk beberapa hari,
sesuai ketentuan, untuk mengistirahatkan dan melindungi mata, khususnya pada
malam hari.
3.
Peringatkan pasien
terhadap batuk atau bersin, setiap gerakan cepat atau membungkuk adalah untuk
mencegah peningkan TIO 24 jam pertama. Harus menghindari kontak olahraga selama
2 minggu.
4.
Beritahu pasien
untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap, biasanya dapat melakukan kembali
aktivitas normal sehari setelah prosedur.
5.
Ajarkan pengisian
tetes mata yang tepat
6.
Dorong tindak
lanjut pemeriksaan oftalmologi untuk lensa korektif dan memeriksa tekanan
intraoperatif. Penyesuaian kacamata untuk memperbaiki penglihatan memerlukan
waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan.
a.
Beritahu pasien
bahwa kacamata akan menyebabkan bayangan yang diterima kira-kira sepertiga
lebih besar dari yang terlihat oleh pasien sebelum pembentukan katarak.
b.
Beritahu pasien
bahwa hanya satu mata dapat digunakan pada saat menggunakan kacamata (bila
hanya satu mata dioperasi untuk katarak), karena mata yang dioperasi mempunyai
peningkatan ukuran bayangan 30%, dan mata yang tidak dioperasi masih mempunyai
bayangan ukuran “normal” yang tidak dapat dilapisi.
c.
Instruksikan
pasien untuk melihat melalui pusat kacamata korektif dan putar kepala bila
melihat ke samping karena penglihatan perifer secara terganggu.
d.
Ingatkan bahwa
perlu untuk mempelajari ulang penilaian ruang berjalan, menggunakan tangga,
mengambil benda di meja, menuangkan air.
7.
Bila lensa kontak
digunakan, ajarkan pasien bahwa:
a.
Dengan lensa kontak,
pembesaran hanya kira-kira 5% sampai 10% dan penglihatan perifer tidak
terganggu.
b.
Kedua mata dapat
digunakan bersama karena perbedaan bayangan diantara mata afakik (tanpa lensa)
dengan lensa kontak dan mata yang tidak dioperasi hanya 8% sampai 10%. Penyesuaian
ruang menunjukkan sedikit kesulitan,
8.
Bila pasien
mempunyai implant lensa, masalah perbesaran akan dapat diabaikan. Baik mata
yang dioperasi dan mata yang tidak dioperasi dapat bekerja sama setelah
pembedahan katarak dengan implantasi lensa.
a.
Beritahu
penggunaan kacamata hitam pada sinar terang karena pupil tidak mapu
berkonstriksi lengkap setelah implant lensa.
b.
Beritahu pasien
bahwa tidak ada kacamata yang diperlukan untuk jarak jauh tetapi mungkin
diperlukan untuk membaca dan menulis.
c.
Beritahu untuk
tidak mencuci mata dengan sabun
d.
Beritahu pasien
untuk menghindari mengadahkan kepala ke depan bila mencuci rambut, dan
menghindari mengguncang kepala dengan keras, untuk mencegah gangguan lensa
sampai diberitahukan kepada dokter bedah.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya
yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif (Mansjoer,2000).
Katarak
dapat diklasifikasikan menjadi katarak kongenital, katarak senile, katarak
juvenile dan katarak komplikata. Penyebab dari katarak adalah usia lanjut
(senile) tapi dapat terjadi secara kongenital akibat infeksi virus dimasa
pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan perkembangan, kelainan sistemik, atau
metabolik, seperti diabetes melitus, galaktosemi, atau distrofi mekanik,
traumatik: terapi kortikosteroid, sistemik, rokok, dan konsumsi alkohol
meningkatkan resiko katarak.
Gejala umum
gangguan katarak meliputi penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut
menghalangi objek, peka terhadap sinar atau cahaya, dapat melihat doubel pada satu mata, memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca,
lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Komplikasi katarak adalah glaukoma,
infeksi pasca operasi, perdarahan dan edema. Tidak ada terapi obat untuk katarak. Jenis pembedahan untuk
katarak mencakup extracapsular cataract extractive (ECCE) dan intracapsular
cataract extractive (ICCE).
B. Saran
Untuk menerapkan asuhan keperawatan
pada klien dengan katarak sebaiknya perawat mengkaji masalah yang ada pada
klien. Disamping itu, pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat juga
diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai rencana dan keadaan klien
secara utuh, terencana dan sistematis.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr.
Guntur Bambang Hamurwono, dkk. 1992. Buku Pedoman Kesehatan Mata dan
Pencegahaan Kebutaan Seri Katarak. Jakarta : Departemen Kesehatan
Ns.
Anas Tamsuri, S.kep. 2010. Klien Gangguan Mata dan Penglihatan Keperawatan
Medikal Bedal. Jakarta : EGC
Nuratif,
amin huda.dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diganosa Medis
& Nanda.
Yogyakarta: Mediaction
Prof.
dr. H. Sidarta Ilyas, SpM. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar