Senin, 28 November 2016

Prinsip dan Teknik Komunikasi Dalam Mengkaji Pasien Terminal dan Menjelang Ajal

BAB l
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mencapai atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas dari hidup sampai mati.

Menurut Dadang Hawari (1977,53), orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembina kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatiann khusus.

Pasien biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah dan ketidakberdayaan dan keputus asaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada disamping perawat. Karena peran perawat yang komprenhensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai falisitator agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering sekali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang di diagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.

B.     Tujuan
a.       Tujuan umum :
1.      mengetahui tahap-tahap menjelang ajal
2.      mengetahui tipe-tipe menjelang kematian
3.      mengetahui Tanda-tanda klinis menjelang kematian

4.      mengetahui respon berduka

b.      Tujuan khusus :
1.      menambah pengetahuan tentang prinsip dan teknik komunikasi dalam mengkaji pasien terlminal dan menjelang ajal
2.      untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah pertukaran informasi, pikiran, ide, dan perasaan diantara dua atau lebih individu.
Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiantannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994).
Menjelang ajal atau sakaratul maut adalah suatu keadaan dimana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi bagi klien untuk sembuh “terminal illings” (wolf/witzel/furngs. 1984 : 661).

B.      Cara Komunikasi
1.      Komunikasi Verbal
Menggunakan kata-kata yang diungkapkan atau ditulis.
Hal yang harus diperhatikan :
a.       Kesederhanaan  ; Kalimat yang digunakan harus sederhana, mudah dimengerti,   
singkat dan  jelas.
b.      Kejelasan ; Komunikasi bias lebih jelas apabila ada kecocokan dengan apa yang diungkapkan dan yang diekspresikan oleh wajah serta gerakan  tubuh.
c.         Tepat waktu dan relevan ; Perawat harus peka terhadap kebutuhan yang sedang dirasakan oleh pasien.
2.       Komunikasi Non Verbal
Komunikasi yang menyangkut ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan sikap tubuh.
Hal yang perlu diperhatikan :
1.      Sikap tubuh dan cara berjalan ; Sikap tubuh dan cara berjalan dapat menunjukan suasana hati dan kondisi fisik seseorang. Sikap tubuh yang tegak, aktif, dan jalannya mempunyai tujuan menunjukan bahwa orang tersebutu merasa nyaman dan aman secara fisik maupun emosionalnya.
2.      Ekspresi wajah ; Wajah, terutama mata, otot-otot disekitar mata dan mulut dapat mengekspresikan macam-macam emosi seperti kegemberiaan, kesedihan, kemarahan, kekecewaan, ketakutan, malu, dan seterusnya.
 3.      Gerakan Tangan
Gerakan tangan adalah suatu komunikasi yang penuh arti. Gerakan tangan bisa mengkomunikasikan macam-macam perasaan.

2.3. Prinsip Komunikasi Terapeutik (Keliat, 1996)
a.    Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
b.   Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya, dan   saling menghargai.
c.     Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut pasien.
d.    Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
e.    Perawat harus menciptakan suasanan yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
f.     Perawat mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun masalah.
g.    Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
h.    Memahami arti empati sebagai tindakan yang terapetik.
i.      Kejujuran dan komunikasi terbuka.
j.     Mampu berperan sebagai role mode agar dapat menunjukan dan menyakinkan orang lain tentang kesehatan.
k.    Altruisme, mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara manusiawi
l.      Bertanggung jawab

2.4. Teknik Komunikasi Terapeutik
a.    Mendengarkan ( Listening)
Mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukan bahwa apa yang dikatakannya adalah penting.
b.      Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topic yang akan dibicarakan.
 c.         Mengulang (Restarting)
Berguna untuk memvalidasi untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraaan.
d.        Penerimaan (Acceptance)
Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukan ketertarikan dan tidak menilai.
e.         Klarifikasi
Merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan klien.
f.         Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang didengar, refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
g.        Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan cara menyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
h.      Memfokuskan
Teknik untuk menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas, dan  berfokus pada realitas.
i.          Membagi persepsi
Teknik dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan dan difikirkan.
j.          Identifikasi “tema”
Teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan berguan untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting.
k.        Diam
Teknik yang bertujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses informasi, menunjukan bahwa perawat bersedia menunggu respon.
l.          Informing
Teknik yang menyediakan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut.
 m.      Humor
Teknik yang digunakan utnuk membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stress, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
n.        Saran
Teknik yang bertujuan memberi alternative ide untuk pemecahan masalah.

   E. Pengertian Terminal
Kondisi Terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatau tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual bagi individu (Carpenito, 1995).
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak  ada harapan  lagi untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu  kecelakaan.
 Kondisi Terminal adalah fase akhir kehidupan menjelang kematian yang dapat berlangsung singkat atau panjang.

  F. Tahap-tahap Menjelang Ajal
Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu:
1.      Menolak/Denial
Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak.
2.      Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya
3.      Menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
4.      Kemurungan/Depresi
Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
 5.      Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangatmembantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat.

G.  Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian
        Ada 4 tipe dari perjalanan proses kematian, yaitu:
1.      Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat dari fase akut ke kronik.
2.    Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, biasanya terjadi pada kondisi penyakit yang kronik.
3.    Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya
 terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4.    Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit kronik dan telah berjalan lama.

H.  Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian
1. Kehilangan Tonus Otot, ditandai:
a.       Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b.      Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan.
c.       Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut kembung.
d.      Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
e.       Gerakan tubuh yang terbatas.

2.  Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:
a. Kemunduran dalam sensasi.
b.Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung.

3.       Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
a. Nadi lambat dan lemah.
b.Tekanan darah turun.
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.

         4.  Gangguan Sensoria.

a. Penglihatan kabur.
b.Gangguan penciuman dan perabaan.


I.                    Jenis Penyakit Terminal
        Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal adalah :
1.      Penyakit kanker
2.       Penyakit infeksi
3.       Stroke
4.      AIDS
5.       Akibat kecelakaan fatal

J.  Beberapa Respon Berduka :
1.      Denial (Tahap Pegingkaran)
a.       Respon dimana klien syok, tidak percaya, mengingkari kenyataan, dan kehilangan.
b.      Reaksi Fisik yang terjadi : Letih, lemah, pucat, mual, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis.
2.      Anger (Tahap Marah)
a.       Respon klien menolak kenyataan,yang sering diproyeksikan sama orang lain / dirinya,dengan berperilaku kasar, agresif, menolak pengobatan, menuduh dokter dan perawat tidak kompeten.
b.      Reaksi Fisik : Muka merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3.      Bergaining (Tahap Menawar)
a.       Terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan yang terjadi dan mencoba membuat kesepakatan secara halus / terang-terangan seolah-olah kehilangan dapat dicegah.
b.      Berupaya untuk tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
4.      Depresion (Depresi)
 Respon dengan klien sering menunjukan sikap menarik diri, kadang bersikap sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusan, rasa tidak berharga, bahkan bias muncul keinginan bunuh diri.

5.      Acceptance (Tahap Menerima)
Respon klien dengan mulai menerima kenyataan dengan mulai memandang kedepan secara bertahap objek / orang yang hilang mulai dilepaskan.
Jika klien gagal masuk ke tahap ini, akan mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.

1.       Tujuan Keperawatan Klien Terminal
a.       Menghilangkan/mengurangi rasa kesendirian, takut, atau depresi.
b.      Mempertahankan rasa aman, harkat, dan rasa berguna.
c.       Membantu klien menerima rasa kehilangan.
d.      Mempertahankan harapan
5.      Acceptance (Tahap Menerima)
Dampingi klien untuk mempertahankan rasa berguna berdayakan klien untuk melakukan segala sesuatu yang masih mampu dilakukan dengan pendamping.

        2.  Diagnosa Keperawatan
                  Beberapa diagnosa yang ada pada pasien sakit terminal
a.       Duka cita adaftif berhubugan dengan kehilangan kepemilikan pribadi.
b.      Duka cita maladaptive berhubungan dengan penyakit terminal kronis.
c.       Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor psikologis (respon duka cita yang tertahan).
d.      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi/kritis situasi.
e.       Isolasi social berhubungan dengan sumber pribadi tidak adekuat.
f.       Gangguan pada tidur berhubungan dengan stress karena respon berduka.
g.      Distres spiritual berhubungan dengan perpisahan dari ikatan keagamaan dan kultural.


3.     Intervensi Keperawatan
a.       Denial (Tahap Pegingkaran)
Beri dukungan pada fase awal karena ini berfungsi untuk protektif dan memberi waktu bagi klien untuk melihat kebenaran dengan konfirmasi kondisi atara lain melalui second opinion.
b.      Anger (Tahap Marah)
Bantu klien untuk memahami bahwa marah adalah respon normal akan kehilangan dan ketidakberdayaan, siapkan bantuan agar klien merasa aman.
c.       Bergaining (Tahap Menawar)
Asah kepekaan perawat bila fase tawar menawar ini dilakukan secara diam-diam. Bergaining selalu dilakukan pasien karena rasa bersalah atau ketakutan terhadap bayang-bayang masa lalu. Bantu agar klien mampu untuk mengekspresikan apa yang dirasakan. Apabila perlu komunikasi ke pemuka agama untuk pendamping.
d.      Depresion (Depresi)
Klien perlu untuk merasa sedih dan beri kesempatan untuk mengekspresikan kesedihannya. Perawat hanya sebagai pendamping.




                                                                      BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kondisi terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit atau sakit yang tidak  mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian. Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologi, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukkan oleh pasien terminal.
Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi perbedaan terhadap penderitaan. Atau sebagia beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan atau yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikucilkan, dilantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.

3.2 Saran
1.      Mahasiswa
a.       Mahasiswa dapat menambah ilmu. 
b.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang prinsip dan tehnik komunikasi dalam keperawatan.
2.      Instansi
Instansi dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung tercapainya makalah yang baik.





DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI Pusdiknakes.995.Asuhan Keperawatan Pasien dengan gangguan dan penyakit kronik dan terminal. Jakarta: Depkes RI.

Craven,Ruth F. Fundamentals of nursing: human healt and function.

Tamsuri, Anas.(2006).”komunikasi dalam keperawatan”.Erlangga: Jakarta.


0 komentar:

Posting Komentar