Kamis, 24 November 2016

Asuhan Keperawatan Katarak




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kebutuhan katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia, terutama di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia termasuk Indonesia. Di Negara-negara berkembang  kebutaan katarak merupakan masalah kesehatan masyarakat dan masalah sosial. Hilangnya penglihatan oleh sebab apapun akan menghambat kemampuan manusia untuk berkarya dan menikmati keindahan alam anugrah. Tuhan Yang Maha Esa. Jelaslah bahwa kebutaan bertentangan dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia. Indonesia memiliki angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta penduduk, 1,5 persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian besar penderita katarak adalah lansia berusia 60 tahun ke atas. Lansia yang mengalami kebutaan karena katarak tidak bisa mandiri dan bergantung pada orang yang lebih muda untuk mengurus dirinya.

Berdasarkan survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996, menunjukkan angka kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%, dengan penyebab utama adalah katarak (0,78%); glaukoma (0,20%); kelainan refraksi (0,14%); dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38%).

Dibandingkan dengan negara-negara di regional Asia Tenggara, angka kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%, Thailand 0,3%). Sedangkan insiden katarak 0,1% (210.000 orang/tahun), sedangkan operasi mata yang dapat dilakukan lebih kurang 80.000 orang/ tahun. Akibatnya timbul backlog (penumpukan penderita) katarak yang cukup tinggi. Penumpukan ini antara lain disebabkan oleh daya jangkau pelayanan operasi yang masih rendah, kurangnya pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi, serta ketersediaan tenaga dan fasilitas pelayan kesehatan mata yang masih terbatas.

Suatu ironi yang trgais telah terjadi di tengah-tengah berkembangnya teknologi kedokteran antara lain di bidang operasi katarak, masih terdapat golongan mayoritas yang berjumlah 90% dari seluruh kebutaan katarak yang belum tersentuh oleh pelayanan operasi katarak, walaupun dengan metode yang paling sederhana sekalipun, jelasnya paling tinggi baru 10% dari masyarakat Indonesia yang menderita buta katarak yang tertolong.

Walaupun kebutaan katarak tak dapat dicegah namun terjadinya kebutaan katarak dapat diperpanjang waktunya serta buta katarak yang telah dapat ditolong sehingga tidak perlu tidak menimbulkan suatu tragedi yang merupakan ironi dalam era pembangunan ini.

Dari hasil survey morbiditas mata dan kebutuhan kebutaan katarak yang belum ditolong, diperkirakan sebesar 0,76% dari eluruh penduduk atau sekitar 1.368.000 orang saat ini. Saat mulai timbulnya katarak di Indonesia dan Negara berkembang lainnya terjadi pada usia yang relative lebih muda yaitu pada dekade ketiga atau keempat dari kehidupan dan masih produktif dibandingkan dengan Negara-negara yang lebih maju yang terjadi pada dekade kelima atau keenam. Namun sebenarnya berapapun usia buta tetap akan menjadi beban bagi individu, keluarga dan lingkungan.

Di dalam upaya penanggulangan kebutuhan maka pengintegrasian upaya kesehatan mata dan pencegahan kebutuhan ke dalam kegiatan pokok Puskesmas dengan dukungan sarana rujukannya merupakan pendekatan yang paling tepat dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan yang di dukung oleh mutu yang memadai.

Pola Penyakit Katarak Berdasarkan Golongan Umur Adalah Sebagai Berikut :

Golongan Umur
Prosentase
1
0,85
1-4
0,10
5-9
0,11
10-14
0,13
15-19
0,21
20-24
0,20
25-29
0,38
30-34
0,32
35-39
0,92
40-44
3,88
45-49
10,47
50-54
17,8
55-59
29,0
60-64
44,9
65+
67,3


Pola Kebutaan Katarak Dua Mata Berdasarkan Golongan Umum Adalah Sebagai Berikut :

Golongan Umur
Prosentase
5-9
0,08
10-14
0,07
15-19
0,05
20-24
0,06
25-29
0,0
30-34
0,0
35-39
0,0
40-44
3,0
45-49
0,75
50-54
0,9
55-59
1,73
60-64
3,95
65+
8,87


Jumlah Penderita Katarak Yang Telah di Operasi Berdasarkan Golongan Umum Sebagai Berikut :

Golongan Umur
Prosentase
0-9
0,0
10-14
0,06
15-19
0,05
20-24
0,0
25-29
0,06
30-44
0,0
45-49
0,38
50-54
0,10
55-59
0,72
60-64
0,28
65+
2,27


B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
a.       Menjelaskan definisi katarak
b.      Menjelaskan etiologi dan dan factor resiko katarak
c.       Menjelaskan patofisiologi serta manifestasi klinis katarak
d.      Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan katarak
2.      Tujuan Khusus
a.       Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, factor resiko serta patofiologi katarak.
b.      Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan terhadap pasien katarak
c.       Perawat dapat menerapkan asuan keperawatan yang tepat terhadap pasien dengan katarak

C.    Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini terdiri dari :
1.      Bab I         : Berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, dan Tujuan
  Penulisan
2.      Bab II        : Berisi tentang Konsep Dasar, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Faktor
  Resiko, Evaluasi Diagnostik, dan Penatalaksanaan
3.      Bab III      : Berisi tentang Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi,
  Implementasi dan Evaluasi
4.      Bab IV      : Berisi tentang Kesimpulan dan Saran
5.      Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN TEORI


A.    Anatomi Mata

Bola mata berdiameter antara 2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata dan hanya1/6 bagianya saja yang tampak pada bagian luar. Mata juga memiliki struktur disekitar mata yang melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala arah. Struktur tersebut juga melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan bahan bahan berbahaya lainya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa masuk. Struktur pelindung mata tersebut terdiri dari:

1.      Orbita 
Orbita adalah rongga yang berbentuk piramid dengan basis di depan dan apeks di belakang. Atap orbita dibentuk oleh pars orbitalis ossis frontalis yang memisahkan orbita dengan fossa krani anterior dinding lateral yang terdiri dari ossis zigomatikum dan ossis sfenoidalis. Dasarnya dibentuk oleh fasies orbitalis maksilaris. Orbita juga merupakan rongga bertulang yang mengandung bola mata,otot-otot,saraf,pembuluh darah,lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.

2.      Kelopak Mata
Kelopak Mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak Mata secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang. Didepan mata ada kelopak mata , dua buah lipatan muskulofibrosa yang dapat digerakan dapat dibuka dan di tutup untuk melindungi meratakan air mata permukaan bola mata dan mengontrol banyaknya sinar yang masuk. Kelopak mata tersususn oleh kulit tanpa lemak subklutis. Kelopak Mata sangat elastis dan mudah digerakan.
Hubungan antara Kelopak Mata atas dan bawah dinamakan kantus. Pada bagian luar, kantus lateral terletak di aspek temporal rateral mata. Bagian dalam, kantus medial mengandung puncata satu muara yang memungkinkan air mata mengalir kebagian atas sistem lakrimal. Ronggga elips antara kelopak mata terbuka dinamakan fisura palpebra. Sisi bawah kelopak mata dilapisi oleh konjungtiva palfera. Suatu membran mukosa trasparan, vaskuler, tipis yang melanjutkan diri dengan sklera anterior sampai keatas luar kornea. Posisi kelopak mata sebagian di kontrol oleh dua saraf otak : SO III yang bertanggung jawab untuk pembukaan kelopak mata : SO VII, untuk menutup kelopak mata. Ketika di tutup, kedua kelopak harus temu secara penuh. Ketika terbuka, kelopak mata atas harus terletak secara alami pada bagian atas iris, tepat diatas pupil, tidak boleh ada betuk bulatan sabit putih sklera yang tampak diatas atau dibawah rimkorneoskleral (timbus atau batas).
Pengedipan kelopak mata akan menyebarkan selapis air mata pelumas dan pelembab keseluruh permukaan bola mata. Repleks berkedip akan melindung mata dari debris atau pertikal asing. Bulu mata akan membatu fungsi kelopak dengan mendorong keluar debu dan dbris, untuk melindungi mata external dari cedera aksi mekanis berkedip menghasilkan gaya hisap dalam sistem nasolakriminal atas memudahkan pengaliran air mata.

3.      Bulu mata
Mata merupakan pendek yang tumuh di ujung keelopak mata dan berpungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier ( penghalang). Kelenjar kecil menghasilkan bahan berminyak yang mencegah penguapan air mata.

4.      Kelenjar Lakrimalis
Kelenjar Lakrimaris terletak diuncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilakan air mata yang ecer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui dua duktus lakrimaris, setiap duktus memiliki lubang diujung kelopak mata atas dan bawah, didekat hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang farikal-fartikal kecil yang masuk kemata. Selai itu, mata kaya akan anti body yang membantu mencegah terjadinya infeksi.

5.      Bola Mata
Bola Mata dilapisi oleh tiga lapisan primer : Seklera, Yuviea (yang mengandung kroid), dan Retina. Tiap lapisan mempunyai struktur dan fungsinya sendiri ketiga lapisan tersebut berperan dalam bentuk mata yang bulat ketiak terisi humor vitreus (subtansi seperti glatin antara lensa dan retina).
           
6.      Sklera 
Lapisan paling luar dan kuat dinamakan sklera bagian “putih”mata.bila sklera mengalami penipisan warnanya akan menjadi kebiruan. Dibagian osterior sklera empunyai lubang yang dilalui saraf optiks dan pembulu darah retina senratis. Dibagian anterior berlanjut menjadi kornea. Permukan anterior seklera diselubungi secara longgar dengan konjungtifa, suatu membran mukosa tipis yang mengandung sebagai kelenjar yang bertanggung jawab untuk lapisan air mata. Konjungtifa palpebramelapisi sisi bawah kelopak mata dan merupakan kelanjutan dari konjungtifa bulbaris yang menyelubungi seklera anterior. Hal ini sangat menguntungkan sehingga lensa kontak mungkin “terselip” kedalam mata. Konjungtifa berakhir pada limbus korneosklera biasanya mengandung jaringan pembul darah yang rapat.

7.      Uvea
Lapisan tengah yang mengandung pigmen adalah traktus Uvea, yang tersusun atas koroid. Iris, dan badan silier.Koroid merupakan lapisan vaskuler yang memberiak darah kelapisan epitel berpigmen retina dan retina sensoris perifer. Koroid melapisi kamera posterior mata dan membentang dari badan silir, dibagian anterior dan saraf optikus dibagian posterior. Korid juga merupakan segmen pospolior uvea diantara retina dan sklera. Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuu darahkoroid besar, sedang dan kecil. Semakin dalam pembulu darah koroid dikenal sebagai khorikapitalaris. Darah dari pembulu darah koroid dialirkan melalui empat vena kortes, satu di masing-masing kuadran posterior koroid disebelah dalam dibatasi oleh membra bruch dan disebelah luar sklera ruang supra koroid, terletak diantara koroid dan sklera. Koroid melekat erat di posterior ketepi-tepi nerfus optikus, sedangkan ke anterior, koroid bersambung dengan korpus siliaris. Agregat pemblu darah koroid memperdarahi bagian luar retina.
Iris merupakan struktur muskuler berfigmen yang memberikan warna khas mata. Iris adalah bagian anterior traktus uvea dan membagi ruangan antara kornra dan lensa menjadi kamera anterior dan posterior.
Iris juga merupakan struktur yang sangat paskuler dengan pigmen yang berbeda-beda (ditentukan secara genetik). Warna mata bergantung pada jumlah melanin yang ada pada iris; semakin cerah warnanya, semakin banyak jumlah cahaya yang dapat memasuki mata. Orang yang mempunyai mata yang sangat cerah mengalami fotofoba (peka terhadap cahaya). Kebalikannya adalah orang dengan mata yang sangat hitam, tidak ada dua iris yang benar-benar sama, temasuk mata kanan dan mata kiri orang yang sama. Iris merupakn uvea, atau traktus berfimen dan berhubungan dengan lapisan koroid pada tepinya dan badansilier pada sisi bawahnya merupakan diafragma muskuler silkuler tipis yang ditengahnya terdapat lubang bulat, pupil. Iris termasuk kedalam diafragma berpigmen yang tipis yang terdapat didalam aqueus homor diantara kornea dan lensa. Tetapi iris melekat pada permukaan anterior kurpusiliare yang membagi ruang diantara lensa dan korne a. Serat otot iris terdiri dari serat sikuler.
Pupil adalah rongga yang terjadi di tengah cincin internal iris. Pupil berbentuk bulat, regular, dan mempunyai ukuran dan respon terhadap cahaya yang sama pada kedua mata. Anisokoria atau pupil yang tidak sama, merupakan temuan yang normal pada 20% populasi. Sedangkan pada populasi lain, pupil yang tidak sama menunjukan adanya penyakit saraf pusat. Pupil terletak agak kenasal dari pusat kornea. Konstriksi dan dilatasi pupil pada reaksi terhadap cahaya terjadi sebagai akibat berbagai hubungan neuronal. Ketika cahaya memasuki mata, sel fotosensitif akan mengirimkan pesan ke otot konstriktor pupil melalui SO III. Hal ini akan mengurangi distrosi dan silau yang terjadi akibat berlebihnya cahaya yang masuk. Tingkat cahaya yang rendah akan mengaktifkan otot dilator pupil, yang akan meretraksi iris dan membuka pupil. Lima kali energi lebih besar yang masuk kedalam mata ketika pupil berdilatasi. Kerusakan sel fotosensitif dapat menurunkan fungsi pupil.
Pada bagian mata juga terdapat kornea yang merupakan struktur transparan yang menyerupai kubah,merpakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. 
Badan silier mengandung serabut otot yang dapat membantu kontraksi dan 
relaksasi zonula lensa (struktur yang menggantung lensa). Badan silier berperan (penting dalam menjaga tekanan intraokuler (TIO)) dengan sekresi humor aqueus, cairan transparan berkadar air tinggi yang mengisi kamera anterior dan posterior dan kemudian di salurkan melalui kanalis Schlemm.
8.      Retina/Selaput Jala
Retina merupakan lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata, berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak. Cahaya yang masuk melalui kornea di teruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak, jika di lingkungan sekitar terang, maka cahaya yang masuk lebih sedikit.Ukuran pupil di control oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.
Retina terdiri dari 3 lapisan sel :
a.       Lapisan neuraepithelium
b.      Lapisan sel bipolar
c.       Lapisan sel ganglion

9.      Aqueous Humor
Aqueous humor merupakan cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea di hasilkan oleh prosesus siliaris. Fungsi aqueous humor adalah penyokong dinding bola mata dengan member tekanan dari dalam dan memberi makan pada lensa serta membuang produk metabolisme karena lensa tidak memiliki pembuluh darah.

10.   Vitreus Humor
Vitreus humor merupakan gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata). Pada dearah perbatasan dengan lensa, membran vetreus menebal yang terdiri dari lapisan posterior yang menutup korpus vitreum. Lapisan anterior membentuk ligamentum suspensorium lensa yang melekat pada prosesus siliare. Di dalam korpus vitreum tidak terdapat pembuluh darah yang fungsinya menambah daya pembesaran mata, menyokong permukaan posterior lensa, dan membantu melekatkan pars pigmentosa retina.

11.  Lensa 
Lensa adalah badan bikonveks yang transparan dan terletak di belakang iris, di dekat corpus vitreum, dan di kelilingi oleh prosesus siliaris dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini di sebut presbiopia. Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:
a.       Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi aqueus humor yang merupakan sumber energy bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan normal, aqueus humor di hasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak di ujung iris.
b.      Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi vitreus humor yang membantu menjaga bentuk bola mata.Mekanisme melihat : 
Cahaya di tangkap mata, kemudian masuk ke retina, melalui : kornea-aqueus humor-pupil-lensa vitreus humor-fotoreseptor di retina. Dari fotoreseptor di teruskan ke serabut-serabut saraf-saraf optik kemudian menuju pusat penglihatan di otak sensasi penglihatan.

Persyarafan Mata
Ada beberapa saraf otak yang memiliki hubungan dengan mata : untuk penglihatan, gerakan mata, reaksi pupil pengangkatan kelopak mata dan penutupan kelopak mata. Hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata.
Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama menggerakan mata. Setiap otot di rangsang oleh saraf cranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu : Saraf optikus membawa gelombang saraf yang di hasilkan di dalam retina ke otak
a.       Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
b.      Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada tulang orbita

Vaskularisasi Mata
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari mata di bawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.

Struktur mata.
Tiga lapisan jaringan atau selaput yang membungkus bola mata dari luar ke dalam yaitu :  Sklera, tersusun oleh jaringan ikat yang kuat,liat dan putih serta melengkung.sklera berfungsi membantu melindungi bagian-bagian dalam dan mempertahan kan kekakuan bola mata.Bagian depan sklera membentuk struktur tembus cahaya yang disebut kornea .Kornea dilindungi oleh suatu selaput yang di sebut konjungtiva. Pada kornea tidak di temukan pembuluh darah seperti hal nya pada aqueus humor,vitreous humor,dan lensa mata.
Koroid, selaput ini dari dalam dilapisi oleh selaput jala yang mengandung sel-sel indra yang amat rentan terhadap cahaya yang semua nya berguna untuk indra penglitah dalam arti khusus.pada lapisan koroid banyak mengandung pembuluh darah dan pigmen berwarna hitam.lapisan koroid dapat menyerap cahaya yang masuk ke dalam mata. Dengan ada nya pembuluh darah pada lapisan ini sekaligus menyuplai makanan ke lapisan retina bagian depan lapisan koroid berubah membentuk struktur terpisah yaitu : corpus siliaris , ligamentum suspensor, dan iris . Corpus siliaris terletak diantara tepi depan retina dengan tepi belakang Iris. Ligamentum suspensor berfungsi untuk mengatur proses akomodasi lensa mata untuk mendapat kan gambar benda yang jelas pada retina. Iris berfungsi sebagai diagfragma yang dapat mengatur lebar sempit nya lubang cahaya ( pupil ) menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk. Jumlah dan sifat dari pigmen di dalam nya menentukan warna iris, ada yang hitam, biru, coklat,atau hijau.
Retina ,merupakan lapisan terdalam yang tersusun oleh sel-sel reseptor batang ( bacillus ) dan sel-sel reseptor kerucut ( konus ). Retina merupakan bagian mata yang paling pekat terhadap cahaya, sel-sel yang peka ini terletak di bagian belakang retina dan arah nya membelakangi sumber cahaya
Otot mata, ada 6 otot mata yang berfungsi memegang sklera. 4 diantara nya disebut otot reflus ( rektus inferior, rektus superior, rektus eksternal, & rektus internal ). Otot rektus berfungsi menggerak kan bola mata kekanan, kekiri,keatas & ke bawah. 2 lain nya adalah otot obliq atas/superior & otot obliq bawah/inferior.
Kotak mata, kotak mata pada tengkorak berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Konjungtifa, selaput transparan yang melapisi kornea & di bagian dalam kelopak mata. Selaput ini peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah & serabut saraf.radang pada konjungtiva di sebut konjungtivitis. Untuk mencegah kekeringan konjungtiva di basahi dengan cairan yang keluar dari kelenjar mata/ kelenjar lakrimal yang terdapat di bawah alis.
Air mata, air mata mengandung garam,lendir & antiseptik dalam jumlah kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas & pencegah masuk nya organisme ke dalm mata.

B.     Pengertian Katarak
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggeris Cataract, dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata local menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaucoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraocular lainnya.
            Klasifikasi katarak
            Berdasarkan usia, katarak dapat disklasifikasikan dalam :
1.      Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penangannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :
a.       Kapsulolentikular diamana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak Polaris
b.      Katarak lenticular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau nucleus lensa saja.
2.      Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenile biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolic dan penyakit lainnya.
3.      Katarak Senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Pada katarak senil sebaiknya disingkirkan penyakit mata local dan penyakit sistemik seperti diabetes mellitus yang dapat menimbulkan katarak komplikata. Katarak senil secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu:
a.       Katarak Insipien
Kekaburan dimulai pada bagian perifer lensa, lambat laun mengarah pada bagian inti lensa mata sehingga menyerupai terali besi ( roda sepeda ). Pada keadaan ini biasanya katarak stasioner.
b.      Katarak imatur
Terjadi perubahan pada lensa, dimana lensa menjadi bengkak dan menarik cairan dari jaringan sekitar. Kelainan yang nampak pada keadaan ini adalah myopia, astigmatisme, bayangan iris pada lensa terlihat.
c.       Katarak matur
Kekaburan lensa lebih padat dan lebih mudah dipisahkan dari kapsulnya, ini merupakan stadium yang tepat untuk dilakukan operasi.
d.      Katarak hipermatur
Biasanya akan ditemukan beberapa perubahan, katarak menjadi lembek, mencair atau menjadi seperti susu.


C.    Etiologi
Menurut Mansjoer (2000) penyebab terjadinya katarak bermacam-macam .
Umumnya yaitu :
1.      Usia lanjut (katarak senil), tetapi dapat terjadi secara kongenital akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan jannin, genetic dan gangguan perkembangan.
2.      Dapat juga terjadi karena teraumatik, terapi kortikosteroid metabolic, dan kelainan sistemik atau metabolic, seperti diabetes mellitus, galaktosemia, dan distrofi dan miotonik.
3.      Rokok dan konsumsin alkhohol meningkatkan resiko katarak.
4.      Penyakit predisposisi
5.      Genetic dan gangguan perkembangan
6.      Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin
7.      Kimia
8.      Fisik


D.    Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, di perifer ada kortek, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opesitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior  merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun sebenarnya mempunyai konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan “ matang” ketika seseorang memasuki dekade ketuju. Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanent. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antitoksin yang kurang dala jangka waktu yang lama.



E.     Manifestasi Klinis
1.      Kehilangan penglihatan secara bertahap dan tidak nyeri.
2.      Penglihatan baca yang buruk.
3.      Pandangan silau yang mengganggu dan penglihatan yang buruk pada sinar matahari yang terang.
4.      Pandangan silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada saat mengemudi pada malam hari.
5.      Kemungkinan memiliki penglihatan yang baik pada cahaya yang redup di bandingkan pada cahaya yang terang.
6.      Pupil berwarna putih susu.
7.      Area putih keabu-abuan di belakang pupil.

F.     Pemeriksaan Diagnostik.
1.      Oftalmoskopi tidak langsung menunjukkan area gelap direfleks merah yang normalnya homogeny.
2.      Pemeriksaan slit-lamp memastikan diagnostik kekeruhan lensa.
3.      Pemeriksaan ketajaman penglihatan memastikan derajat kehilangan penglihatan.

G.    Pemeriksaan Penunjang
1.      Penyinaran samping
Dengan bantuan lampu senter, terlihat kekaburan lensa mata yang putih keabuan dengan dasar hitam. Pada stadium imatur, tampak bayangan iris diatas lensa akibat superfisial lensa masih transparan, iris shadow positif. Pada stadium matur, iris shadow negative, lensa keruh sama sekali.
2.      Offtalmoskope
Pada stadium impisien da imatur tampak kekaburan yang kehitaman dengan latar belakang merah jambu. Pada stadium matur haya didapat warana putih atau kehitaman tanpa latar belakang merah jambu, lensa sudah keruh.



H.    Komplikasi
1.      Pandangan mata semakin samar akibat lensa yang terus menerus buram dan berwarna seperti susu.
2.      Sensivitas terhadap cahaya matahari lebih tinggi dari waktu ke waktu sehingga penderita benar-benar tidak nyaman terhadap silau.
3.      Pada awalnya mungkin penglihatan terhadap suatu benda masih bisa jelas, namun lama kelamaan penderita akan merasa kurang nyaman dan melihat sebuah objek seakan menjadi 2.
4.      Lensa mata semakin buram dan terus berwarna seperti susu.

I.       Penatalaksanaan
1.      Stadium I
Dengan deteksi catalin, catalin adalah zat yang berfungsi untuk menghalangi kerja zat quino, yaitu zat yang mengubah protein lensa mata yang bening menjadi gelap.
Tujuan pegobatan ini adalah untuk menekan proresifitas kekaburan lensa supaya katarak menjadi stasioner.
2.      Stadium II
Dilakukan secara simtomatis.

3.      Stadium III, dan IV
Operasi untuk mengeluarkan lensa yang karakteus.
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat di ambil dengan pembedahan laser. Namun, masih dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula ( Pokalo 1992 ).
Ada dua macam teknik pembedahan untuk pengangkatan katarak :
1.      Ekstraksi Katarak Intrakapsuler
Ekstraksi katarak intra kapsuler ( ICCE, intra capsuler catarak ekstraksion ) dalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zona dipisahkan, lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Bedah beku berdasar pada suhu pembekuan untuk mengangkat suatu lesi atau abnormalitas. Insrumen bedah beku bekerja dengan prinsip bahwa logam dingin akan melekat pada benda yang lembab. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsula akan melekat pada probe.lensa kemudian diangkat secara lembut. Yang dahulu merupakan cara pangangkatan katarak utama, ICCE sekarang jarang dilakukan karena tersedianya teknik bedah yang lebih canggih.
2.      Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler
Ekstraksi katarak ekstracapsuler ( ECCE, extracapsuler catarak ekstraksion ) sekarang merupakan teknik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsula anterior, menekan keluar nucleus,dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap. Dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh, dapat mempertahankan arsitektur bagi posterior mata, jadi mengurangi insidensi yang serius.
Komplikasi : Pengangkatan katarak dapat menyebabkan banyak komlikasi, sebagian besar dari komplikasi tersebut dapat dikoreksi, komplikasi tersebut mencakup :
a.       Blok pupilarisasi
b.      Dekompensasi kornea
c.       Kehilangan vitreous atau gel yang mengisi ruang antara lensa mata dan retina di dalam bola mata manusia atau vebrata lainnya.
d.      Hemoragi
e.       Edema macula kistoid adalah kondisi medis yang ditandai dengan timbulnya beberapa kista yang terisi cairan pada macula, bagian berwarna kuning, dari daerah tengah dari retina
f.       Dislokasi lensa adalah keadaan dimana lensa kristalina bergeser atau berubah posisinya dari kedudukan normalnya akibat rupturnya zonula zinii sebagai pemegangnya.
g.      Kekeruhan membrane sekunder
h.      Ablasio retina adalah terlepasnya lapisan sensoris retina (sel batang dan sel kerucut) dari lapisan epitel pigmen retina.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Riwayat
a.       Riwayat penyakit: trauma mata, penggunaan obat kortikosteroid, penyakit diabetes melitus, hipotiroid, uveitis, glaukoma.
b.      Riwayat keluhan gangguan : stadium katarak
c.       Psikososial : kemampuan aktivitas, gangguan membaca, risiko jatuh, berkendaraan.
2.      Pengkajian umum
a.       Usia
b.      Gejala penyakit sistemik : diabetes melitus, hipotiroid.
3.      Pengkajian khusus mata
a.       Dengan pelebaran pupil, ditemukan gambaran kekeruhan lensa (berkas putih) pada lensa
b.      Keluhan terdapat diplopia, pandangan berkabut
c.       Penurunan tajam penglihatan (miopia)
d.      Bilik mata depan menyempit
e.       Tanda glaukoma (akibat komplikasi)
4.     Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).

5.     Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai berikut :
a.     Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b.    Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui : Aktifitas 0 1 2 3 4
c.    Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
d.    Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.
e.    Pola eliminasi       
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan.   Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
f.     Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g.    Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri,    ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.



h.    Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan   menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.
i.      Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah  masalah saat menstruasi.
j.      Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.
k.    Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan atas sakit yang diderita.

B.     Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan patofisiologi di atas, ditemukan diagnose keperawatan sebagai berikut :
1.      Pre Operasi
a.       Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.
b.      Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi
2.      Pasca Operasi
a.       Resiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (TIO), perdarahan, kehilangan vitreus.
b.      Nyeri yang berhubungan dengan luka pascaoperasi
c.       Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan, pembatasan aktivitas pascaoperasi
d.      Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yangberhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.

C.    Rencana Keperawatan
1.      Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.

Subjektif :
a.       Mengeluhkan pandangan tidak jelas, pandangan berkabut, pandangan ganda.
b.      Mengatakan harus ganti kacamata
c.       Mengatakan aktivitas terbatas, sering jatuh.
Objektif :
a.       Virus berkurang
b.      Penurunan tajam penglihatan (miopia)
c.       Terdapat kekeruhan lensa pada pemeriksaan
Tujuan :
Klien melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk proses rangsang penglihatan dan mengomunikasikan perubahan visual.
Kriteria hasil :
a.       Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi fungsi penglihatan.
b.      Klien mengidentifikasi dan menunnjukan pola-pola alternatif untuk meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan

INTERVENSI
RASIONAL
Kaji ketajaman penglihatan klien


Identifikasi alternatif untuk optimalisasi sumber rangasangan

Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan

-          Orientasikan klien terhadap ruang rawat
-          Letakkan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat.
-          Berikan pencahayaan cukup
-          Letakkan alat di tempat yang tetap
-          Hindari cahaya menyilaukan
-          Anjurkan penggunaan alternatif rangsang lingkungan yang dapat diterima: auditorik, taktil.
Mengidentifikasi kemampuan visual klien.

Memberikan keakuratan penglihatan dan perawatannya

Meningkatkan kemampuan persepsi sensori









Meningkatkan kemampuan respons terhadap stimulus lingkungan.




2.      Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi.
Subjektif  :
Mengatakan cemas, takut.
Objektif :
a.       Nadi mengingkat, tekanan darah meningkat.
b.      Tampak gelisah, wajah murung, sering melamun.
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan.
Kriteria hasil :
a.       Klien mengungkapkan kecemasan hilang atau minimal.
b.      Klien berpartisipasi dalam persiapan operasi
INTERVENSI
RASIONAL
Jelaskan gambaran kejadian pre dan pasca operasi, manfaat operasi, dan sikap yang harus dilakukan klien selama masa operasi

Jawab pertanyaan khusus tentang pembedahan. Berikan waktu untuk mengekspresikan perasaan. Informasikan bahwa perbaikan penglihatan tidak terjadi secara langsung, tetapi bertahap sesuai penurunan bengkak pada mata dan perbaikan kornea. Perbaikan penglihatan memerlukan waktu enam bulan atau lebih.
Meningkatkan pemahaman tentang gambaran operasi untuk menurunkan ansietas.


Meningkatkan kepercayaan dan kerja sama. Berbagi perasaan membantu menurunkan ketegangan. Informasi tentang perbaikan penglihatan bertahap dieprlukan untuk mengantisipasi depresi atau kekecewaan setelah fase operasi dan memberikan harapan akan hasil operasi.

3.      Risiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular (TIO), perdarahan, kehilangan vitreus.
Subjektif :
a.       Perilaku gelisah
b.      Menggosok daerah mata
c.       Gerakan tubuh kurang terkontrol
Tujuan :
Tidak terjadi cedera mata pasca operasi.
Kriteria hasil :
a.       Klien menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera.
b.      Klien tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan risiko cedera
INTERVENSI
RASIONAL
Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktivitas dan pembalutan mata

Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebih rendah dan anjurkan untuk membatasi pergerakan mendadak/tiba-tiba serta menggerakan kepala berlebih.

Bantu aktivitas selama fase istirahat.


Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat menyebabkan cedera.






Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak setiap 6 jam pada awal operasi atau seperlunya.
Meningkatkan kerja sama dan pembatasan yang diperlukan


Istirahat mutlak diberikan hanya beberapa menit hingga satu atau dua jam pascaoperasi atau satu malam jika ada komplikasi

Mencegah/menurunkan risiko komplikasi cedera.

Tindakan yang dapat meningkatkan TIO dan menimbulkan kerusakan struktur mata pascaoperasi :
-          Mengejan
-          Menggerakan kepala mendadak
-          Membungkuk terlalu lama
-          Batuk


Berbagai kondisi seperti luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak, hiperemia, serta hipopion mungkin menunjukkan cedera mata pascaoperasi. Apabila pandangan melihat benda mengapung atau tempat gelap mungkin menunjukkan ablasio retina.

4.      Nyeri yang berhubungan dengan luka pascaoperasi
Subjektif :
Mengatakan nyeri pada luka mata
Objektif :
a.       Ekspresi meringis/menahan sakit
b.      Berusaha memegang daerah mata
Tujuan :
Nyeri berkurang, hilang, dan terkontrol.
Kriteria hasil :
a.       Klien mendemonstrasikan tekhnik penurunan nyeri
b.      Klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang.


INTERVENSI
RASIONAL
Kaji derajat nyeri setiap hari






Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi peningkatan nyeri mendadak.

Anjurkan klien untuk tidak melakukan gerakan tiba-tiba yang dapat memprovosikan nyeri


Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi

Lakukan tindakan kolaboratif untuk pemberian analgesik topikal/sistemik.
Normalnya nyeri terjadi dalam waktu kurang dari lima hari setelah operasi dan berangsur menghilang. Nyeri dapat meningkat karena peningkatan TIO-2-3 hari pascaoperasi. Nyeri mendadak menunjukkan peningkatan TIO masif.

Meningkatkan kolaborasi : memberikan rasa aman untuk peningkatan dukungan psikologis


Beberapa kegiatan klien dapat meningkatkan nyeri seperti gerakan tiba-tiba, membungkuk, mengucek mata, batuk, mengejan.

Menurunkan tegangan, mengurangi nyeri

Mengurangi nyeri dengan meningkatkan ambang nyeri.

5.      Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan, pembatasan aktivitas pascaoperasi.
Subjektif :
a.       Menyatakan tidak berani merawat diri
b.      Mengatakan tidak dapat melihat
Objektif :
a.       Kondisi tubuh kotor
b.      Tidak banyak bergerak
c.       Kedua mata ditutup kasa/balutan
Tujuan :
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil :
a.       Klien mendapatkan bantuan parsial dalam pemenuhan kebutuhan diri
b.      Klien memeragakan perilaku perawatan diri secara bertahap
INTERVENSI
RASIONAL
Terangkan pentingnya perawatan diri dan pembatasan aktivitas selama fase pascaoperasi



Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

Secara bertahap, libatkan klien dalam memenuhi kebutuhan diri
Klien dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur pada 2-3 jam pertama pascaoperasi atau 12 jam jika ada komplikasi. Selama fase ini, bantuan total diperlukan bagi klien.

Memenuhi kebutuhan perawatan diri


Upaya melibatkan klien dalam akivitas perawatan dirinya dilakukan bertahap dengan berpedoman pada prinsip bahwa aktivitas tidak memicu peningkatan TIO dan menyebabkan cedera mata. Kontrol kinis dilakukan menggunakan indikator nyeri mata pada saat melakukan aktivitas. Umumnya 24 jam pascaoperasi, individu boleh melakukan aktivitas perawatan diri.

6.      Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.
Subjektif :
a.       Menyatakan tidak tahu bagaimana perawatan setelah pulang dari rumah
b.      Menyatakan tidak ada yang merawat
c.       Menyatakan tidak dapat memberikan obat sendiri
d.      Keluarga mengatakan tidak bisa merawat klien
Objektif :
Keluarga tidak dapat memeragakan cara membantu klien memenuhi kebutuhan perawatan diri dan penyakit
Tujuan :
Perawatan rumah berjalan efektif
Kriteria hasil :
a.       Klien mampu mengidentifikasi kegiatan perawatan rumah yang diperlukan
b.      Keluarga menyatakan siap untuk mendampingi klien dalam melakukan perawatan

INTERVENSI
RASIONAL
Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan pascahospitalisasi


Terangkan aktivitas yang diperbolehkan dan hindari untuk mencegah komplikasi pascaoperasi


























Terangkan berbagai kondisi yang perlu dikonsultasikan












Terangkan cara penggunaan obat-obatan

Berikan kesempatan bertanya



Tanyakan kesiapan klien untuk perawatan pascahospitalisasi


Identifikasi kesiapan keluarga dalam perawatan diri klien pascahospitalisasi









Sebagai modalitas dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan dirumah.

Aktivitas yang diperbolehkan :
-          Menonton televisi, membaca, tetapi jangan terlalu lama
-          Mengerjakan aktivitas biasa
-          Mandi waslap
-          Tidak boleh membungkuk pada wastafel. Condongkan kepala sedikit ke belakang saat mencuci rambut
-          Tidur dengan perisai pada malam hari
-          Aktivitas dengan duduk
-          Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan
-          Berlutut atau berjongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
Aktivitas yang dihindari (min. 1 minggu) :
-          Tidur pada posisi yang sakit
-          Menggosok mata, menekan kelopak mata
-          Mengejan saaat defekasi
-          Memakai sabun mendekati mata
-          Mengangkat beban lebih dari 7kg
-          Melakukan hubungan seks
-          Mengendarai kendaraan
-          Batuk, bersin, muntah
-          Menundukkan kepala sampai bawah pinggang.

Kondisi yang harus segera dilaporkan :
-          Nyeri pada dan disekitar mata, sakit kepala menetap.
-          Setiap nyeri yang tidak berkurang dengan obat pengurang nyeri
-          Nyeri disertai mata merah, bengkak atau keluar cairan
-          Nyeri dahi mendadak
-          Perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput pada lapang penglihatan, kilatan cahaya, percikan atau bintik di depan mata

Klien mungkin mendapatkan obat tetes atau salep
Meningkatkan rasa percaya, rasa aman, dan mengeksplosi pemahaman serta hal-hal yang mungkin belum dipahami klien

Respon verbal untuk meyakinkan kesiapan klien dalam perawatan pascahospitalisasi

Kesiapan keluarga meliputi orang yang bertanggung jawab dalam perawatan, pembagian peran dan tugas serta penghubung klien dan institusi pelayanan kesehatan.


D.      Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan diagnosa yang telah penulis tegakkan yaitu : Gangguan persepstual sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan, salah interpretasi informasi. Ansietas terhadap tindakan operasi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan bedah. Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasi bedah. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreous.
Adapun pelaksanaan yang telah dilaksakan seperti Melakukan pendekatan dengan cara menyentuh klien dan menganjurkan orang terdekat tinggal dengan klien, Menentukan ketajaman mata dan mencatat bahwa kedua mata klien mengalami katarak, Mengorientasikan klien terhadap lingkungan staf dan orang lain yang ada disekitar klien, mengkaji tingkat persepsi klien terhadap kondisi penyakit klien, Memberikan pendidikan kesehatan meliputi pengertian katarak, penyebab katarak dan metode pengobatannya, Menganjurkan klien untuk memakai kacamata gelap bila ingin keluar dari ruangan perawatan, mengidentifikasi tingakat kecemasan klien, Mengkaji skala nyeri dan karateristik nyeri. Mengkaji tanda tanda vital. Mengajarkan klien teknik relaksasi napas dalam ketika nyerinya timbul, mendiskusikan tentang pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh mata, menunjukkan teknik membersihkan bola mata yang belum di operasi dari dalam keluar dengan menggunakan bola kapas untuk tiap usapan, Mendiskusikan dengan klien tentang apa yang terjadi pasca operasi. menagnjurkan klien untuk memilih posisi yang nyaman seperti bersandar. menganjurkan klien untuk membatasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata dan membogkok. mengajarkan klien teknik mengontrol stress seperti napas dalam dan teknik relaksasi.
           
Pre operasi
1.      Melakukan pendekatan dengan cara menyentuh klien dan menganjurkan orang terdekat tinggal dengan klien.
2.      Menentukan ketajaman mata dan mencatat bahwa kedua mata klien mengalami katarak.
3.       Mengorientasikan klien terhadap lingkungan staf dan orang lain yang ada disekitar klien.
4.      mengidentifikasi tingkat kecemasan kien.
5.       memberikan informasi yang kurat tentang prosedur pembedahan.
6.      Menganjurkan klien untuk mengekspresikan persaan ansietas klien.

Post operasi
1.      Melakukan pendekatan dengan cara menyentuh klien dan menganjurkan orang terdekat tinggal dengan klien.
2.      Menentukan ketajaman mata dan mencatat bahwa mata sebelah kanan klien Post Operasi.
3.      Mengorientasikan klien terhadap lingkungan staf dan orang lain yang ada disekitar klien.
4.      Mengkaji skala nyeri dan karateristik nyeri
5.      Mengkaji tanda tanda vital
6.      Mengajarkan klien teknik relaksasi napas dalam ketika nyerinya timbul.
7.      Membatasi pergerakan klien.
8.      mendiskusikan tentang pentingya mencuci tangan sebelum menyentuh mata, menunjukkan teknik membersihkan bola mata yang belum di operasi dari dalam keluar dengan menggunakan bola kapas untuk tiap usapan
9.      mengganti balutan pada mata kanan dengan memperhatikan sterilisasi alat intrumen dan tindakan.
10.  Mendiskusikan dengan klien tentang apa yang terjadi pasca operasi.
11.   menganjurkan klien untuk memilih posisi yang nyaman seperti bersandar.
12.  menganjurkan klien untuk membatasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata dan membogkok.
13.  mengajarkan klien teknik mengontrol stress seperti napas dalam dan teknik relaksasi.

E.     Evaluasi
Evaluasi sesudah operasi katarak :
1.      Perdarahan dibilik mata depaan (hifema).
2.      Kamera okuli anterior jernih dan keruh :
a.       Bila mata depan keruh (flare/sel positif)
b.      Mungkin sampai terjadi pengendapan pus di bilik mata depan (hipopion)
c.       Iris miossi sinekia posterior.
3.      Perhatikan pupil miosis/midriasis/normal :
a.       Miosis : biasanya dipergunakan miotikum pada waktu operasi sehingga hari berikutnya pupil menjadi miosis. Miosis ini dapat terjadi bila terjadi uveitis anterior, dan biasanya disertai adanya sinekia  posterior.
b.      Midirasis : dapat terjadi bila ada peningkatan tekanan intraokuler (glaucoma)
c.       Pupil tidak bulat : terjadi bila pada waktu operasi terjadi korpukasi (korpus viteriuskeluar).




F.     Pendidikan Kesehatan
1.      Pertahankan pasien nyaman dan anjurkan untuk tidak menyentuh mata
2.      Bila pelindung mata atau penutup mata dipasang, anjurkan menggunakannya untuk beberapa hari, sesuai ketentuan, untuk mengistirahatkan dan melindungi mata, khususnya pada malam hari.
3.      Peringatkan pasien terhadap batuk atau bersin, setiap gerakan cepat atau membungkuk adalah untuk mencegah peningkan TIO 24 jam pertama. Harus menghindari kontak olahraga selama 2 minggu.
4.      Beritahu pasien untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap, biasanya dapat melakukan kembali aktivitas normal sehari setelah prosedur.
5.      Ajarkan pengisian tetes mata yang tepat
6.      Dorong tindak lanjut pemeriksaan oftalmologi untuk lensa korektif dan memeriksa tekanan intraoperatif. Penyesuaian kacamata untuk memperbaiki penglihatan memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan.
a.       Beritahu pasien bahwa kacamata akan menyebabkan bayangan yang diterima kira-kira sepertiga lebih besar dari yang terlihat oleh pasien sebelum pembentukan katarak.
b.      Beritahu pasien bahwa hanya satu mata dapat digunakan pada saat menggunakan kacamata (bila hanya satu mata dioperasi untuk katarak), karena mata yang dioperasi mempunyai peningkatan ukuran bayangan 30%, dan mata yang tidak dioperasi masih mempunyai bayangan ukuran “normal” yang tidak dapat dilapisi.
c.       Instruksikan pasien untuk melihat melalui pusat kacamata korektif dan putar kepala bila melihat ke samping karena penglihatan perifer secara terganggu.
d.      Ingatkan bahwa perlu untuk mempelajari ulang penilaian ruang berjalan, menggunakan tangga, mengambil benda di meja, menuangkan air.
7.      Bila lensa kontak digunakan, ajarkan pasien bahwa:
a.       Dengan lensa kontak, pembesaran hanya kira-kira 5% sampai 10% dan penglihatan perifer tidak terganggu.
b.      Kedua mata dapat digunakan bersama karena perbedaan bayangan diantara mata afakik (tanpa lensa) dengan lensa kontak dan mata yang tidak dioperasi hanya 8% sampai 10%. Penyesuaian ruang menunjukkan sedikit kesulitan,
8.      Bila pasien mempunyai implant lensa, masalah perbesaran akan dapat diabaikan. Baik mata yang dioperasi dan mata yang tidak dioperasi dapat bekerja sama setelah pembedahan katarak dengan implantasi lensa.
a.       Beritahu penggunaan kacamata hitam pada sinar terang karena pupil tidak mapu berkonstriksi lengkap setelah implant lensa.
b.      Beritahu pasien bahwa tidak ada kacamata yang diperlukan untuk jarak jauh tetapi mungkin diperlukan untuk membaca dan menulis.
c.       Beritahu untuk tidak mencuci mata dengan sabun

d.      Beritahu pasien untuk menghindari mengadahkan kepala ke depan bila mencuci rambut, dan menghindari mengguncang kepala dengan keras, untuk mencegah gangguan lensa sampai diberitahukan kepada dokter bedah.




BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif (Mansjoer,2000).
Katarak dapat diklasifikasikan menjadi katarak kongenital, katarak senile, katarak juvenile dan katarak komplikata. Penyebab dari katarak adalah usia lanjut (senile) tapi dapat terjadi secara kongenital akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan perkembangan, kelainan sistemik, atau metabolik, seperti diabetes melitus, galaktosemi, atau distrofi mekanik, traumatik: terapi kortikosteroid, sistemik, rokok, dan konsumsi alkohol meningkatkan resiko katarak.
Gejala umum gangguan katarak meliputi penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek, peka terhadap sinar atau cahaya, dapat melihat doubel pada satu mata, memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca, lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Komplikasi katarak adalah glaukoma, infeksi pasca operasi, perdarahan dan edema. Tidak ada terapi obat untuk katarak. Jenis pembedahan untuk katarak mencakup extracapsular cataract extractive (ECCE) dan intracapsular cataract extractive (ICCE).

B.     Saran
Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan katarak sebaiknya perawat mengkaji masalah yang ada pada klien. Disamping itu, pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat juga diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai rencana dan keadaan klien secara utuh, terencana dan sistematis.

 DAFTAR PUSTAKA

Dr. Guntur Bambang Hamurwono, dkk. 1992. Buku Pedoman Kesehatan Mata dan Pencegahaan Kebutaan Seri Katarak. Jakarta : Departemen Kesehatan

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawaran. Jakarta: EGC

Ns. Anas Tamsuri, S.kep. 2010. Klien Gangguan Mata dan Penglihatan Keperawatan Medikal Bedal. Jakarta : EGC

Nuratif, amin huda.dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diganosa Medis & Nanda.
Yogyakarta: Mediaction

Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


0 komentar:

Posting Komentar